29

6.8K 432 8
                                    

-Baru kemarin ku melihat cerahnya pelangi menerangi hati, namun dengan cepatnya hujan telah membasahi pipi. Dan gemuruh angin meredam isak tangisku.
[Yang terdalam]

***
Aldrich terbangun dari tidur tidak nyenyaknya dan mimpi buruknya.

Tidurnya semalam sangat tidak nyaman, perasaan gelisah tidak berhenti menganggunya. Perasaan bersalah yang selalu menghantuinya, membuatnya bermimpi buruk.

Ia merasakan sesuatu yang salah saat ia tidur. Merasakan ada sesuatu yang mengganggu tidurnya.

Sinar matahari menembus jendela kamar itu. Membuat Aldrich bangun dan mengucek matanya.

Melihat sekitarnya, terdapat kamar yang asing, dan ia mengalihkan pandangan kepada sosok yang tertidur nyenyak.

Betapa terkejutnya ia, saat mengetahui bahwa yang berada di sebelahnya bukanlah kekasihnya, namun perempuan lain.

Posisi mereka berdua sekarang seperti pasangan yang sedang berpelukan. Tanpa ada jarak yang membatasi tubuh keduanya, wajah mereka berdua berdekatan dan hanya berjarak 5cm saja.

"Demi Moon Goddes!" Ia segera bangun. Sekarang kesadarannya telah terkumpul sepenuhnya.

"Apa yang kulakukan disini? Pantas saja aku tidak tidur nyenyak" ia langsung beranjak pergi, meninggalkan Zoey yang masih bermimpi indah.

Saat keluar dari kamar itu, Aldrich berpapasan dengan Elle yang terlihat kacau.

Mata sembab, hidung merah, rambut yang berantakan. Penampilannya sekarang ini bisa membuat orang lain mengira, ia adalah pasien dari Rumah Sakit Jiwa yang melarikan diri.

Elle hanya menatapnya sebentar dan berlalu pergi. Namun cekalan tangan dari Aldrich langsung memberhentikan langkah kakinya.

"Tunggu, aku bisa menjelaskannya" ucapnya spontan.

"Dia cinta pertamamu, aku mengerti" Elle hanya dapat tersenyum palsu dan menepis tangan Aldrich dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Aldrich.

Aldrich yang melihat kekasihnya itu menjauh, membuatnya hanya bisa mematung, diam tanpa berkata-kata. Dan tanpa sepengetahuan Aldrich, Elle pergi dengan air mata yang sudah berjatuhan.

Bayangkan betapa sakit hatinya hati seorang perempuan, mengetahui kekasihnya tidur bersama orang lain..

***

"Oh astaga! Ada apa dengan dirimu, Elle?" Ucap Alison yang terkejut dengan penampilan Elle sekarang.

Elle hanya menatapnya, memberikan senyuman untuk menutupi kepedihan yang sedang ia sembunyikan.

Ia tidak menjawab pertanyaan Alison dan hanya pergi begitu saja setelah memberikan senyumannya.

Sekarang, dia tidak mempunyai selera untuk berbicara dengan siapapun, bahkan Aldrich.

Dia butuh waktu sendiri, waktu untuk bergumul dengan keadaannya sekarang, waktu untuk jauh dari siapapun.

Ia memutuskan untuk berjalan mengelilingi pack saja. Segera ia pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Sialnya, saat membuka pintu kamar, ia mendapati Aldrich yang sedang duduk ditepi ranjang dengan raut wajah yang penuh rasa bersalah.

"Biarkan saja pembohong itu, lakukanlah urusanmu saja, tidak usah berbicara dengannya" entah suara darimana mengatakan hal itu kepadanya.

Elle hanya menatapnya sekilas dan melakukan urusannya.

Aldrich mendongakkan kepalanya dan menatap Elle. Ia segera berdiri dan menghampirinya "Elle, kumohon dengarkan aku dulu" ucapnya sambil memegang lengan Elle.

"Maaf, aku tidak ingin membicarakan apapun sekarang, tuan" balasnya, ia menepis kasar Aldrich dan melakukan apa yang ia ingin lakukan tadi.

Ia menuju lemari dan memilih pakaian yang akan ia pakai.

Tiba-tiba ada tangan memeluknya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Aldrich?

Inilah pelukan yang ia rindukan. Pelukan yang seharusnya hanya untuknya, pelukan hangat penuh kasih dari Aldrich untuknya. Namun sudah terkotori oleh gadis yang tak diinginkan oleh Elle.

Ia tidak boleh lengah hanya karna pelukan ini. Tidak! Ia tidak boleh lengah!

Elle meronta-ronta ingin melepaskan pelukannya itu. Tapi apa daya, kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Aldrich, apalagi ia adalah seorang Alpha.

"Lepaskan!" Tegas Elle, dengan suara bergetar. Aldrich melepaskan pelukannya walau dengan berat hati.

Elle langsung mengambil pakaiannya dan langsung cepat-cepat pergi meninggalkan ruangan itu.

Ia tidak peduli dengan Aldrich. Aldrich tidak memikirkan bagaimana rasa sakit yang ditanggung olehnya.

Ia mempersilahkan gadis itu duduk dipangkuannya, memeluknya dengan penuh kasih, mengecup puncak kepalanya, dan tidur seranjang dengannya.

Cukup sudah! Ia tidak ingin lagi percaya dengan semua kata-kata manis yang Aldrich lontarkan padanya. Ia tidak ingin lagi mendengar penjelasan darinya.

Keadaan sudah mengatakan padanya, itu sudah tergambar dengan jelas pada tingkah laku keduanya.

Sudah cukup untuk semuanya! Ia tidak ingin lagi mendengar apapun dari mulut Aldrich.

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang