Part 26

261 33 1
                                    

Saara's POV (Point of View)

Studio, as always

"Aku bosan." Kakiku kunaikkan di senderan tangan sofa yang kutiduri. Tidak ada yang merespon keluhanku. Semua sibuk dengan urusan masing-masing.

Aku memegang handphoneku dan cepat-cepat memesan tiket konser Justin untuk tanggal 20 dan 21 Maret mendatang. "Uangku kuhabiskan untuk sesuatu yang bermanfaat." Aku bergumam sendiri.

Semenjak 2010, saat aku melabel diriku sendiri menjadi Belieber, aku bertekad untuk menonton konsernya. Namun, dari kedua konser dunia nya, tidak ada salah satupun yang aku hadiri. Pertama karena harga tiketnya yang mahal dan ... aku tidak berani untuk meminta nya kepada ayah.

Saat aku sudah menghasilkan uang sendiri pada tahun 2013, konsernya sudah selesai. Dan ... ini sangat membuatku frustasi. Salah satu mimpi para Beliebers adalah datang ke konsernya.

Jadi, ini benar-benar kesempatan emas yang tidak bisa kulewatkan begitu saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana histerisnya aku saat melihatnya beraksi di panggung.

"Saara, can you help me?" Lenganku disentuh dan aku langsung tersadar dari lamunanku.

"Oh yeah sure." Aku langsung membenarkan posisiku menjadi duduk. Julia mengeluarkan beberapa lembar uang 10 Dollar.

"Tolong belikan aku minuman hangat." Julia memberikan uangnya padaku dan aku langsung keluar dari studio untuk berjalan ke kedai kopi terdekat.

Aku berjalan menyusuri jalanan ini. Ramai dan hampir semua orang memandangku. Seperti mereka baru saja melihat alien. Tatapannya aneh sekaligus heran.

Setelah 10 menit berjalan, akhirnya aku sampai di kedai kopi. Aku memesan kopi pesanan Julia.

Aku duduk menunggu namaku dipanggil. Aku mengeluarkan handphoneku dan mengecek notifikasi. 'Justin Bieber posted a picture on instagram'.

Oh, Justin. Kira-kira dia mengunggah foto apa ya? Dengan cepat aku mengklik notifikasi tersebut dan terbukalah foto di akun Instagram milik Justin.

Seketika jantungku langsung berhenti berdetak untuk beberapa saat. Dia mengunggah foto dirinya dulu dengan Selena sedang berciuman di kolam renang dan memberi keterangan 'feels'.

Aku memandang dengan lekat foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memandang dengan lekat foto itu. Foto yang sering kulihat dulu saat mereka masih bersama. Saat aku hanya seorang Belieber. Foto yang tidak kusukai dari dulu. Bagaimana bisa dia mengunggah foto ini? Ada apa dibalik semua ini?

(It's actually March 20 pas Justin post foto dia dng Selena. Dan cerita ini kejadiannya sebelum tanggal 20. Mungkin disini ada yg teliti dan ada yang belum tau. FYI doang :))

Aku menghirup nafas sedalam-dalamnya lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Aku tidak boleh menangis. Setidaknya tidak ditempay umum.

"Ms. Palvin here is your coffee." Pelayan membawakannku kopi yang kupesan tadi. Seharusnya aku mengambilnya sendiri ditempat pengambilan. Aku pasti melamun tadi.

Aku bergegas menuju studio untuk memberikan kopi ke Julia dan pulang. Perasaanku menjadi tidak enak.

-

Aku menutup wajahku dengan bantal. Aku berteriak dibalik bantal ini agar tidak ada yang bisa mendengarku. Apa yang sebenarnya Justin lakukan? Dia masih mencintai Selena?

Drrttt... drrttt...

Aku melihat nama Justin memanggil. Aku menenangkan diriku sejenak, lalu mengangkat teleponnya.

"Hey my baby Barbara." Suara Justin tampak ceria sekali.

"Hey," jawabku singkat karena aku tidak mau dia mendengar suaraku yang habis menangis.

"What's wrong with you? Did you get hurt?" Suaranya berubah menjadi panik.

"No ... i'm fine ..." aku menghapus air mataku yang mengalir lagi. "I just feeling not well."

"Oh god, seharusnya aku ada disana bersamamu. Maafkan aku, Saar."

"Can i ask you?" Tanyaku ragu-ragu.

"Is it about the Instagram thing?" Damn it. Kenapa dia bia tahu?

"You surely can read my mind." Aku sedikit tertawa untuk mencairkan suasana yang menegang ini.

"It's ... it's ... nothing. Please believe me. It was ... just for an attention." Justin terdengar sedikit susah untuk berbicara.

"I thought you were hacked." Suaraku menjadi sesenggukan seperti ini.

"I'm sorry, my baby. You're the only one girl in my heart. Okay?"

"Yeah," kataku mencoba untuk percaya. Walaupun sejujurnya aku tidak tahu apa perasaannya terhadapku saat ini.

"I gotta go, okay? See you." Aku melempar handphoneku ke lantai. Entah rusak atau tidak, aku tidak peduli. Aku seperti merasa dipermainkan olehnya.

* * * * * *

End of Part 26. Wait for Part 27!

Terima kasih ya sudah mau menunggu. Selamat idul fitri mohon maaf lahir dan batin.

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang