Suasana malam di kota Seoul tampak sepi dan mencekam. Semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah beraktifitas. Di dekat sebuah lorong yang sepi, tampak seorang anak kecil perempuan berpenampilan kumal dan berantakan sedang mengorek-ngorek tempat sampah untuk mencari makanan yang mungkin masih bersisa. Perutnya lapar sekali tapi dia tidak punya uang untuk membeli makanan yang layak. Setelah mengorek-ngorek tempat sampah selama beberapa menit, dia menemukan sebuah kotak makan siang yang masih tersisa sedikit makanan.
Tanpa pikir panjang dia langsung mengambilnya dan memakannya dengan lahap. Sebenarnya walaupun terlihat kumal, anak perempuan itu sangat cantik. Dengan rambut panjang berwarna blonde, mata yang besar berwarna cokelat dan kulitnya yang putih bersih membuat siapa saja mungkin bisa terpesona olehnya. Sekali lihat pun semua orang sudah bisa menebak bahwa dia pasti bukan penduduk asli Korea. Melainkan pendatang dari luar negeri. Anak itu terus memakan makanannya dengan lahap, walaupun makanan sisa.
Setelah menghabiskan makanannya, dia pun berbaring di tanah dengan hanya beralaskan kardus. Tubuhnya bergetar karena sekarang sudah masuk musim dingin. Pakaiannya benar-benar tak layak untuk dipakai saat musim dingin. Tapi apalah daya. Dia tak memiliki uang untuk membeli baju hangat. Bahkan untuk membeli minuman atau makanan saja dia tak sanggup. Untuk menghilangkan rasa dingin, anak itu pun berusaha tidur. Kelopak matanya pun juga semakin berat. Bahkan suara keributan pun tak membangunkan anak itu.
Saat itu ada seseorang yang tampak berlari sambil membawa tas dan berhenti di samping anak itu tertidur. Karena panik, orang yang adalah seorang pencuri itu membuang tasnya ke dekat anak itu dan kabur ke arah lain. Warga yang mengejar berhenti di tempat anak itu tidur saat melihat tas curian yang mereka cari ada disana. Dan tanpa pikir panjang, salah satu dari mereka menarik kasar tubuh kecil anak itu hingga terbangun. Anak itu membuka matanya dan melihat orang-orang berkerumun sambil menatapnya dengan tajam. Dan anak itu tentu saja takut. Juga bingung. Apa yang membuat mereka menatapnya sampai seperti itu.
"Anak sekecil ini sudah mencuri ya? Kau komplotan pencuri itu ya." Kata orang yang menarik anak itu.
"Aniyo." Lirih anak itu.
"Mengaku saja. Tas ini ada di kamu. Teman kamu sudah pergi. Jadi kamu akan kami bawa ke kantor polisi." Sahut yang lain.
"Aniyo."
"DIAMMM."
Anak itu berontak yang tentu saja membuat salah satu dari mereka langsung memukul kepalanya dengan keras. Anak itu ambruk ke tanah dengan luka di kepalanya. Darah mengalir deras tapi mereka memukuli anak itu tanpa ampun. Sampai akhirnya ada 2 orang wanita cantik yang melihat kasus pemukulan itu dan menghampiri mereka untuk mencari tahu apa yang kerumunan itu perbuat. Dan mereka terkejut saat menyadari siapa yang mereka pukuli.
"HENTIKAN. KENAPA KALIAN TEGA MEMUKULI ANAK KECIL INI?" Teriakan salah satu wanita tersebut menghentikan penganiayaan yang mereka lakukan. Sementara yang seorang lagi menyeruak dan meraih anak kecil itu ke pangkuannya. Darah menetes dengan deras dan anak itu sudah pingsan.
"Tapi dia adalah pencuri tas Ibu itu." Kata salah satu dari mereka.
"Kalian ada bukti dia melakukan itu? Apa dia menyentuh tas itu saat kalian menghampiri anak ini?"
Ucapan wanita itu membungkam mereka. Karena memang saat tas itu ditemukan, anak itu sedang tidur tanpa memeluk tas curiannya. Dan posisi tas itu juga agak berjauhan dari tempat anak itu tidur. Wanita yang satu lagi berusaha menyadarkan anak itu perlahan. Tapi tak ada respon sama sekali. Tentu saja dia khawatir. Dan rasa khawatirnya bertambah saat menyadari denyut nadi anak itu sangat lemah. Dia mendongak menatap wanita yang terlihat sebaya dengannya itu.
"Seulgi, kita harus bawa anak ini ke rumah sakit. Nadinya sangat lemah." Katanya panik.
