Hari demi hari di sekolah selama hampir dua minggu ini berjalan tidak biasa. Tentu saja hal itu dirasakan oleh gadis yang saat ini sedang termenung seorang diri di dalam kelas, merasakan kegundahan hati yang kian menyiksa batin. Selama hampir dua minggu pula, gadis itu resmi duduk sebangku dengan Diki, setelah mendapat persetujuan dari Pak Surya saat teman sebangku lamanya meminta izin untuk pindah tempat duduk.
"Jadi gini, Pak, saya kan bodoh banget sama pelajaran matematika, udah gitu, yang ngajar Bapak sendiri selaku wali kelas di kelas ini. Kebetulan, Faren kan jago banget matematika, jadi mulai sekarang saya mau dibimbing sama dia. Oiya, Pak, satu lagi. Nanti, kalau pas ujian kenaikan kelas terus nilai matematika saya terendah di kelas, kan nanti Bapak sendiri yang rugi kalau pas kelas tiga nanti saya masih bodoh. Terus, gimana kalau nanti saya bilang kalau guru matematika saya itu Bapak ke guru baru saya nanti? Emang, Bapak mau dianggap gak becus dan gak pintar dalam ngajar-mengajar?"
Penjelasan Rio yang sumpah, panjang bukan main itu, membuat seluruh murid di dalam kelas mengulum tawa, kecuali Lisa. Gadis itu hanya diam saja sambil dipandanginya Rio dari tempat duduknya dengan tatapan tidak terdefinisikan. Antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya beberapa detik yang lalu. Alasan yang diberikan cowok itu terdengar cukup masuk akal, di samping bahwa itu hanyalah alasan agar Pak Surya memberikannya izin untuk pindah tempat duduk.
Lisa hanya berharap bahwa Pak Surya tidak memberikan izin untuk Rio dan tetap pada susunan awalnya, sehingga cowok itu bisa kembali duduk seperti biasa di sebelahnya. Namun ternyata, ia salah besar. Setelah terdiam beberapa saat sambil memanggut-manggutkan kepala, Pak Surya justru membalas penjelasan Rio yang membuatnya tercengang.
"Baiklah kalau begitu, saya akan memberikan izin, asal kamu tepati janji dengan meningkatkan nilai matematika kamu yang rendah itu. Kalau tidak, mau orang tuamu marah-marah dan menuntut saya, saya tetap tidak akan menaikan kamu ke kelas tiga. Titik ya, tidak pakai koma."
Sejak saat itu pula, tidak ada sepatah katapun lagi yang terucap atau bahkan sebuah pandangan yang tertuju untuk gadis itu dari teman sebangku lamanya. Bahkan, setiap mereka berpapasan–mau itu di kelas atau di manapun selama masih berada di lingkungan sekolah–Rio selalu melengos dan enggan untuk menatapnya.
Awalnya, Lisa menerima hal itu dengan biasa saja dan beranggapan bahwa Rio mungkin memang benar-benar berniat untuk meningkatkan pengetahuan dan nilai matematikanya dengan duduk sebangku dengan Faren. Tapi, seiring berjalannya waktu, ia jadi bingung sendiri. Kalau hanya karena itu, kenapa sampai harus mengabaikannya? Tentu itu bukanlah sosok Rio yang selama ini diketahui dan dikenalnya. Seakan-akan, cowok itu memang sengaja menghindar dan menjauh tanpa sebab yang tidak diketahui asal usulnya.
Seperti sekarang ini contohnya; Lisa sedang tidak dalam kondisi tubuh yang segar, karena PMS yang menyerangnya tepat seminggu sebelum tanggal biasanya ia menstruasi sungguh menyakitkan. Berulang-ulang kali, ia merintih kesakitan selama jam pelajaran berlangsung sambil memegangi perut bagian bawahnya yang seperti ditusuk-tusuk oleh belati dan dipukul-pukul oleh godam. Sakit deh rasanya, semua kaum hawa pasti tahu betul dengan apa yang sedang dirasakannya sekarang. Makanya, anak-anak di kelas juga tidak berhenti menatapnya dengan kasihan dan sesekali menanyakan keadaannya.
Dan yang membuat Lisa semakin merasa sakit–padahal hal ini memang tidak ada hubungannya dengan rasa sakit yang sedang dirasakannya karena PMS–adalah Rio yang benar-benar tidak peduli dan lebih memilih untuk mengacuhkannya. Seperti menganggap bahwa ia memang tidak ada dan semua kekhawatiran yang diberikan oleh anak-anak kelas hanyalah angin lewat. Tidak ada penting-pentingnya. Cowok itu justru malah berlalu ke luar kelas dan memilih untuk mengganti seragam putih abu-abunya dengan seragam olahraga di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Over Reality
Fiksi RemajaRio Lionel, merupakan gangguan terbesar bagi Lisa dalam menjalani kehidupan sekolahnya di SMA Angkasa Mirta. Setiap hari selalu membuat dirinya kesal dengan berbagai macam tingkah konyol dan bodoh yang dibuat oleh cowok itu. Masalah utama yang membu...