Jakarta, 13 Agustus 2008
Seminggu berlalu sejak kejadian kamu masuk kedalam kelasku.
Siang ini aku sedang duduk di kantin bersama teman-temanku, menikmati makan siang kami.
Aku duduk membelakangi pintu masuk kantin, sehingga aku tidak tahu siapa saja yang baru memasuki kantin.
Siang ini, teman-temanku berbisik sambil mencolek satu sama lain. Katanya ada kakak kelas yang menghampiri meja kami. Aku yang penasaran akhirnya ikut menoleh,
Dan kamu di sana, berjalan dengan santai bersama dengan empat orang temanmu. Menuju kearah meja yang aku tempati bersama teman-temanku.
"Ini buku lo. Sorry balikinnya kelamaan, makasih ya!"
Aku hanya merespon dengan mengangguk, sambil meraih buku yang ada di tanganmu.
Setelahnya kamu berbalik, meninggalkan meja yang aku dudukin dan beralih ke meja di pojok kantin.
Meja di pojok kantin yang sebenarnya sudah di duduki anak-anak kelas 10, tetapi anak-anak kelas 10 itu langsung bubar saat melihat kedatanganmu dengan teman-temanmu.
Aku mengalihkan pandanganku pada buku yang ada ditangan. Aku membuka buku itu, lalu melihat bagian dalam cover buku tulis itu.
Reinaldi, XI IPA 2
Teman-temanku langsung merebut buku tulis itu. Dan aku tidak repot-repot untuk mengambilnya lagi. Karena sejak saat itu namamu, kelasmu, dan sosokmu lah yang selalu aku cari.
Aku baru mau melanjutkan makanku, saat seseorang mencolek pundakku. Aku menoleh, dan mengerutkan keningku saat melihat salah satu temanmu berdiri dibelakangku.
"Dek, namanya siapa?"
Aku makin bingung. Aku menoleh kearah meja pojok kantin, dan menemukan kamu dan teman-temanmu yang sedang melihat kearah mejaku.
Teman-temanmu tersenyum jahil. Sedangkan kamu tersenyum kecil sambil mengangkat salah satu alismu saat melihatku, seolah bertanya "Kenapa?"
"Raina, kak."
"Laina?"
Aku mendengus mendengar pertanyaan balik temanmu. Memang bukan salahnya sih, tapi tetap saja aku merasa tersinggung. Aku yang tidak bisa melafakan huruf "R", sedangkan namaku berawalan huruf tersebut.
Melihat raut wajahku yang tersinggung, temanku pun memberitahu namaku yang benar. Temanmu hanya cengengesan, lalu berpamitan kembali ke meja yang kamu duduki.
Sebelum melanjutkan makan siangku, aku menoleh sekali lagi ke arah mejamu. Dan kamu sudah sibuk dengan es tehmu.