Jakarta, 2016.
Aku suka hujan, saat detik-detik hujan jatuh ke bumi. Air hujan yang perlahan-lahan jatuh, lalu membasahi tanganku yang sudah menunggunya.
Aku suka hujan, saat udara dinginnya menyentuh kulitku, saat aroma tanah basah tercium dimana-mana setelah hujan berhenti.
Aku suka hujan, saat hujan membuat kaca mobil Ayah berembun. Sehingga aku bisa menulis namamu disana.
Aku suka hujan, saat perasaan bahagia timbul ketika satu-persatu rintik hujan membasahi pakaianku.
Aku suka hujan, karena meskipun suaranta berisik tapi bisa membuatku merasa nyaman.
Aku suka hujan, tapi aku lebih suka kamu.
***
Tapi disisi lain, aku benci hujan.
Aku benci hujan, karena udaranya terlalu dingin dan menusuk kulitku.
Aku benci hujan, karena hujan membuatku sakit setelah aku bermain hujan.
Aku benci hujan, karena hujan membuat sepatu yang baru kucuci kemarin sore, menjadi kotor lagi.
Aku benci hujan, karena hujan membuatku tidak bisa kemana-mana, sama hal nya saat hujan menghalangiku untuk menemuimu.
Aku benci hujan, karena hujan membuatku tidak bisa menahan kepergianmu.
Aku benci hujan, karena hujan menghapus tiap jejak langkahmu, membuat aku kehilangan arah untuk mencarimu lagi.
Dan kamu sama seperti hujan.
Datang secara tiba-tiba dan pergi tanpa berpamitan dalam keheningan, tanpa memberitahuku kapan akan kembali.Karenamu aku jadi membenci hujan, sekali lagi.