"Oke. Seungwan, kajja kita pergi. Dan kalian akan mendapatkan akibatnya karena saya akan membawa kalian semua ke polisi." Seulgi mengancam mereka.
"Sok sekali dia. Dia pikir dia siapa?" Suara salah satu dari kerumunan itu menghentikan langkah Seulgi untuk menyusul Wendy yang sudah membawa anak itu ke rumah sakit.
"Kamu mau tahu saya siapa? Saya adalah ini."
Seulgi melempar kartu namanya dan mereka kaget saat menyadari siapa dia. Ternyata Seulgi adalah seorang jaksa yang paling dihormati dan disegani disana. Seulgi langsung berlari menyusul Wendy yang sudah tiba di rumah sakit yang tak jauh dari tempat anak itu tidur. Para perawat yang melihat Wendy membawa pasien langsung menyiapkan ranjang tapi Wendy memilih berlari ke UGD karena anak itu kondisinya sudah gawat. Seulgi yang ingin ikut masuk langsung ditahan oleh Wendy.
"Seulgi-ya, tunggulah disini. Aku akan menyelamatkan anak ini." Kata Wendy setelah menyerahkan anak itu pada perawat.
"Tolong dia Seungwan. Lakukan apapun." Lirih Seulgi.
"Iya. Tenang saja."
Pintu UGD tertutup menyisakan Seulgi yang menatap gelisah ke arah pintu UGD. Dia mengacak rambutnya kasar dan mondar-mandir di depan UGD. Tak lama kemudian, seseorang tampak berlari sambil memanggilnya. Seulgi menoleh dan mendapati Kakak pertamanya menghampirinya dan menatap Seulgi yang tampak kacau.
"Ada apa sebenarnya Seulgi? Ada apa dengan Seungwan?" Katanya panik.
"Bukan Eonnie. Seungwan baik-baik saja. Kami berdua membawa anak kecil yang di aniaya oleh orang-orang yang salah paham. Seungwan di dalam sedang menangani anak itu." Sahut Seulgi.
"Apa? Anak kecil? Kenapa bisa?" Tanya Irene tak menyangka.
"Tuduhan pencurian. Tapi mereka semua sudah aku laporkan."
"Ya sudah. Ayo kita tunggu."
Seulgi mengangguk dan terus menatap ruang UGD yang masih tertutup. Irene kini menemani Seulgi sambil sesekali melihat ke arah pintu UGD. 3 jam sudah Irene dan Seulgi menunggu. Tapi Wendy belum keluar juga membuat mereka semakin resah. Akhirnya Wendy keluar dari ruang UGD dengan lesu. Seulgi dan Irene langsung menghampiri Wendy yang terlihat lemas seperti sudah tak punya tenaga lagi. Irene langsung memeluk Adiknya sementara Seulgi tampak cemas.
"Seungwan, bagaimana?" Tanya Seulgi.
"Aku hampir kehilangan anak itu." Sahut Seungwan lemas.
"Tapi sekarang dia baik-baik saja kan?" Giliran Irene bertanya.
"Dia berhasil aku selamatkan. Tapi sekarang dia koma."
Mendengar anak itu koma, mereka berdua hanya bisa diam. Akhirnya Irene menuju bagian administrasi untuk mengurus kamar anak tak dikenal itu. Sementara Seulgi menunggu didepan UGD dengan cemas. Tak lama kemudian, anak itu dibawa menuju ruangan VVIP pilihan Irene. Sungguh miris melihat tubuh mungil itu harus dipasangkan berbagai kabel dan selang untuk membantunya bertahan.
Bangunlah Nak. Kamu akan aman bersama kami. Batin mereka bertiga.
TBC
Mencoba keluar dari zona nyaman saya dan membuat ff yang memakai nama Idol K-Pop. Ini pengalaman pertama saya membuat karya yang memakai tokoh dengan nama Idol K-Pop jadi harap berikan saya masukan. Karya saya yang ini pure bertemakan family dan tidak ada percintaan. Saya juga mempublikasikan karya baru saya bertepatan dengan tanggal comeback Blackpink. Saya sangat senang sekali mendapat kabar ini dan bulan depan juga akan dimulainya debut sub unit Irene & Seulgi. Saya jadi tambah bahagia. Semoga kalian suka ff ini. Mohon vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Loved
General FictionSemula hidupnya berantakan dan tak terarah saat dirinya harus pergi dari panti asuhan sejak pemiliknya meninggal dunia. Tapi semua berubah saat seorang Kakak-adik mengangkat dan mengasuhnya