40

5.6K 283 2
                                    

"Haha..seseorang yang dia kenal," tawa gadis itu menggelegar di sepanjang koridor menuju sebuah ruangan. "Ya. Aku, Belianna."

Ia tertawa lepas, seakan-akan, ia sedang menonton film lucu hingga membuatnya sakit perut. Ia bertepuk tangan heboh. Jika saja Zoey tidak bersamanya, maka ia memang benar-benar gila.

"Kau sangat hebat dalam hal sihir, adik ipar." Ucap Zoey, memuji.

Ia menyeringai dengan senyumannya yang terkesan licik. "Aku memang ahli dalam hal ini, kakak ipar. Yang ku butuhkan hanya menunggu waktu yang tepat. Setelah itu, si gadis sialan itu akan mati di tanganku sendiri. Haha..aku benar-benar akan mencabut jantungnya itu dan segera memakannya untuk keabadianku."

"Kau sangat pintar! Aku sangat beruntung mempunyai adik ipar sepertimu!" Zoey ulang memuji.

Mereka berdua sekarangberada di ambang pintu ruangan tersebut. Dengan gerakan pelan, Belianna membuka pintu dan langsung masuk.
"Kau harus meningkatkan kekuatanmu, Ann." Kata Sean, sambil mengamati sebuah benda yang sedang berada di genggamannya.

"Kau tahu, itu sihir yang kuat melebihi cukup. Penyihir kelas bawah tidak akan pernah bisa melakukan hal seperti yang kulakukan. Jika mereka bisa menghilangkannya, itu berarti.."

"Ya. Warren kembali. Si tua bangka itu kembali dengan buku--

--buku sihirnya!" sambung Belianna sambil memekik.

"Itu maksudku," Sean mengangkat benda di tangannya itu. "Bukankah ini berfungsi sama dengan buku sihir tersebut? Apa kekuatannya sebanding? Bagaimana cara kerjanya?"

"Hey, Tenanglah! Aku penyihir hitam kelas atas. Aku bisa menangani ini semua. Dan benda itu, err..tongkat itu. Kekuatannya memang tidak sebanding dengan buku sihir yang berada pada Warren. Tapi itu bisa menangkal maupun melakukan sihir yang luar biasa, tapi hanya sementara. Tidak lebih dari 2 hari."

"Apa kita harus memanggil Morgana?" Tanya Zoey, mengusul.

"Bukan memanggil," sekarang Sean menghadap mereka berdua. "Tapi membangkitkannya."

***
"Morgana?" Tanya Elle bingung.

Sedari tadi, mereka membahas hal-hal yang mengenai sejarah buku sihir yang sedang berada di depan mereka sampai pada Morgana. Nama yang mematikan bagi para kaum penyihir.

Morgana, seorang penyihir wanita yang dulunya adalah penyihir dari kaum Fortior, namun karena kesalahpahaman, ia akhirnya menjadi penyihir kegelapan yang paling ditakuti. Mereka memujanya bak dewa. Kematiannya disebabkan oleh keluarga Warren. Euh, banyak sekali sejarah yang ada pada keluarga mereka rupanya.

"Lalu, bagaimana cara kalian mengalahkannya?" Kini giliran Jonathan yang bertanya, setelah mendengarkan dengan saksama.

Raut wajah Warren berubah sedih, "Saat itu adalah saat yang paling sulit untuk kami. Kami harus mengerahkan seluruh tenaga kami agar bisa membunuhnya. Cara untuk mengalahkannya yaitu dengan mengorbankan jantung dari seorang penyihir jenis fortior. Dan jantung yang dikorbankan itu tidak bisa sembarangan. Harus jantung dari pemimpin kaum kami."

Warren mulai menitikkan air mata.

"Dan saat itu yang menjadi pemimpin adalah kakekku. Dialah yang menjadi penyelamat kami. Dia mengorbankan dirinya  dan membiarkan kami hidup. " jelas Warren, ia menyeka air mata yang jatuh. "Kukira dia sudah mati."

Alison mengerutkan dahinya. "Engh?"
Warren mengangguk-angguk. "Ya. Belum. Dari buku sihir yang telah ku baca, ia dapat dibunuh dengan cara membacakan mantra kutukan kematian."

"Bukankah hal yang mudah?" Elle heran, mengapa bukan hal itu saja yang mereka lakukan?

"Harus yang berdarah campuran yang bisa melakukan hal itu. Dan juga, mereka yang bisa menguasai lima elemen. Dan bukan hanya itu. Penyihir yang memiliki tato bunga di pergelangan tangannya juga kaki. Oh, ya, di bagian belakangmu ada sebuah tanda. Seperti bunga mawar yang besar?"

Elle melongo.

"Kau," Warren tersenyum. "Ya, hanya kau yang bisa."

"Aku tidak bisa. Itu, mustahil!"

"Tidak. Selama kau bisa menguasai kekuatanmu dengan cepat, kau--

--Itu tidak akan bisa, kek. Aku, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana! Baru tiga elemen yang aku bisa." Sanggahnya.

Brukk..

Pintu terbuka lebar, nampak yang mengetuk sedang tergesa-gesa. Raut wajahnya menunjukkan kegelisahan. Keringatnya bercucuran. Hatinya tidak tenang.

"Maaf alpha, tapi wilayah perbatasan barat diserang secara tiba-tiba."

Happy Sunday💋
-Maaf kependekan. Soalnya part ini disusun lagi karna hilang. Minggu depan, janji bakalan dipanjangin :)

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang