Part 2

8K 611 84
                                    

"Pokoknya hari ini gue kesel banget," sahut Lisa seraya menggeram kesal dan memukul-mukul wajah boneka teddy bear kesayangannya dengan kencang. Seolah-olah, boneka yang sedang ia pukul merupakan wajah seorang cowok yang sudah membuat harinya hancur berantakan.

"Kesel sama siapa, sih?" Tanya Keira seraya menyuapi satu-persatu kentang goreng ke dalam mulutnya. Saat pulang sekolah tadi, temannya itu menarik paksa dirinya yang hendak pergi ke cafe bersama Samuel -sahabat cowok satu-satunya. Maka dari itu, ia lapar sekali saat ini. Untung saja, Lisa memberikannya satu piring penuh kentang goreng miliknya.

"Siapa lagi kalau bukan cowok sialan itu!"

Keira mendengus begitu tahu siapa cowok yang dimaksud oleh Lisa. Rasanya, ia bosan sekali mendengar cerita temannya itu yang setiap hari selalu bercerita mengenai keributannya dengan cowok itu. Pasalnya, setiap curhatan yang diceritakan pun memang selalu sama; Rio yang selalu membuatnya kesal.

"Kali ini kenapa lagi?" Walau sebenarnya Keira bosan sekali kalau harus membahas masalah Lisa dengan Rio, tetapi ia tetap bertanya. Biar bagaimanapun, sebagai teman yang baik, ia harus tetap bisa memegang peran tersebut untuk mendengarkan segala keluh kesah yang akan Lisa berikan untuknya.

"Tadi, Pak Surya bikin peraturan baru di kelas yang mengharuskan para siswa dan siswi duduk sebangku. Dan lo tau? Gue ditunjuk sama dia untuk duduk sama Rio. Parahnya lagi, pas pelajaran Bu Mila, gue diusir dari kelas gara-gara itu cowok ganggu gue pas dia lagi nerangin materi. Udah gitu, bukannya minta maaf, dia malah ngikutin gue ke kantin. Sial banget 'kan gue hari ini?"

Keira mengangguk cepat. Ia sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Lagipula, kalau ia memberi nasihat pun temannya itu tidak akan mau mendengarkan. Ia sudah paham sekali. "Iya, lo sial banget."

Lisa pun mencibikkan bibirnya. "Kok, lo malah ngangguk, sih? Temen lagi kesel gini dihibur, kek."

"Gue cuma bersikap realistis aja. Lagian, lo mana pernah dengerin nasehat gue. Yang ada, malah gue yang disalahin."

Lisa menghembuskan napasnya dengan kasar, lalu terdiam. Namun, tiba-tiba saja, ucapan Rio saat di kantin tadi berputar-putar di benaknya. Sial sekali.

"Kei, lo sama Samuel pernah minum pake sedotan yang sama?" Tanya Lisa penasaran.

"Pernah. Sering banget malah. Emang kenapa?" Keira balik bertanya seraya menganggukan kepalanya.

Lisa langsung merinding mendengar jawaban yang Keira berikan. Dalam hati, ia merasa heran sekali dengan temannya itu yang malah terlihat biasa-biasa saja. Berbanding terbalik sekali dengan apa yang ia rasakan saat ini. Walau sebenarnya ia tidak menggunakan lagi sedotan yang bekas Rio, tetap saja ia tidak tenang. Bagaimana kalau cowok itu mengatakan hal yang aneh-aneh pada temannya?

"Lis, diem aja. Emang kenapa, sih?" Keira kembali mengulang pertanyaannya.

Lisa menggeleng cepat. Terlalu cepat sampai-sampai Keira menatapnya penuh curiga. "Gapapa, kok."

"Serius?" Keira masih tidak percaya. Ia yakin sekali kalau Lisa menyimpan sesuatu darinya. Namun, begitu melihat bahwa temannya itu kembali menggeleng, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain percaya padanya. "Oiya, besok gue mau nonton sama Samuel. Lo mau ikut ngga?"

"Engga mau," Lisa langsung menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri menanggapi ajakan Keira seraya menggeleng. "Terakhir kali lo ngajak gue nonton bareng Samuel, lo malah nganggep gue ngga ada dan malah jalan di depan sambil gandengan sama dia. Gue jalan sendiri di belakang udah kaya orang bego."

Keira langsung meringis dan merasa bersalah. Namun, cengiran lebar tidak absen membentuk di bibir tipisnya. "Sori, deh. Abisnya, kalau udah sama Sam-"

Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang