Jakarta, 20 Mei 2011
Jogjakarta. Dua minggu lagi, Jakarta bukan lagi cerita sehari-hari ku. Tidak akan ada lagi macetnya Jakarta, polusi yang memenuhi jalan raya.
Aku dinyatakan lolos PTN Jogja, hal itu membuat Tante Demi senang dan langsung kembali ke Jakarta. Membantu kepindahan aku dan ayah ke Jogja.
Saat aku mengatakan pada ayah kalau aku lolos PTN Jogja, aku tahu ayah bangga pada ku.
"Terus setelah ini lo bakal ngapain?"
Gina membantuku memasukkan buku-buku ku kedalam kardus. Tumpukan kardus-kardus lain sudah memenuhi tiap sudut kamarku.
Aku akan meninggalkan Gina, dan Mbok Isah disini. Mereka yang menguatkan aku selama ini, mereka yang menemani ku.
"Gue bakal kangen banget sama mulut lemes lo tau, Gin. Sukses ya di kampus lo yang baru, main-main ke Jogja pokoknya!"
Gina tidak lolos SNMPTN, dan Gina terlihat baik-baik saja. Katanya, kuliahkan tidak harus di PTN, setidaknya banyak kampus swasta yang sama bagusnya dengan PTN.
"Iya ih! Gue juga nggak ada temen buat ke toko buku bareng, nggak ada yang bisa diajak ke bioskop nonton film adaptasi dari novel favorit kita."
Aku memeluk Gina, kami berdua menangis. Gina sudah seperti saudara kandung ku, she's always take care of me. Dia yang selalu memperlakukan ku seperti adik kecil nya.
"Baik-baik ya disana, jangan bandel. Nggak jadi pindah ke Bandung, Jogja juga sama bagusnya sama Bandung kok."
Aku mengangguk, mengeratkan pelukanku.
Setelahnya Gina membantuku mengangkat kardus-kardus itu keluar dari kamarku, saat sebuah kertas berwarna pink milik ku jatuh.
Raina's Wish Coupon
"Non, ada Mas Rei didepan."
Gina menguraikan pelukan kami, menatapku bingung. Sedangkan aku sudah bisa mendengar detak jantungku sendiri.
Kamu mau apa kesini, Rei? Setelah sekian lama tidak ada kabar, sekarang kamu mau apa?
"Na.."
Itu kata pertama yang kamu keluarkan saat aku membuka pintu depan, lalu kamu menarik ku ke dalam pelukanmu. Aku menarik nafasku, menghirup wangi parfum yang aku rindukan. Dengan bodohnya, aku menangis lagi. Rasa sakit di dadaku membuat air mata jatuh lagi di pipiku untuk kesekian kalinya.
"You okay?"
Hanya dengan gelengan aku menjawab pertanyaanmu. Memang kenyataannya aku tidak baik-baik saja kan?
"Maaf aku sibuk sama kuliah, sampe lupa kasih kamu kabar."
Mendengar perkataanmu aku tertawa pelan, melepas pelukanmu. Aku kira setelah bertemu seperti ini, kamu akan berusaha menjelaskan segala hal yang terjadi akhir-akhir ini. Nyatanya kamu malah berbohong lagi, Rei.
"Sibuk kuliah? Kamu bilang kamu sibuk kuliah?"
Aku tertawa pelan, membuat kamu menatapku tidak mengerti.
"Siapa yang waktu itu pergi ke Lembang? Siapa yang selalu check-in di Path lagi jalan-jalan kuliner? Siapa? Reinaldi yang mana?"
"Aku beneran sibuk Kalana,"
"Jangan panggil aku Kalana, kalau kamu lagi bohongin aku Reinaldi!"
Aku marah dengan segala pembelaan yang kamu utarakan, Rei. Aku marah dengan kamu yang berusaha mengelak, bukannya memberi penjelasan.
"Aku pernah bilang kan sama kamu, kalau kamu udah bosan sama aku ya bilang! Bilang langsung ke aku! Biar aku tau kapan waktunya aku berhenti!"
"Siapa sih Na yang bosan? Siapa?! Aku bahkan nggak pernah ada pikiran itu, kamu jangan sembarangan kalo ngomong."
"Kalau kamu nggak bosan sama aku, KENAPA KAMU MALAH PACARAN SAMA ARA?!?"
Skakmat. Kamu diam di depanku. Matamu menatapku terkejut, mungkin kamu bingung dari mana aku bisa tahu rahasia kamu itu.
"Udah kan Rei? Udah jelas sekarang, kamu nggak perlu takut buat ngomong langsung ke aku kalau kamu bosan sama aku. Nggak perlu takut buat bilang kalau aku ini ngebosenin."
Kamu masih diam. Tidak berniat memberi pembelaan seperti sebelumnya.
"In the end, you'll become someone you never want to be. Kamu yang minta aku untuk nggak nyerah sama kamu Rei, tapi buat apa kalau cuma aku doang yang berjuang disini?"
"Kalana, just listen to me. Apapun yang ada dipikiran kamu sekarang, apapun yang ada di isi kepala kamu sekarang. Itu semua nggak seperti apa yang kamu pikirin-"
"This is my last coupon, right? Aku mau pakai kupon ini."
Aku menyerahkan kupon itu di tanganmu,
"From all of my wish, what I want the most is you become a happiest boy I have ever know. Even if i'm not the reason behind your happiness, anymore. I will let you go. I'm done Rei, I'm done with you."
***End***