Saara's POV (Point of View)
Studio
I know you don't wanna talk, right?
We've been on and off like the crosslights
You heard I'm playin' with them hoes like I golf, right?
When I touch you, I get frostbite
Girl you're so cold, so cold, so cold ...'This song is represents my heart'. Kata-kata itu terus mengiang di telingaku sejak rekaman lagu ini berlangsung. Aku duduk disofa mendengarkan Justin dan Sean rekaman. Lagu ini memang begitu dalam. Sebenarnya aku menulis lirik ini berdasarkan kejadian waktu itu. Namun aku tidak menyangka lagu ini juga sama seperti yang Justin alami.
Sepertinya dia begitu mencintainya. Sedih hati ini. Suasana hatiku menjadi tidak enak. Aku mencoba untuk memejamkan mataku.
"Saara? Are you alright?" Tubuhku diguncang sedikit. Aku membuka mata dengan cepat dan melihat Justin sudah disebelahku. Aku tersenyum namun hati ini tetap sedih.
"What?" Tanyaku.
"Kau terlihat tidak bersemangat hari ini, ada apa? Kau bisa cerita denganku." Aku hanya tersenyum tipis. Bagaimana bisa aku menceritakan hal ini pada Justin. Aku tidak mau merusak pertemanan yang baru kujalin dengannya.
"I'm not feeling well today. You know kinda dizzy."
"Okay i'll drive you home." Justin langsung berdiri dan mengulurkan tangannya. Aku menggenggam tangannya.
"No, i can take care of myself. Kau juga harus rekaman kan hari ini? Tidak apa Justin. Nanti akan kuhubungi apabila terjadi sesuatu, okay?" Justin hanya bisa menghela nafas dan memelukku.
"Be careful, Baby girl." Justin mengecup ujung keningku lalu aku keluar dari studio dan pulang.
* * *
"Mike ...," panggilku saat aku berada didepan pintu apartemennya. Aku mengetuk berulang kali namun tidak ada jawaban. Where are you, Mike? I need to tell you everything happened.
"Are you looking for Mike?" Aku terkejut saat Justin tiba-tiba sudah berada disini.
"What the hell? What are you doing here? Are you stalking me?" Tanyaku sambil tertawa.
"Haha ... no. Mike told me to pick you here. He's on my place." Justin berjalan menuju tempat parkir dan disusul olehku.
Setelah sampai dimobil, Justin langsung menancapkan gas.
"Congrats on your new single. It's amazing." Aku membuka percakapan.
"Thanks. You helped me a lot." Justin tersenyum namun pandangannya tetap lurus kedepan.
"You know ... we've been close like months ago. But ... not all the people likes it. Like ... they hating on me and send a bad threat. Because you're now my friend. You know ... they said i used you for fame." Aku menundukkan kepalaku karena air mataku sudah mulai menetes.
Justin tiba-tiba langsung membanting stir mobilnya ke kanan. Justin langsung menggenggam tangan kiriku erat.
"Hey look at me," kata Justin. Namun aku tidak melihatnya karena aku sudah menangis. "Look at me, my beautiful Saara," lanjutnya.
Dengan terpaksa aku menatap wajahnya yang tampan ini. Aku semakin tidak bisa menahan air mataku. Justin langsung memelukku erat dan aku menangis didalam pelukannya.
"Kau tidak perlu khawatir, Saara. Selama kau ada disampingku, kau kan aman. Kau tidak perlu mengkhawatirkan orang yang membenci mu. Kau tidak menggunakanku untuk popularitas. Kau menjadi terkenal karena aku temanmu. Semua temanku dulu juga begitu. I'll protect you no matter what. Okay?" Sekarang aku menatap wajahnya lagi. Air mataku sudah berhenti namun masih meninggalkan sisanya di pipi.
Aku mengangguk dan tersenyum. "Please stay beside me," ucapku pelan. Tapi Justin mendengarnya.
"Sure i will." Justin mulai menyalakan mesin mobil lalu kami melaju kerumahnya.
* * * * * *
End of Part 7. Wait for part 8!
Don't forget to comment and give a vote of you like. Thank yo
KAMU SEDANG MEMBACA
You're A Song To Me
Fiksi PenggemarI'll wait for you, Justin. Love triangle between Justin Bieber, Saara Palvin and Calum Hood.