Part 40

252 37 2
                                    

Sometimes, when people decide to leave you for good, you have to let them. No matter how much you don't want them to. There are some things that are far beyond our control. Even if you have the strength to fight for them, you have to accept the cold harsh truth; the people you can't live without, can live without you.

- - - - -

Back to Saara's POV

"Justin?" Panggilku saat mataku terbuka. Aku merasakan sakit di bagian pergelangan tanganku dan bagian perutku sebelah kanan.

Tidak ada jawaban. "Justin. Justin." Aku terus memanggilnya dan juga tidak ada jawaban. Sepertinya tidak ada siapa-siapa disini.

Tunggu. Sepertinya aku ingat sesuatu. Justin itu ... melakukan sesuatu yang buruk sehingga aku melakukan sesuatu juga. Tapi entah apa karena aku kesulitan untuk mengingatnya.

Pintu dibuka dan masuklah seorang pria. Seketika semua memori kejadian belakangan ini muncul di benakku.

Dia duduk dekat kasur dan menggenggam tanganku.

"Do you love her?" Tanyaku pelan. Aku sudah ingat apa yang menyebabkan aku berada di rumah sakit.

"Uh ... i ... i-"

"Do you love Selena, Justin?" Aku mengulang pertanyaan sekali lagi agar dia mantap menjawabnya. Aku ingin mendengar apakah dia benar mencintai wanita yang dia pilih sekarang.

"Yeah." Matanya dan mataku saling memandang.

"Alright." Aku melepas genggamannya. "Aku tidak akan marah padamu. Ini sudah jadi keputusanmu bukan?"

Justin menundukkan kepalanya dan menjenggut rambutnya. (anggap aja rambutnya udah rada tumbuh memanjang gitu)

"Please Saara, i'm sorry. Aku yang membuatmu jadi seperti ini."

"You don't need to say sorry. Aku yang salah. Aku yang bodoh melukai diriku sendiri."

"We still can be friends, right?"

"No." Wajah Justin sangat terkejut. "Mega bestfriend."

Justin langsung memelukku dan aku membalas pelukannya. Pergelangan tanganku langsung terasa nyeri. Aku langsung melepaskan pelukan yang singkat ini.

"My hands hurt." Aku merebahkan tanganku ke kasur.

"Kau harus sabar. Tanganmu akan cepat sembuh." Dia mengelus sedikit tanganku. "Aku harus pergi. Aku akan mengabarimu lagi nanti."

Justin mencium keningku lalu menghilang dibalik pintu. Apakah aku dan dia akan dekat seperti dulu lagi?

- - - - -

"Hi beautiful." Mike menjengukku bersama tunangannya.

Sudah 4 hari ini aku terbaring dirumah sakit. Padahal, fisikku sudah kuat. Namun, dokter belum mengijinkanku pulang karena luka di perutku belum sepenuhnya kering.

"Apa yang kau bawa untukku?" Tanyaku sembari melirik sesuatu yang dipegang oleh Mike.

"Oh, it's for you. From Justin." Mike memberikan bungkusan kado berukuran kecil.

Aku membukanya dengan cepat dan aku melihat sekitar 20 foto yang disusun rapi disebuah plastik transparan. Aku mengeluarkan foto tersebut dan melihat satu persatu.

Dimulai dari saat aku pertama kali berfoto dengannya di Ellen Show, ketika kami di studio, di rumahnya, di apartemenku, di hotel, di mobil dan masih banyak tempat lainnya yang kami singgahi dan berfoto. Saat aku melihat foto terakhir, ada gambar Justin memegang kertas yang bertuliskan 'look at the back'. Belakang mana?

Aku membuka bagian belakang foto dan terdapat tulisan tangan Justin yang panjang.

Barbara, i'm sorry for everything i've done to you. I was a fool to let you go. Tapi itu sudah menjadi keputusanku. Aku harap kau mengerti dan menerimanya. I'll keep my eyes on you. So you better watch out :). No i'm kidding. I love you so much Bara. One day you will understand about my decision.

Love - J

Aku menghapus air mataku yang mengalir. Lalu aku menyimpan semua foto tersebut ke dalam plastik dan menyimpannya dibalik bantalku.

"What happen Saar?" Mike terlihat sangat bingung.

"No ... it was just ... i don't know. Kind of a goodbye from him, i guess?" Aku tersenyum miris.

Mike hanya diam.

"Sometimes, when someone decide to leave me for good, i have to let him. No matter how much i don't want him to. There are some things that are far beyond my control. Even if i have the strength to fight for them, i have to accept the cold harsh truth; the man i can't live without, can live without me." Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku karena aku malu menangis didepan mereka. "Aku harus melepaskannya. Aku harus."

Kurasakan Mike dan Clara memelukku. Aku lalu menangis dipelukannya.

* * * * * * * * * *

End of Part 40. Wait for Part 41.

Need ur vote pls

- lanjutin cerita sampai >50 parts
- lanjutin cerita ke season 2 (new sequel)?

Yuk disempatkan mampir ke komentar. Mohon nih mohon. Makasih readers love

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang