MATE(?)

14.8K 991 7
                                    

Elle's POV
Aku terbangun dan melihat disekitarku. Aku hanya mendapati sebuah tempat yang begitu indah dan ada seseorang yang duduk di kursi taman.

"Siapa kau? Dan mengapa aku ada disini?" Tanyaku. Ia membalikkan badannya dan aku tersontak kaget. "Ibu?"tanyaku tak percaya dan langsung memeluknya. Air mata mengalir di pipiku.

"Yes, my daughter, ibu ingin mengatakan sesuatu padamu. Kamu ingat ibu pernah mengatakan padamu waktu kita jumpa beberapa minggu yang lalu, ibu mengatakan bahwa jika kamu ingin bahagia bersama pangeranmu, kamu harus menerimanya dan mencintainya sebagaimana kamu mencintai dan menyayangi ibu?" kata ibu dan aku mengangguk.

"Kamu jangan lupakan itu dan kamu jangan putus asa terhadap kehidupanmu. Pangeranmu akan membantumu dan melindungimu bagaimana pun caranya bahkan dengan nyawanya sendiri"jelas ibu.

"Apa maksud ibu?" aku bingung dengan penjelasan ibu yang sedang kucerna.

"Kamu akan mengetahuinya nanti, sekarang bangunlah, ia sudah menunggumu" kata ibu dan semuanya menjadi gelap.

Aldrich's POV
Aku membawa mateku ke rumah sakit di packku. Sudah 3 minggu berlalu begitu saja, dan ia tetap saja belum juga sadar dari tidurnya.

Aku sangat takut

Sangat-sangat takut jika ia pergi meninggalkanku untuk selamanya..

Aku sangat-sangat putus asa karenanya. Kelemahan Alpha hanya terletak pada pedang silver dan matenya.

Tapi semuanya memang begitu, jika matenya sakit atau disiksa, maka para werewolf akan turut merasakan sakit.

Jika matenya mati, maka werewolf tersebut akan mati secara perlahan, menjadi gila, atau bisa menerima semua kenyataan yang terjadi. Namun, untuk menerima kenyataan tersebut hanya sebagian kecil yang bisa melakukannya.

Aku menghampiri mateku yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit dan duduk disebelahnya.

Aku menggenggam tangannya. Dokter bilang ia akan cepat sadar,tapi nyatanya ia tidak bangun-bangun. Ini membuatku frustasi! .

"Kumohon, bangunlah,amour" aku tidak bisa melihatnya seperti itu. Aku tersiksa jika ia tidak bangun.

Tanpa kusadari setetes air mata mengalir di pipiku dan jatuh di tangan mateku.

Sampai suatu keajaiban dari MoondGoddes terjadi! Ia membuka matanya! Oh trima kasih Moon Goddes, kau yang terbaik!

Author's POV
Elle mengerjapkan matanya karena silaunya lampu. Ia membuka matanya dan melihat disekitarnya, dan mendapati seorang pria yang sedang menggenggam tangannya.

"Kau sudah sadar, amour! Astaga! Dokter!" Panggil Aldrich pada dokter. Ia sangat senang ketika matenya sudah sadar.

Dokter memeriksa keadaaan Elle dan mengatakan bahwa Elle harus istirahat. Setelah memeriksa Elle,dokter memberi membungkuk untuk memberi hormat dan keluar dari ruangan mereka.

Elle's POV
Tenggorokanku terasa sangat-sangat kering. Bahkan untuk berbicara saja terasa sakit.

"Amour, apa kau sudah merasa baikkan?" Tanya seorang lelaki yang wajahnya tidak asing bagiku. Aku berusaha mengingat dan ya! Dia adalah orang yang terakhir kali kulihat sebelum aku tak sadarkan diri.

"h..a..us"kataku dengan suara yang sama seperti orang berbisik. Dia segera mengambilkan air dan membantuku untuk duduk dan minum.

"Aku dimana? Siapa kau?" Tanyaku dengan wajah polosku. "Kau berada di rumah sakit packku dan aku adalah matemu" jelasnya. Aku tidak mengerti apa maksudnya 'mate'.

"Mate?"aku bingung.

"Ya, mate. Mate adalah pasangan. Dan kau mateku, milikku selamanya, pasangan hidupku"jelasnya, aku berusaha mencerna kata-katanya. Ha?!pasangan?miliknya?! Ohh ini tidak mungkin, Tidak, tidak. Bagaimana tidak? Aku baru bertemu dengannya dua kali dan dia sudah mengatakan itu?! Dasar sinting.

"Tidak mungkin. Aku baru bertemu denganmu dua kali dan ini juga baru kali kedua, dan kau mengatakan hal itu? Tidak, aku tak percaya" kataku dan kulihat mata abu-abunya berubah menjadi hitam tercampur gold dan ia menggeram ke arahku.

Tunggu, apa?! Menggeram?. Tapi bagaimana bisa matanya menjadi seperti itu? Dan ia mempererat genggaman tangannya padaku.

"Sa-sakit" aku meringis kesakitan akibat perbuatannya itu dan air mata mulai membasahi pipiku. Sadar akan kesakitan yang kualami, matanya langsung berubah menjadi abu-abu dan ia melepas genggaman tangannya.

"Kau milikku! Hanya milikku!" Bentaknya dan dia keluar dari ruangan dan menutup pintu dengan kasar.

Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini. Aku hanya bisa menangis menghadapi hidupku yang semakin memburuk.

"Ibu aku merindukanmu"kataku memeluk lututku. mataku terasa berat dan aku memilih untuk tidur.

Aldrich's POV

"Kau bodoh wolfie! Kenapa kau mengambil alih tubuhku? Kau lihat tadi? Dia menangis! Itu semua karnamu" kataku pada Wolfie. Arghh aku sangat marah padanya karna dia Lunaku menangis.

"Ya aku tahu dan aku menyesal, maafkan aku" balas Wolfie.

"Sebaiknya kau meminta maaf besok! Karena tidak mungkin malam ini kita akan meminta maaf padanya" kataku dan Wolfie menyetujui.

Aku kembali ke kamar mateku untuk mengecek keadaannya. Saat berada di kamarnya, kulihat matanya sembab, hidungnya merah akibat menangis. Aku menghampirinya yang sedang tertidur.

Wajahnya begitu cantik saat tidur, mungkin dia akan lebih cantik jika tersenyum.

"Maafkan aku, aku menyesal telah membentakmu" kataku menyesal. Aku naik ke atas kasurnya dan tidur disebelahnya.

Kebetulan, kasur rumah sakit dipack sedikit luas dari kasur rumah sakit pada umumnya. Aku memeluknya dan meletakkan kepalaku di lehernya untuk menghirup aroma vanilla, coklat dan harum lavender yang menenangkan hati.

***

Elle's POV
Aku merasakan hangatnya sinar matahari yang menembus kulitku. Saat hendak ingin bangun, aku merasa seperti ada yang memelukku.

Aku terkejut ketika mendapati pria yang menolongku sedang memelukku.

Wajahnya begitu sempurna, tubuhnya yang atletis. Dia terlihat lucu dengan wajah polosnya ketika tidur.

"Jadi, bagaimana dengan wajahku? Menarik?"tanyanya yang membuat aku terkaget. Aku tidak menyangka bahwa ia sudah bangun.

"Ti-tidak sama skali!" Jawabku tergagap. Aku langsung mengalihkan pandanganku, menyembunyikan rasa malu dan pipi yang sedang memerah ini.

"Benarkah?"tanyanya lagi. Uhhh dasar pemaksa. Aku tak menghiraukan kata-katanya itu dan segera berdiri dari kasur, tapi ia mencekal pergelangan tanganku lebih dulu dan memelukku.

Aku merasa..

nyaman dipelukannya. Entah mengapa aku tidak ingin melepaskan pelukannya ini.

Kryukuukkk...

"Ohh ya, kau belum makan. Sebaiknya kita pulang ke rumah dan makan dirumah saja"katanya.

TUNGGU! apa dia bilang pulang? Pulang kemana? Rumahnya ? Ohh tidak!.

"Pulang? Kemana?rumahmu?" Pertanyaanku membuatnya terkekeh.

"Ya, tapi lebih tepatnya rumah kita" dia menekan kata 'kita' di sela-sela perkataannya itu. Dia langsung menggendongku ala bridal style. Ahhh kurasakan pipiku merona lagi dan ia langsung membawaku menuju rumahnya. Aku menutup mata karna masih sedikit mengantuk.

HEY GAIZZ..GIMANA? CERITANYA BAGUS? KALO MUNGKIN ADA SARAN DARI PARA READERS SEKALIAN , SILAHKAN MENGAJUKAN KOMEN YA. AUTHOR BAKAL UPDATE LAGI CERITANYA HARI SABTU.
DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT💕💖

-AUTHOR✌

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang