35

7.5K 483 17
                                    

"ELLEE!!" Teriak Aldrich menggelengar. Suaranya begitu kuat, sampai-sampai semua penghuni di dalam maupun luar istana dekat pintu gerbang mendengarnya, termasuk Alison dan Jonathan. Mereka berbondong-bondong pergi ke atas. Alison dan Jonathan memerintahkan mereka untuk segera turun dan kembali pada aktivitas mereka masing-masing, sementara mereka cepat-cepat masuk karena panik. Jonathan menanyakan apa yang terjadi, Alison menyikut perut Jonathan. Jonathan masih bingung, sedangkan Alison sendiri bahkan sudah gemetar ketakutan.

"Ada-" baru saja ingin bertanya, pertanyaan sudah dipotong oleh Aldrich.

"Ia tidak bangun sejak tadi. Saat kubangunkan, dia tidak menunjukkan respon sama sekali. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali, dia tidak bergerak. Dia..tubuhnya seperti tubuh yang sudah mati. Aku, aku, aku takut sekali. Ada apa dengannya? Apa yang terjadi?" Ia memelihat ke arah mereka berdua yang tengah berdiri mematung "Katakan! Katakan apa yang terjadi padanya! Beritahu aku, kumohon. Katakan, aku harus bagaimana? Aku harus apa untuk membuatnya bangun? Katakan! Apa kalian tidak punya mulut?!"

Percayalah, ia terlihat setengah gila dan setengah menyeramkan. Tapi dibalik wajah mengerikannya, terdapat kesedihan dan rasa kuatir yang lebih. Dan kejadian itu membuatnya teringat pada perkataan Elle semalam, sebelum mereka tidur. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak akan bisa selamanya menemani Aldrich. Ia meremas dan menarik rambutnya, frustasi.

"Bawa Warren kemari! Sekarang!" Titahnya yang langsung di turuti oleh Jonathan. Sedangkan Alison memilih untuk menemani mereka berdua dan berusaha untuk menenangkan kakaknya yang terhanyut amarah.

"Ia akan baik-baik saja. Percayalah, kak." Ucapnya.

"Kuharap perkataanmu itu bisa menjadi kenyataan." Balasnya.

***
Elle's POV

Ruangan ini terasa asing bagiku. Hitam tanpa adanya warna yang setidaknya dapat menghiasi tempat ini. Gelap gulita, tidak ada terang, bahkan hal itu membuatku semakin ketakutan. Tempat itu menyeramkan, tadinya. Cahaya tiba-tiba muncul, beberapa orang muncul,latar tempat dan waktunya juga ikut masuk dalam cahaya itu. Seperti saat kau sedang menonton tv, beberapa acara di siaran-siaran tv menampilkan hal-hal seperti ini. Tapi bagiku, itu seperti sesuatu yang nampaknya familiar. Sesuatu seperti, ingatan?

Aku tidak mengerti, mengapa hal seperti ini diperlihatkan kepadaku. Ada seorang gadis kecil, tidak, kurasa dia berusia seluluh tahun. Nama kami berdua sangat mirip, ralat sama. Namaku disebut sebanyak dua atau tiga atau bahkan lebih dari itu di dalam ingatan tersebut. Tapi aku bahkan tidak bisa, aku tidak bisa mengingat masa kecilku sendiri. Yang dapat ku ingat adalah hari pernikahan ayah, tepat dimana ayah masih bersikap dia menyayangiku sama seperti sebelum ia menikah dengan ibu tiriku. Setelah malam harinya, sikapnya langsung berubah drastis.

Sudahlah, lupakan hal itu. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang kupedulikan saat ini adalah mencari tahu apa sebabnya ayah bersikap seperti itu dan kebahagiaanku dengan Aldrich serta pack-nya.

"Lil' Princess." Suara itu, itu terasa nyata.

"Lil' Princess." Tunggu, itu bukan khayalanku saja. Itu benar-benar nyata!

Segera kucari sosok yang memanggilku dengan sebutan lil' princess. Oh ayolah, aku tidak bisa melihat apapun karena sekarang cahaya sialan itu menghilang! pemberi harapan palsu!

"Tutup matamu dan bayangkanlah terang!" Lagi-lagi suara yang entah darimana asalnya.

Yah, setidaknya mencoba apa yang dikatakannya boleh juga. Aku melakukan apa yang dikatakan suara asing itu. Dan, ya, aku berhasil. Berhasil? Ya! Aku berhasil melakukannya! Tapi yang kubayangkan adalah kamar Aldrich. Dan disinilah aku, tapi hanya ada diriku saja. Apa Aldrich tahu keadaanku sekarang? Aku takut ia menjadi khawatir tentangku.

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang