Part 7

3.7K 382 13
                                    

"Apa kabar, sepupu?"

Dengan tatapan menyalang, Lisa tidak menghiraukan perkataan Alice-sepupu dari pihak mamanya-yang sejak dulu memang tidak pernah akrab maupun dekat dengannya. Mereka berdua memang tidak dekat satu sama lain sejak keduanya sama-sama duduk di bangku SD dan SMP. Lisa yang berusia sebelas tahun di bangku kelas lima, sedangkan Alice yang berusia empat belas tahun di bangku kelas sembilan. Seluruh anggota keluarganya juga tahu akan hal itu, tetapi tetap saja memaksa mereka berdua untuk saling berdekatan. Biar bagaimanapun, Lisa benar-benar tidak suka dengan Alice karena kelakuannya.

Belum lagi, dengan segala perkataan Alice yang tidak masuk akal sama sekali. Sebenarnya, Lisa sering kali menganggap perkataan sepupunya itu adalah sebuah kebenaran, karena ia juga merasa ada hal yang janggal di baliknya. Tetapi, sampai detik ini, ia masih takut untuk bertanya langsung dengan kedua orang tuanya. Ia seakan tidak punya keberanian dan kekuatan akan itu. Ia tidak mau kalau apa yang selama ini ia takuti, mungkin saja akan terjadi. Biarlah waktu yang menjawab semuanya.

"Mau ngapain lo ke sini?" Tanpa membalas sapaan Alice, Lisa bertanya dengan nada sinis dan tidak sukanya. Melihat wajah seseorang yang sedang berdiri tidak jauh darinya, membuat Lisa mati-matian menahan mualnya.

Alice tersenyum yang langsung diketahui Lisa bahwa itu adalah senyuman palsu untuk menutup kedok aslinya yang sebenarnya iblis. "Gue cuma kangen aja sama sepupu tersayang."

Lisa mendengus kasar mendengarnya. Ia yakin sekali kalau Alice sedang mempunyai niat dan rencana buruk untuknya. Dari dulu memang seperti itu. Kalau tidak ada urusan penting, buat apa sepupunya itu jauh-jauh dari Bali hanya karena rindu padanya. Walau mereka memang tidak saling akur, tetapi Lisa hafal betul gerak-gerik Alice. Cih, si medusa itu!

"Engga usah basa-basi, lo punya rencana jahat apa lagi kali ini, hah?" Lisa langsung to the point dengan tatapan bencinya yang menyala-nyala.

Alice menyeringai. Entah karena apa. "Gue engga punya rencana apa-apa, kok."

Tentu saja, Lisa tidak percaya dengan perkataan Alice. Lagi pula, kalau memang benar, ia sendiri tidak peduli. Keberadaan dirinya yang tidak ada saja sudah tidak ia sukai, apalagi ada seperti ini. Memang tidak wajar kalau membenci Alice tanpa adanya alasan yang jelas, tapi ia tahu apa yang membuatnya begitu membenci sepupunya itu. Sesuatu yang sampai sekarang masih tidak bisa ia percayai.

"Jangan mikir keras gitu dong, sepupu, nanti muka lo kelihatan tambah jelek," Alice menatap Lisa mengejek dengan seringaiannya yang khas sekali.

"Emang gue jelek!" Lisa langsung sewot setengah mati dan menghentak-hentakkan kakinya sambil berjalan menuju kamar. Mood-nya sudah rusak parah karena keberadaan sepupu yang paling tidak disukanya. Belum lagi, mamanya yang terlihat seperti tidak ingin mencampuri urusan mereka berdua. Ah, menyebalkan!

•••

Biasanya, suasana saat di meja makan saat sedang makan malam terasa begitu hangat dengan obrolan dan candaan yang Lisa lalui bersama kedua orang tuanya. Tetapi, tidak dengan malam ini. Suasana mendadak sunyi dan hening. Suara-suara dari alat makan saja yang terdengar menemani sejak tadi.

David dan Rita juga menyadari hal itu, namun memilih untuk diam dan menutup mulut. Mereka berdua hanya ingin salah satu dari gadis di hadapannya yang memulai pembicaraan atau mencari bahan obrolan terlebih dahulu. Namun sayang, satu patah kata pun tidak ada yang keluar dari keduanya membuat suasana makin terasa hening dan canggung.

"Jadi, gimana kuliahmu di Belanda, Lice?" Rita yang tidak suka akan suasana di meja makan yang terasa begitu mencekam dengan tatapan permusuhan yang Lisa dan Alice tampilkan, akhirnya memilih untuk membuka suara. Mencairkan suasana.

Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang