Saara's POV (Point of View)
Hospital
Aku membuka mataku perlahan. Cahaya terang menusuk mataku. