36

5.8K 384 0
                                    

"Dengar sayang, ibu telah melepas segelmu. Kau, kau harus dengar baik-baik. Kau adalah keturunan penyihir putih terkuat, bisa dikatakan kau adalah keturunan terakhir penyihir putih Fortior. Kau, diincar oleh semua kaum immortal. Kau harus lebih waspada, dan gunakan kekuatanmu pada waktu yang tepat nanti. Berlatih. Itu yang harus kau lakukan mulai sekarang."

Aku tahu, ibu tidak bercanda. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat-sangat serius, begitu juga dengan ayah. Dan aku juga tahu maksudnya tentang waktu yang tepat. Aku..arghhh!

Sean, sialan kau! Sampai harinya tiba, aku pasti akan membunuhmu dengan tanganku sendiri! Aku pastikan dan berjanji hal itu akan kulakukan dengan segenap hati! Hari itu akan segera tiba, Sean!
[END POV]

***
Aldrich masih setia menunggu Elle bangun dari tidur nyenyaknya. Ia berharap, gadisnya..

Dan harapannya menjadi kenyataan! Mata indah Elle lama kelamaan terbuka. Aldrich sudah menantikan hal itu terjadi dari 2 hari yang lalu, tepatnya. Tentu saja, nasi goreng spesial yang sudah dibuatnya menjadi sia-sia. Tidak mungkin ia akan menyimpannya sampai hari ini, itu pasti sudah basi dan tidak dapat di nikmati lagi. Poor Aldrich. Yah, lagi pula, ia masih bisa membuatnya lagi.

Di dekapnya Elle erat-erat, lalu berkata "sampai kapan kau akan begini terus-menerus? Aku sangat khawatir tentangmu. Kau selalu tidak sadarkan diri di saat aku sangat-sangat bahagia dan di saat aku ingin berbagi kebahagiaanku itu denganmu. Aku, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana. Seakan-akan MoonGoddes tidak mengizinkanku membagi kebahagiaanku denganmu. Seakan-akan semuanya berpaling dariku. Aku tidak mau, tidak."

Elle menatap Aldrich dengan tatapan sendu.

"Sst, aku janji, ini tidak akan terjadi lagi. Tidak akan." Katanya, lalu tersenyum manis.

"Kau tahu, aku sudah membuatkanmu nasi goreng buatanku sendiri." Aldrich mengerucutkan bibirnya.

"Lalu, dimana itu? Kurasa, aku harus mencoba makanan buatan calon suamiku."

"Itu sudah kubuang, tepatnya 2 hari yang lalu."

"Ha-ah? Itu artinya, aku tidak sadarkan diri selama 2 hari?" Aldrich mengangguk pelan.

"Enghh..begini saja, bagaimana kalau calon isterimu ini membuatkanmu makanan spesial untuk menggantinya?"

"Tidak. Maksudku, tidak, kau bukan calon isteriku." Elle langsung mengernyitkan dahinya. "Kau, kau itu isteriku, calon ibu bagi anak-anakku.",

"Aku akan membuatkanmu lagi nasi goreng spesial yang kubuat 2 hari lalu." Sambungnya. Elle mengangguk-angguk.

Aldrich keluar dan menuju ke ruangan dapur, sedangkan Elle ingin mandi. Ia mengambil handuk yang berada di lemari dan pergi ke kamar mandi. Hatinya tidak tenang, jujur saja, ia marah sekali sekarang. Bukan kepada Aldrich, melainkan seseorang. Rasanya, ia ingin segera merubah orang itu menjadi kecoak yang mampu di injak.

"Sean! Aku akan membunuhmu!" Ucapnya sedikit pelan agar Aldrich tidak dapat mendengarnya.

Setelah melakukan aktivitasnya di kamar, ia langsung turun ke bawah, Menuju dapur untuk melihat apa yang dikerjakan Aldrich sudah selesai atau belum. Disana, lebih tepatnya di meja makan, sudah ada 2 piring nasi goreng tersajikan. Alat-alat makannya juga sudah tertata rapi. Sekarang, yang dibutuhkannya hanya Aldrich. Namun, tidak ada tanda-tanda kehidupan disini, hening.

"Aldrich?" Panggilnya.

Pelukan hangat tiba-tiba, membuatnya sedikit terkaget.
"Ini spesial dariku, tanpa bantuan dari siapapun. Kau suka?" Tanya Aldrich.

"Aku bahkan belum mencicipi makanan itu, bagaimana aku bisa menyukainya?" Katanya mengejek,

"Tapi aku suka kau memasaknya sendiri dengan penuh cinta. Haha.." sambungnya.

Mereka berdua menuju meja makan, duduk dan mulai menikmatinya.

Kuharap itu enak ,batin Aldrich.

"Hmm..ini..lumayan enak!" Seru Elle yang membuat Aldrich gembira mendengarnya. Ia bertanya lagi kepada Elle dan Elle mengangguk.

"Ermm..ada yang ingin kubicarakan denganmu setelah makan."

Seusai makan malam yang walaupun tidak romantis, namun keduanya saling menikmati, mereka berdua pergi ke ruangan kerja Aldrich. Elle terlihat sedikit takut untuk apa yang ingin ia bicarakan. Ia terus saja menggigit kukunya karena takut dan juga gugup. Aldrich saja bingung melihat kelakuan gadisnya yang seperti ini. Ia tahu gadisnya sedang ketakutan sekarang. Bahkan sedari tadi Elle sudah berkeringat dingin. Padahal ruangan itu dilengkapi dengan AC, sehingga tempat itu dingin. Elle selalu menunduk ketika Aldrich memandang ke arahnya, ralat, matanya.

"Jadi, ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan, sweetie?" Tanya Aldrich, lembut.

Dengan posisi kepala yang masih tertunduk, ia menjawab "i-itu.."
Ia bahkan takut membuka suara.

"itu apa? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Coba katakan padaku."

"A-aku.."

"Kau ingin bilang apa?"

"A-aku.."

Rasanya susah sekali untuk dirinya membuka mulut. Ia masih saja menunduk. Aldrich menghampiri gadisnya itu dan memegang dagunya, lalu membuatnya mendongak, menatapnya. Tentu saja, Elle menutup matanya karena takut.

"Buka matamu dan tatap aku." Kata Aldrich.

Elle menuruti perintahnya, takut-takut. Dibukanya perlahan-lahn dan mencoba berani menatap Aldrich. Ia terlalu takut untuk hal itu.

Aldrich tersenyum "Aku tahu apa yang ingin kau katakan," Ia menatap mata gadisnya itu lekat-lekat.

"Kau ingin mengatakan bahwa dirimu seorang penyihir putih jenis fortior, bukan?"


Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang