Part 15

2.3K 253 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, saat keduanya sama-sama datang dan duduk di salah satu cafe kawasan Jakarta Pusat. Artinya, sudah hampir lima belas menit mereka berdua tidak kunjung membuka suara. Untuk menatap wajah masing-masing saja, rasanya segan sekali. Yang bisa mereka berdua lakukan hanyalah; mengaduk-adukkan minuman dan menatap ke arah padatnya lalu lintas melalui jendela.

"Lis," panggil Dera, akhirnya memilih untuk memecah keheningan yang kian mengganggu. Cowok itu memandang lurus ke depan, menatap Lisa tepat di manik bola matanya.

"Hm?" Hanya suara itulah yang keluar dari kerongkongan Lisa.

"Lo ... baik?" Tanya Dera.

Engga! Gue gak baik-baik aja! Banyak hal yang udah terjadi setelah lo .... batin Lisa. Namun, pada akhirnya ia mengangguk. "Gue baik."

Dera ikut mengangguk, lalu mulai menyeruput kopi susunya yang mulai menghangat seiring berjalannya waktu. "Maaf," kata Dera, penuh keseriusan dan ... penyesalan.

"Cowo anjing kaya lo bisa minta maaf?" Desis Lisa. "Kiamat emang udah deket."

Dera memejamkan matanya, ia memang pantas dikatai seperti itu, setelah apa yang telah diperbuatnya dulu untuk gadis itu. "Maafin gue kalo tiba-tiba pergi gitu aja tanpa kasih kabar buat lo sama sekali. Lo harus percaya kalo gue ngelakuin itu bukan tanpa alasan. Sekarang gue emang belom bisa kasih tau apa alasannya, tapi jujur, waktu itu adalah saat-saat yang paling berat buat gue, Lis."

Lisa tertawa kecil, tapi menggunakan wajahnya yang datar. Sempat terperangah oleh penjelasan Dera, namun mengingat kejadian beberapa tahun lalu yang benar-benar membuatnya sakit, rasa percayanya terhadap cowok itu seakan menghilang entah kemana. "Lo gak perlu minta maaf, percuma."

"Gue tau kalo perbuatan gue gak bisa dimaafin, tap-"

"Kalo udah tau kenapa masih minta maaf? Lo gak punya rasa malu, hah?!" Raut wajah Lisa berubah, sedikit kemerahan menahan kesalnya. Kedua tangannya mengepal kuat di atas meja.

"Lis, dengerin gue dulu." Refleks, Dera menyentuh tangan Lisa yang terkepal, lalu secepat kilat pula dihentakkan oleh gadis itu.

"Gak ada yang perlu gue denger lagi!"

Setelah itu, Lisa bangkit berdiri dan beranjak keluar. Rasanya ia tidak sanggup lagi berada di dalam sana, duduk berhadapan dengan seseorang yang sejak dulu selalu menjadi tempat di mana ia menaruh harapannya. Harapannya yang dalam satu hari merubah segalanya.

Bahkan dia gak berusaha untuk ngejar gue dan minta maaf lagi, batin Lisa. Dan tanpa ia sadari, satu butir air mata jatuh meluruh membasahi wajahnya.

•••

Lisa: Kei, lo ada di rumah?

Keira Amanda: Ada, knp?

Lisa: Gue ksna ya. Otw.

•••

Taksi yang ditumpangi oleh Lisa akhirnya berhenti tepat di depan pekarangan rumah Keira. Sesudah setelah ia membayar ongkos taksinya, ia pun dengan segera masuk ke dalam sana yang langsung disambut oleh Keira yang memang sudah menunggu. Keira membawa Lisa ke dalam kamarnya, mengunci pintu dan menunggu agar temannya itu membuka suara.

"Dia balik," kata Lisa akhirnya.

Keira mengernyit bingung. "Siapa?"

"Dera."

Satu nama yang keluar dari bibir Lisa, kontan membuat tubuh Keira membeku selama beberapa saat. Tahu betul siapa orang dari pemilik nama tersebut. Teman satu sekolahnya dulu, sekaligus satu-satunya orang yang memiliki tempat tersendiri di hati Lisa.

Dan setelahnya, Keira membiarkan Lisa kembali menumpahkan segala kesedihan dan kekesalannya beberapa tahun lalu. Tanpa terkecuali.

••••••

[A/N]

Holla, aku balik lagi setelah 3 bulan lamanya ngegantungin cerita ini. Ada yang masih nungguin gak? Hehe. Oke-oke, aku tau part ini pendek banget kalo dibandingin sama sebelum2nya, tapi mulai sekarang aku akan terus update dengan part yang pendek biar kalian juga enak bacanya.

Hope you enjoy it, ya. Vote dan comment jangan lupa!:)

December 30, 2016.

Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang