Begitu bel pulang sekolah nyaring terdengar dan Keira juga sudah mengirim pesan LINE padanya bahwa ia sudah menunggu di dalam mobil di parkiran, Lisa buru-buru membereskan mejanya dengan menaruh buku pelajaran di kolong meja dan memasukkan alat tulis ke dalam meja.
"Gue duluan ya," sahutnya pada Rio yang juga sama sibuknya dengan ia. Rio mengangguk sambil mengucapkan hati-hati. Lisa pun melangkahkan kakinya ke arah parkiran sekolah. Begitu mendapati mobil Keira, ia langsung duduk di depan jok penumpang dan menyandarkan punggungnya.
Keira langsung menjalankan mobilnya ke luar sekolah dan melesat ke arah jalan raya.
"Gimana Dera?" tanya Keira tiba-tiba saat mobilnya berhenti tepat di garis jalan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
"Males bahas dia," balas Lisa datar, tangannya mulai mengarah ke tombol on/off tape mobil dan menekannya. Kemudian, mulai mencari-cari saluran radio yang biasa ia dengar, lagu-lagu yang diputar di sana kebetulan enak-enak dan rata-rata lagu hits masa kini. Kadang, kalau gadis itu sudah bosan dengan playlist di ponselnya, ia memilih untuk mendengarkan radio di ponsel jadul miliknya. Maklum, ponsel yang ia pakai sekarang tidak ada radio. Lagu saja harus beli seharga lima atau tujuh ribu.
"Lagian itu cowok aneh banget, setelah pergi gitu aja, eh sekarang balik lagi secara tiba-tiba." Keira menggeleng-gelengkan kepalanya, ia memang tidak habis pikir dengan Dera, bisa-bisanya cowok itu balik lagi setelah dulu hampir menempatkan temannya dalam bahaya karena ulahnya sendiri. Kalau mengingat itu, rasanya memang tidak ada alasan bagi Lisa untuk memaafkannya. Namun, biarlah kedua orang itu mengurusi masalah mereka sendiri.
Lisa tidak menanggapi, ia lebih memilih untuk mendengarkan lantunan lagu Charlie Puth yang berjudul We Don't Talk Anymore yang sedang diputar di radio. Sialnya, lirik lagu itu seakan sedang menyindirnya secara halus.
Tidak terasa, mobil yang dikendarai Keira sudah masuk ke area parkir di salah satu pusat perbelanjaan. Begitu mendapatkan tempat kosong dan memarkirkan mobilnya, keduanya langsung turun. Lisa dan Keira masuk ke dalam mal tersebut, masih lengkap dengan baju seragam putih yang di-crop, juga dengan rok span berwarna putih. Biasa, siswi SMA jaman sekarang memang lebih suka berseragam seperti itu. Apalagi sekolah mereka, yang tidak ada larangannya sama sekali. Yang penting, bayaran sekolah lancar terus.
Lisa dan Keira langsung menuju ke toko yang dituju dan melihat-lihat. Mereka berdua berpencar, Keira ke deretan baju-baju sedangkan Lisa ke deretan sepatu-sepatu, sesuai dengan apa yang ingin dibelinya. Ternyata, pilihannya jatuh pada sebuah sneakers berwarna pink yang dihiasi dengan sebuah pita dengan bahan yang sama. Gadis itu langsung mencari tas belanja, lalu memasukkan sneakers tersebut ke dalamnya.
Sesaat kemudian, Lisa menghampiri Keira yang terlihat sedang sibuk memlihi baju di deretan t-shirt yang kebetulan memang harganya lumayan terjangkau. Bagus dan lucu pula. Tapi, ia tidak berniat untuk membelinya karena memang uang yang dibawanya sedikit, hanya cukup untuk membeli apa yang diinginkannya. Juga untuk barang lain yang mungkin harganya jauh lebih murah.
"Menurut lo bagusan yang mana? Pink atau maroon?" tanya Keira, kedua tangannya masing-masing memegang t-shirt crop dengan warna yang disebutkannya itu.
"Kalo menurut gue..." Lisa mengamati bergantian kedua t-shirt yang dipegang Keira sembari tangannya memegangi dagu. "Yang pink aja, lucu."
"Tapi gue lebih suka yang maroon."
"Kalo gitu coba dulu deh sana," perintah Lisa yang menyuruh Keira untuk mencoba kedua t-shirt yang membuatnya bimbang itu di fitting room. Lagi pula, kalau Keira memilih pilihannya yang lebih tertarik dengan yang berwarna pink, takutnya nanti temannya itu malah berakhir dengan rasa penyesalan.
Keira menuruti perintah Lisa dan langsung menuju ke arah fitting room, lalu memasukinya. Tidak lama kemudian, kembali lagi dengan satu t-shirt pilihannya; maroon.
"Ternyata lebih bagus yang maroon," kata Keira sambil jalan beriringan dengan Lisa menuju kasir dan membayar belanjaan mereka masing-masing.
Setelah keluar dari toko tersebut, kali ini Lisa mengajak Keira ke toko kosmetik dengan nama Etudo House. Ia memang selalu belanja di toko tersebut kalau untuk perawatan kulitnya, entah itu make-up, facial foam, atau hair treatment. Harganya memang terbilang cukup mahal, tapi kualitasnya memang benar-benar terjamin. Bagus dan tidak pernah mengecewakan.
Singkat saja, di toko tersebut, Lisa hanya membeli satu buah facial foam yang biasa digunakannya, juga lip tint berwarna vampire red yang akhir-akhir ini menjadi salah satu pewarna bibir kesukaannya. Efek gradasi yang dihasilkan oleh lip tint itu seakan membuatnya terlihat seperti orang Korea, ulzzang-ulzzang gitu deh.
"Pulang yuk, Lis," ajak Keira sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul tiga sore.
Lisa memicingkan matanya, merasa ada yang ganjal. "Mau kemana lo?" tanyanya langsung. Memang kalau diperhatikan, temannya itu sedari tadi tidak henti-hentinya melirik jam tangan. Padahal biasanya, kalau mereka sedang belanja seperti ini, gadis itu selalu bersemangat. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah..."Tunggu-tunggu, tumben lo gak ngajak makan? Biasanya, baru keliling sebentar aja udah ribut laper."
Keira menggaruk-garuk kepalanya sambil menyengir. "Gue ada janji sama Samuel."
"Pantes aja." Lisa memanyunkan bibirnya, lupa lagi dengan kebiasaan temannya yang tidak pernah terbebas dari Samuel. Padahal, pacaran saja tidak. Setiap ditanya bagaimana kejelasan hubungan meraeka, jawabannya selalu sama; we are bestfriend forever. Lisa sampai bosan harus mendengar kalimat itu terus.
"Tadi gue emang gak sempet kasih tau dia sih kalo kita mau ke sini," sahut Keira. "Terus barusan dia chat gue katanya udah nunggu di rumah."
Lisa hanya manggut-manggut saja, sudah biasa mendengar hal itu. "Kalo gitu lo gak usah nganter gue balik deh, gue naik ojek aja."
"Serius?" tanya Keira, memastikan.
"Iya," Lisa mengangguk, kemudian memperlihatkan layar ponselnya kepada Keira yang menunjukkan bahwa dirinya sudah memesan ojek di salah satu aplikasi. "Nih, gue udah booking, tinggal nunggu driver aja."
"Oke deh. Hati-hati, ya." Setelah berpelukan sebagai tanda selamat tinggal, mereka berdua langsung berjalan ke arah yang berlawanan. Keira ke arah parkiran yang berada di utara, sedangkan Lisa ke arah pintu keluar yang berada di selatan.
Di depan pintu keluar, Lisa mengeluarkan masker berwarna pink-nya dari dalam tas dan segera memakainya. Di luar cuacanya memang sedang terik sekali, apalagi jam-jam tanggung seperti ini.
Tapi, ada satu hal yang membuat gadis itu hampir saja mengalami serangan jantung, seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
••••••
January 7, 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Over Reality
Teen FictionRio Lionel, merupakan gangguan terbesar bagi Lisa dalam menjalani kehidupan sekolahnya di SMA Angkasa Mirta. Setiap hari selalu membuat dirinya kesal dengan berbagai macam tingkah konyol dan bodoh yang dibuat oleh cowok itu. Masalah utama yang membu...