Part 9

3.2K 316 9
                                    

[warning, this chapter contains some harsh words. So, please be wise and be smart readers. // Perhatian, part ini mengandung beberapa kata kasar. Jadilah pembaca yang cerdas dan bijaksana.]

••••••

Rio bukanlah seorang cowok yang suka menghabiskan waktunya di salah satu club malam dengan berbagai macam alkohol dan juga wanita-wanita penggoda. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan bermain futsal dan playstation dengan Samuel dan Kenio. Kadang, ia juga banyak menghabiskan waktu untuk men-stalking seluruh akun sosial media milik Lisa. Namun, sebagai seorang teman yang baik, ia rela saja jika harus membuang waktunya dengan alasan tertentu.

Seperti sekarang ini, di tengah-tengah hingar-bingar dan dentuman lagu-lagu keras, beserta lampu remang-remang, Rio melangkahkan kakinya menuju salah satu tempat khusus di dalam sebuah club. Menghampiri temannya yang saat ini baru saja genap berusia enam belas tahun.

"Happy birthday, bro," Rio menyalami tangan temannya yang bernama Dera itu, seraya memeluk tubuhnya sebagai tanda pertemanan dengan hangat.

Ya, selain Samuel dan Kenio, Rio memang mempunyai banyak teman lain di luar sekolah. Salah satunya seperti Dera, sahabat karib dan seperjuangannya semasa SD dan SMP dulu. Sayangnya, saat SMA, Dera memilih untuk masuk sekolah yang berbeda dengan Rio, dengan alasan kalau ia ingin masuk ke sekolah yang sejak dulu difavoritkannya. Maka dari itu, sekarang mereka sudah jarang sekali bertemu. Paling-paling, kalau mereka berdua memang sedang ada waktu luang saja.

"Eh, dateng juga lo," Dera membalas pelukan Rio sambil menepuk-nepuk punggung temannya itu. "Apa kabar, bro?"

"Baik. Lo sendiri gimana? Engga nyangka gue lo udah segede ini. Padahal, baru dua bulan gue engga ngeliat," komentar Rio seraya duduk di salah satu sofa panjang yang ia yakini adalah tempat khusus untuk acara temannya itu.

Dera sendiri sudah menempati posisi duduk di sebelah Rio, setelah sebelumnya berada di tengah-tengah wanita yang kurang lebih seumuran dengan Lisa. "Makanya, jangan cewek terus yang lo liat. Sekali-kali, main lah ke sini."

Rio tertawa kecil. "Gue akhir-akhir ini lagi sibuk."

"Sibuk jalan sama gebetan lo yang dimana-mana?" Dera sarkastik karena ia tahu betul kebiasaan Rio yang sejak dulu tidak pernah berubah. Bahkan, dari kelas lima SD saja, temannya itu sudah senang sekali menggoda dan mendekati banyak gadis yang tentunya belum tahu apa arti sebenarnya dari pacaran itu. Puncaknya, saat Rio SMP kelas delapan, ia tahu sekali kalau setiap hari, temannya itu selalu meminta nomor para siswi yang menurutnya menarik untuk diajak pergi bersama. Tetapi, untuk sekarang ia sudah tidak tahu karena terhalang oleh sekolah yang berbeda.

"Harusnya pertanyaan itu juga gue ajuin buat lo. Emang, lo engga nyadar kalau lo juga suka ngajak jalan cewek yang bahkan lo sendiri ngga kenal?" Rio langsung melirik dua orang wanita yang tadi sempat berada di kiri dan kanan Dera, sebelum ia akhirnya datang dan mengganggu mereka.

Kali ini, Dera yang tertawa. "Jangan terlalu kelihatan gitu kali nyindirnya," Dera menepuk-nepuk bahu Rio pelan, lalu setelahnya mengambil salah satu gelas dan menuangkan setengah gelas alkohol.

Karena tahu bahwa kadar alkohol yang Dera beri untuknya rendah, Rio pun langsung menerimanya dengan senang hati dan menenggaknya dalam sekali tenggakan. Dan memang benar, tidak terasa apa-apa selain sedikit rasa manis dan pahit. "Gue engga abis pikir kenapa lo suka banget minum ini," Rio menunjukkan gelas yang sedang dipegangnya kepada Dera.

"Enak aja menurut gue," Kata Dera. "Oiya, gue engga liat lo bawa siapa-siapa ke sini."

"Emang," Rio menjawab santai.

Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang