Jakarta, 30 November 2010
"Ikan bernafas dengan...""Insang."
"Paus adalah hewan..."
"Mamalia."
"Kodok adalah hewan..."
"Amfibi."
"Raina adalah pacar nya..."
"Eh eh melenceng pertanyaannya!"
Kamu terbahak membuat laptop dipangkuan mu bergoyang.
"Kok pertanyaannya biologi sih? Kan aku nggak UN biologi! Gimana sih pak guru nya!"
Layar laptopku menampilkan langit-langit kamar kost mu. Setelahnya kamu merapikan lagi laptopmu dan wajahmu kembali memenuhi layar laptopku.
"Lah lagian serius banget jawabnya. Kamu tuh sebenernya bisa masuk IPA. Labil sih anaknya."
"Lemah kalo sama IPA, I'm giving up!"
"Tapi tadi bisa jawab.."
"Anak SD juga tau kale jawabannyaaa.. Stress tau nggak sih, tiap hari PM. Sabtu juga jadi PM, gara-gara nilai 12 IPS 4 jeblok."
"Lebih stress jadi anak kuliahan, Na. Percaya sama aku."
Aku mencibir pelan. Lalu kembali fokus dengan soal-soal latihan.
"Halo om!"
Aku menoleh kebelakang dan menemukan ayah berdiri di belakang sofa yang aku duduki.
"Gimana kuliahnya, Rei?"
"Masih aman om!"
Kamu berbincang sebentar dengan ayah, melalui fitur video call. Setelahnya ayah pamit, karena sudah malam. Mau istirahat katanya.
"Eh iya, Bu Rosma besok terakhir ngajar masa."
"Lah kok gitu?"
"Udah pensiun kale.."
"Oh iya, bener juga! Udah nggak kuat ngajar ya dia? Pas jaman aku ya, kalo ngajar duduk mulu. Berdiri nggak kuat katanya."
"Kapan gitu, Bu Rosma pernah nggak masuk. Katanya masuk rumah sakit,"
"Wah udah parah dong? Padahal asik di ajarin dia. Santai-santai sedep gitu."
"Idih apaan tuh santai-santai sedep? Hahaha..."
Obrolan kita terus berlangsung malam ini. Walau komunikasi kita tidak lancar sekali. Setidaknya, tidak sampai seminggu tidak ada kabar lagi.
Kamu mengambil gitar, saat aku mengatakan sudah selesai belajar.
"Udah lama nggak ngamen di depan kamu,"
Aku terbahak, sebelum akhirnya intro lagu favoritku terdengar.
"And I feel just like I'm living,
Someone else's life,
It's like I just stepped outside,
When everything was going right,And I know just why you could not come along with me,
'Cause this was not your dream,
But you always believed in me,Another winter day
Has come and gone away,
In either Paris or Rome,
And I want to go home,
I miss you, you know,Let me go home,
I've had my run,
Baby, I'm done,
I want to go home,
Let me go home,
It'll all be alright,
I'll be home tonight,
I'm coming back home."Aku bertepuk tangan heboh saat kamu menyelesaikan nyanyianmu. Walau terkadang sinyalnya terputus-putus. Tapi ini cukup, lebih dari cukup malah.
"Thank you, Rei."
"Kangen, Na."
Aku terdiam sejenak. Saat mendengar perkataan mu, dan suara lelahmu.
"Sama, Rei."
"Ulang tahun kamu, aku ke Jakarta ya."
Aku mengangguk senang.
"Sekalian aku mau ke makam mama kamu. Udah lama nggak kesana. Sekarang kamu kesana sama siapa? Sendiri?"
"Nggak, kadang sama ayah kok."
"Kalo ayah nggak ada, sendiri?"
Dengan ragu, aku mengangguk. Tapi buru-buru menggeleng.
"Eh tapi kadang sama Gina kok."
"Sorry for not being there, Na."
"Nope, I'm okay kok."
"I'm still wanna say sorry,"
"For what?"
"For everything that I've done to you, Na."