Jakarta, 15 Mei 2011
Tante Demi pulang ke Jogja tiga hari yang lalu, karena harus mengurus anak-anaknya disana. Ayah sudah pulang ke rumah lagi.
Sekarang, aku sedang tidur di sisi ayah. Memeluk tubuh nya yang sulit bergerak,
"Ayah, tiga hari lagi pengumuman SNMPTN."
Tidak ada jawaban. Tentu saja, ayah menjadi sulit berbicara.
"Nana takut yah, takut nggak lolos SNMPTN."
Lanjut ku, walaupun tahu kalau ayah tidak akan merespon. Kata Tante Demi, aku harus tetap sering mengajak ayah berbicara.
"Ayah..
Kalau ayah, mau nggak tinggal di Jogja sama Tante Demi?
Nana takut nggak bisa mengurus ayah dengan benar. Tapi Nana juga nggak mau jauh dari ayah."
Tante Demi menawarkan, agar ayah diurus oleh keluarga ayah di Jogja. Kalau bisa aku juga ikut ke Jogja, karena Tante Demi tidak tega meninggalkan aku dan ayah berdua saja di Jakarta. Apalagi dengan keadaan ayah yang seperti ini.
Ketukan di pintu menarik ku dari lamunan, Mbok Isah bilang Tante Renata datang.
"Nana kebawah bentar ya, yah."
Aku keluar dari kamar ayah, yang disambut dengan pelukan hangat Tante Renata.
"Raina yang kuat ya!"
Aku mengangguk dalam pelukannya. Setetes air mata jatuh di pipiku. Aku rindu mama, aku rindu pelukan mama.
"Raina udah makan? Tante bawain makanan nih, Hana sama Daniel masih di depan. Yuk kita makan bareng."
Sepuluh menit setelahnya, Hana dan Daniel masuk ke ruang makan. Ikut bergabung dengan aku dan Tante Renata.
"Gimana PTN lo, Na?"
Daniel memulai percakapan diantara kami.
"Tanggal 18 pengumumannya nih,"
"PTN nya apa aja kak?"
"Cuma PTN Bandung sama Jakarta doang kok."
"Ciee, biar deket sama Bang Rei ya kak makanya pilih Bandung."
Hana tertawa cekikikan diseberangku, sedangkan Tante Renata dan Daniel hanya tersenyum.
"Ah nggak kok, aku emang mau di Bandung. Kamu mah suka fitnah aku, Han."
Kamu ya Rei? Apa kabar kamu? Setelah telepon terakhir kita tentang Ara. Selalu ada saja hal yang membuat kita bertengkar.
Maka itu aku sudah tidak menghubungi kamu lagi sejak dua minggu terakhir ini. Aku lelah, Rei. Tentang ayah saja sudah cukup. Aku tidak mau menambah beban pikiran tentang hubungan kita yang semakin renggang.
Dan kenyataannya kamu juga tidak repot-repot mencari kabar tentang ku. Dilihat dari Path teman-teman mu yang kebetulan berteman denganku, aku lihat kamu bersenang-senang disana. Nongkrong, Hangout, jalan-jalan bersama teman-temanmu, tentu nya Ara itu juga ikut.
Aku marah, Rei. Aku cemburu dengan segala kedekatan kamu dengan gadis itu.
Aku sudah berusaha untuk bersabar dengan segala hal yang ada diantara kamu dan gadis itu, sampai akhirnya kesabaran ku habis. Saat sebuah foto yang upload di Instagram gadis itu dan menandai kamu di dalam foto itu.
"Thankyou for always being there, when everyone leaves. I think, I find my home. xo"
Rasanya sebaris kalimat itu dan puluhan komen mengucapkan selamat menjawab segalanya, Rei. Semuanya.
Kamu yang mengatakan, tidak akan menjadi seperti papa kamu. Kamu yang menjilat ludahmu sendiri.
You lie to me, Rei.
Dan kamu tahu jelas kalau aku tidak suka dibohongi.
Aku benci kamu Rei, dengan segala hal-hal tidak terduga yang dulu kamu lakukan untukku, dengan segala kata-kata manis yang kamu utarakan, dengan janji-janji yang kamu ucapkan.