42

4.4K 234 7
                                    

"Jadi," Sean mengangkat kakinya ke atas meja. "apa dia sudah mati?" senyum menjijikannya mengembang.

Perempuan yang sedari tadi berdiri dihadapannya, mengangguk pelan. Perempuan berbalutkan pakaian perawat itu, terlihat bangga dengan kejahatan yang diperbuatnya.

"Kau yakin?" tanya Sean dengan nada ragu.

"Saya yakin, Tuan." sahut perempuan itu dengan nada meyakinkan. "Saya melihat dengan mata kepala sendiri, Dokter mengatakan bahwa Alpha telah mati."

Sean tergelak-gelak.

Ketukan pintu sebanyak tiga kali membuat tawanya berhenti. Sosok yang mengetuk pintu tersebu, masuk dan memberi salam dengan meletakkan tangan kanannya di dada, lalu menunduk.

"Alpha, semuanya sudah siap." Kata anak buahnya Sean.

Sean mengangkat sebelah alisnya sambil menampakkan seulas senyum. "Adikku, apa dia sudah siap?"

"Ya."

Sean bangkit berdiri, lalu menuju ke tempat tujuannya. Hari ini adalah hari dimana Sean akan membangkitkan Morgana. Penyihir hitam terlicik, dan mungkin jelmaan iblis, yang dikenal dalam sejarah para penyihir. Untuk membangkitkan Morgana, tidaklah mudah. Melakukan sesuatu yang penting berarti harus ada pengorbanan. Sebanyak dua puluh penyihir hitam menjadi korban upacara pembangkitan ini. Jiwa mereka akan ditukar dengan jiwa Morgana. Tapi, itu belum menjadi puncaknya. Belianna juga yang bersedia mengorbankan tubuhnya menjadi tempat persemayaman Morgana, harus rela jika ia tidak dapat kembali. Dalam arti, dia mati.

Tidak banyak orang yang hadir dalam upacara pembangkitan itu. Mungkin, upacara harus diganti dengan hari. Entah bagaimana Sean menyebutkannya. Yang penting baginya hanyalah Morgana yang akan membantu rencananya.

Oya, Helena juga hadir dalam upacara ini. Dan coba tebak! Siapa dia? Dan mengapa dia bisa hadir dalam upacara ini?

Jika kalian menebak dia adalah ibu dari Sean, maka kalian benar. Sifat ibunya yang busuk menurun pada anaknya. Lucu. Ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Yang jatuh busuk, pula! Mana bisa dimakan?

"Dimana Anna-ku?" tanya Sean, kebingungan. Benar, Belianna tidak terlihat di area yang seharusnya. Area kematian, haha. Mungkin, jika Elle ada disini, maka dia akan tertawa melihat seseorang rela mengorbankan dirinya untuk sesuatu yang tidak berguna. Tunggu. Bukankah itu idiot? Mungkin namanya harus diganti menjadi 'Belianna si Idiot' atau 'Idiot Belianna' kedengarannya bagus.

Astaga, Elle tidak mungkin hadir disini. Karena dia harus menangisi kepergian kekasih jiwanya. Jadi, seharusnya dia tidak akan datang tiba-tiba, menerobos masuk, dan mengamuk, lalu membunuh Sean dan seluruh keluarganya. Dengan begitu, dendamnya terbalaskan, dan pembunuhan massal terjadi. Itu, kan, yang diharapkan semua orang?

Maaf saja, tapi Elle itu tidak bodoh. Dia harus memikirkan matang-matang, bagaimana yang seharusnya dia lakukan. Ngomong-ngomong dengan bagaimana yang seharusnya dia lakukan, dia juga harus membunuh Morgana. Itu pun jika Morgana bangkit dari tidur panjangnya. Membuatnya bernapas kembali.

Apa dia bernapas?

Entahlah, hanya Sang Kematian saja yang tahu.

"Sean!" Tiba-tiba suara Zoey yang memanggil membuat pria itu berbalik. Dia kira hanya Zoey, ternyata wanita itu bersama dengan Belianna-nya.

"Aku gugup," sambar Belianna. Yang benar saja, gugup? Untuk apa?

Sean mengusap rambut adiknya itu. "Kenapa gugup? Seharusnya kau senang kar'na akan membantu kakakmu ini." senyum pria itu mengembang.

Membantu? Hah, Sean membantumu untuk mati. Sadarlah Belianna. Dia bahkan sudah siap mental dan batin untuk kehilanganmu. Kenapa Morgana tidak bisa memasuki masing-masing dari mereka agar mereka cepat mati? Oke, itu hanya candaan belaka.

"Tapi, bagaimana jika Morgana tidak menyukai tubuhku? Kau tahu," bagaimana Sean tahu kalau kau belum memberi tahunya Belianna yang pintar. "aku saja muak dengan tubuh ini. Jika aku mati, mungkin aku bisa meminta pada Sang Kehidupan untuk memberikan aku tubuh yang lebih baik dari ini jika nanti aku bisa hadir di kehidupan selanjutnya."

Ayolah, kehidupan selanjutnya itu hanyalah mitos.

"Hush! Jangan bilang seperti itu! Kau tidak akan mati!" ujar Sean seperti membentak.

Lihatlah momen perpisahan ini. Menyedihkan.

"Bisa kita mulai?" tanya Zoey.

Semua orang yang terlibat segera memasuki area yang telah dibatasi. Belianna maju sampai ke tengah, sedangkan Zoey dan Sean berada di belakang. Hanya beda sepuluh langkah.

Tamu spesial mereka sekaligus yang akan membantu mereka dalam upacara ini ; Avizel-pemimpin para penyihir hitam.

"Kau siap?" tanya Avizel, memastikan.

"Cukup siap, kurasa." jawabnya pelan.

"Baiklah. Kita akan mulai."

Avizel mengeluarkan buku mantranya. Jangan salah, buku mantra yang ada pada kaum penyihir manapun hanya dua. Satu bagi kaum penyihir putih. Dan satunya lagi, sudah pasti untuk para penyihir hitam.

"Aku, Avizel, Pemimpin para penyihir hitam, memanggil Morgana, Sang Dewi Kegelapan." ucapnya dengan suara lantang. Matanya berubah menjadi hitam pekat. Dia mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali. Lalu ada beberapa sambungan dengan mantra-mantra yang dia baca dibuku mantranya.

Setelah itu, Avizel membuka matanya. Menampakkan kedua iris matanya yang berwarna biru gelap. Avizel menautkan keningnya. "Apa ini, gagal?"

Sean juga heran dengan hal ini. Tidak terjadi apa-apa.

Tiba-tiba,
TBC
.
.
.
.

Sedikit curhatan😂

Halo gaes! Jadi gini, alasanku karena telat update-Ralat, telat banget, yaitu ; pas kelar ujian, sebenarnya sebelum tgl 4 Desember, aku udah nulis sebagian. Tapi karena mendengar berita buruk dari sekolah(Aku remedial), so, aku jadi malas akan sesuatu. Dan pas aku nulis, laptopnya mati tiba-tiba. Baterainya habis! Dan, urgh, kekesalanku jadi bertambah karena itu belum disimpan sama sekali. N, u guys know how it feel, pokoknya aku bener-bener pengen buang tu laptop. Aku jadi nggak semangat nulis. Ide aku entah kemana. Dan pas beberapa hari lalu, semangat nulisku kembali(itu karena kalian, para readersku yang tercintahhh😂😄😄😄*alay?tapiitufaktanya*) Disini, aku mau berterima kasih kepada kalian. Karena kalian, ceritaku ini bisa mempunyai banyak pembaca, disukai, dsb. Semoga kalian nggak bosan baca cerita ini. And i'm so sorry, krn bikin kalian nunggu lama. Thank you very much, gaes! Merry Christmas! Love you, Gaes!

Falling In Love With An AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang