-#13#-

11K 643 4
                                    

Aku langsung menghempaskan tubuhku ke kasur milik Aldri.

"Untung saja dia tidak tahu soal-"

"soal apa?" Aku terkaget karena dia masuk ke kamar secara tiba-tiba dan belum selesai dengan ucapanku, Aldri langsung menengahi.

"eumm, itu, eemm, bukan urusanmu" balasku karena takut dia akan mengetahui bahwa kakiku terkilir tadi saat jatuh.

"Jangan coba menyembunyikan sesuatu dariku, Amour. Jika kau tidak mengatakannya kepadaku, aku akan menggelitikmu sampai kau mengatakannya padaku" dia mulai melangkah maju menuju kasur

Aku langsung berdiri dari kasur dan sialnya aku lupa bahwa kakiku sedang terkilir.

"akhh!" Yah, kebodohanku membuatku jatuh ke lantai dan Aldri sudah mengetahui apa yang coba kusembunyikan darinya.

"Amour! Ada apa dengan kaki kananmu?" Katanya dan langsung menggendongku dan membaringkan aku di kasur.

"Eumm itu tadi a-aku hmpp,itu tadi aku itu eumm-"

"a eum hmpp tadi aku a eum, sudahlah jangan basa-basi lagi. Cepat katakan apa yang terjadi dengan kakimu? ..Ohh! Apakah karena tersandung tadi? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kenapa kau memilih menyembunyikan ini dariku?" Balasnya dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Aku tak ingin membuatmu repot. Aku tak ingin terlihat lemah, aku ini kuat!. Aku tak mau merepotkanmu hanya karena kakiku terkilir" balasku agak takut.

Aku takut salah bicara kepadanya yang akan membuatnya membentakku. Kudengar ia mendengus kesal

"jangan menganggapku orang asing. Kau itu pasanganku. Tidak mungkin kau merepotkanku. Kumohon, jangan lagi menyembunyikan hal seperti ini" katanya dengan wajah sedih.

Ia mengangkatku dan menuju lantai bawah. Tes, Tes.. air mata mulai membasahi pipiku. Tidak ada yang pernah peduli padaku seperti ini, sejak kejadian waktu dulu.

Aldrich POV
"Kenapa menangis?" Tanyaku khawatir. Aku takut jika ia menangis karena aku berbicara kepadanya dengan sedikit menaikkan nada bicaraku tadi.

"Terima kasih sudah peduli padaku" jawabnya dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Sudahlah, aku kan sudah bilang, kau itu pasanganku, mana mungkin kau merepotkanku" aku mengecup bibirnya sekilas dan langsung turun ke bawah.

"Jo, panggil dokter kemari" aku memindlink Jo

"Baik Alpha" Aku langsung memutuskan mindlink dengan Jo. Tak lama kemudian dokter datang dengan peralatannya.

"Kakinya terkilir, lakukan cara apapun untuk mengobati Luna" jelasku pada dokter dan ia langsung melakukan tugasnya.

Setelah selesai dokter langsung membungkuk untuk menghormatiku dan langsung kembali ke rumah sakit pack.

"Apa kau sudah merasa sedikit baikkan?" Tanyaku.

"ya,lumayanlah" jawabnya dengan senyuman tulus. Ahh cantiknya😍

Kruyukkk..

Kulihat mukanya langsung semerah tomat karena malu. Tawaku lepas dan ia menatapku kesal.

"Apa?" Tanyaku yang masih tertawa karena mukanya yang semerah tomat itu.

"Apa kau lapar?" Tanyaku, tapi dia tidak menjawabnya, ia malah menatapku tajam dan menyilangkan tangannya di dadanya.

Aku langsung mengangkatnya seperti mengangkat karung beras dan ia memukulku untuk menurunkannya.

"Karena kau tak menjawab maka kuanggap itu sebagai jawaban ya" aku langsung membawanya ke ruang makan dan mendudukannya di kursi sebelahku.

"Tunggulah beberapa menit, para maid sedang membuatkan makanan untuk kita" perkataanku membuatnya bingung.

"Bagaimana bisa? Kau saja tidak menyuruh mereka, bagaimana mereka akan tahu kalau kita akan makan?" Ahh bodohnya aku, dia belum mengetahui diriku kalau aku adalah Werewolf.

ya, tadi aku sudah memind-link para maid untuk membuaptkan makanan bagiku dan Luna.

"Ehmm itu, umm , aku sudah memberitahu mereka tadi sebelum ke kamar" jawabku dengan santai untuk membuatnya yakin.

"Lalu dengan dokter itu? Bagaimana ia bisa tahu kalau aku sedang terluka?" Tanyanya lagi. Ahh dasar cerewet.

"Sudahlah, apa mulutmu itu tidak lelah berbicara terus dari tadi?" Aku berusaha untuk mengalihkan topik pembiacaraan kami. Selang beberapa waktu Makan malam dihidangkan dimeja makan. Kami langsung mengambil bagian makanan.

Elle's POV
Aku mengambil makanan dengan porsi biasa yang selalu aku makan. Sedikit.

Ya, itu dapat membuatku kenyang selama 1 atau 2 hari, karena aku sudah terbiasa diberi makan sedikit.

"Kenapa kau makan sedikit sekali, Amour?" tanya Aldri yang sedang memegang Sendok dan garpu.

"Aku sudah terbiasa, lagi pula porsi ini dapat membuatku kenyang selama 1 atau 2 hari" jawabku tanpa merasa bersalah. Ia menambahkan makananku agar banyak.

"Hey apa-apaan ini!" Ujarku kesal padanya.

"Kalau kau makan sedikit begitu, tubuhmu akan kerus kering, kau mau seperti itu? Kau harus membiasakan diri untuk makan banyak" Balasnya dengan wajah datar dan dinginnya.

"Tapi aku sudah terbiasa makan sedikit, kalau terlalu banyak seperti ini bisa-bisa aku muntah, dasar bodoh" ujarku dengan menatapnya tajam.

Rupanya ia tak menggubris perkataanku, setelah menambahkan makananku ia langsung melahap makanannya.

Aku mulai memakan makananku perlahan-lahan. Belum sampai setengah piring, aku sudah merasa kenyang.

"Aku kenyang" tegasku dan hendak beranjak dari tempat dudukku. Dan kebodohanku yang kedua kalinya membuatku aku terjatuh ke lantai serta kursi yang dibelakangku jatuh lebih sialnya lagi sikuku terbentur di ujung kursi.

"Akhh! Dasar kursi sialan" umpatku yang membuat Aldrich tertawa kecil.

"Ya, tertawalah sesuka hatimu" ujarku dengan senyum terpaksa yang berada diwajahku.

Ia menghentikan tawanya itu dan langsung menghampiriku untuk membantuku. Saat hendak membantuku berdiri aku menepis tangannya dari bahuku.

"Jangan sentuh aku" kataku dingin. "Ok, i'm sorry" balasnya dengan wajah memelas. Aku tak mempedulikan permintaan maafnya itu. Aku mencoba berdiri dan terjatuh lagi.

"Kenapa kau tidak tertawa? Bukankah ini lucu bagimu? Tertawa saja sepuasmu! Aku ini lemah. Berhentilah meminta maaf padaku, aku tak akan menerima permintaan maafmu itu" nada bicaraku mulai meninggi.

Entah sejak kapan aku sudah berani berkata padanya seperti ini.

"A-aku min-"

"apa kau tuli? Aku tidak mau mendengar kata maaf darimu" aku langsung memotong ucapannya itu dan mencoba berdiri, yea, aku dapat berdiri walau harus menahan sakit.

Aku mencoba berjalan walau sedikit terombang-ambing(wth😂), aku langsung menuju tangga ke atas.

Setelah sampai dikamar, aku langsung menghempaskan tubuhku ke kasur dan bulir-bulir air mata mulai membasahi pipiku.

"Apa-apaan dia! Aku jatuh malah ditertawakan. Arghhh! Aku benci padamu bodoh!!" Aku menutupi wajahku dengan bantal agar tangisanku tidak terlalu terdengar oleh siapapun yang ada di rumah ini.

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang