Pertemuan Tidak Terduga

2.8K 194 2
                                    

Jakarta, 01 November 2008


Rintik hujan diawal bulan November, menemaniku pagi ini. Aku masih mengenakan baju tidur saat menuruni tangga rumah.

Suasana hening, sepi, dan canggung.

Ayah dan mama sudah duduk di meja makan, menikmati sarapan mereka. Aku menarik kursiku pelan.

Suasana canggung ini sudah tercipta sejak terakhir kali mama membentakku di rumah sakit. Sudah sebulan berlalu, setelah kejadian itu. Dan belum ada tanda-tanda surat perceraian terlihat di mataku.

Sarapan pagi ini, seperti sarapan selama sebulan terakhir ini. Tanpa pembicaraan sama sekali. Tanpa suaraku yang biasa bercerita dengan riang kepada mama, bercerita tentang sekolah.

Sabtu pagi yang mendung ini, membuat aku memilih untuk berdiam di rumah. Menikmati cuaca dingin ini, sambil mendengarkan musik yang melantun dari radio.

Setelah sarapan tadi, aku langsung kembali ke kamarku. Hanya berpamitan seadanya, lalu dengan begitu saja meninggalkan ruang makan.

Ayah maupun mama tidak protes dengan sikap ku, atau mungkin belum.

Saat waktu mendekati jam sore, hujan sudah berhenti. Meninggalkan wangi tanah basah dan genangan air di depan rumahku

Kaki ku melangkah keluar dari rumah. Rumahku sedang kosong sore ini, tadi mama dan ayah pamit pergi sebentar.

Ternyata langkah kakiku mengantarku ke taman yang berada di lingkungan rumahku.

Taman ini sepi, tentu saja. Hujan baru berhenti dan banyak genangan air di jalanan. Lapangan basket yang ada di sebelah taman juga basah. Siapa pula yang ingin bermain di taman yang basah seperti ini.

Aku merapatkan jaket yang aku kenakan sore ini. Jaket berwarna abu-abu, hadiah ulang tahunku dari mama tahun lalu.

Ternyata masih ada rintik kecil yang jatuh ke bumi, aku pun mengenakan tudung jaketku. Setelahnya, aku kembali memasukan jemariku kedalam saku jaket.

Kakiku yang hanya mengenakan sendal jepit, sudah basah. Terkena genangan air.

Lagu Harder Than You Know milik Escape The Fate melantun melalui earphone. Aku menunduk sebentar, lalu kembali menegakkan kepalaku.

Dan mataku, bertemu dengan bola mata coklat itu. Ada binar terkejut dari matamu, mungkin terkejut menemukanku di taman ini. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku.

Namun satu menit setelahnya, aku menemukan dirimu berdiri disebelahku. Dengan senyum jenaka yang tidak pernah lepas dari bibirmu.

"Eh Laina!"

Aku mengerut, sambil melirik malas ke arahmu. Kamu terkekeh.

"Bercanda sih! Hahaha.. Ngapain berdiri disini, padahal ada bangku di belakangnya. Duduk yuk!"

"Bangku nya Ba–"

"Anjrit!"

"–sah.."

"Kok nggak bilang-bilang sih?"

"Baru mau di kasih tau."

Kamu cemberut. Lalu melirik bagian belakang celana basketmu yang basah. Aku tertawa pelan melihat ekspresi mu.

"Ketawa lagi!"

Bibirku langsung tertutup. Menahan tawaku agar tidak terdengar lagi.

"Aduh!"

Kamu menarik tanganku. Menarikku untuk duduk disebelahmu. Membiarkan celana panjangku ikut basah.

"Biar ada temennya,"

Kamu tersenyum sok polos. Membuatku memutar mataku malas. Kita diam beberapa saat. Menikmati hembusan angin sore ini, sambil merasakan rintik kecil hujan yang sudah mulai turun lagi.

Aku sendiri tidak tahu mengapa kita bisa menjadi sedekat ini. Berawal dari pertemuan pertama saat kamu yang meminjam buku tulis, dan berlanjut kepada pertemuan selanjutnya.

Sapaan di sekolah, pesan singkat yang sering kamu kirim –yang sampai sekarang aku tidak tahu darimana kamu mendapatkan nomorku–, atau ajakkan pulang yang sering kamu tawarkan. Aku tidak tahu persis sejak kapan aku –dengan tidak sopan serta kurang ajarnya– mulai menyukai setiap hal kecil yang kamu lakukan.

"Lagi dengerin apa sih lo?– Escape The Fate? Lo suka mereka juga?"

Lamunanku buyar saat kamu mengambil sebelah earphone ku yang tidak terpakai.

"Nggak kok, cuma suka lagu mereka yang ini."

Kamu tidak menjawab. Hanya ikut mendengarkan, sesekali menyanyikan liriknya.

Aku suka sore ini. Saat kita berbagi earphone di taman. Aku juga suka, saat hujan kembali turun sore ini dan saat tanganmu menggenggam tanganku, menarikku berlari untuk berteduh.

Sore ini membuatku sadar. Aku jatuh terlalu cepat, di saat perkenalan kita yang singkat.

CURSORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang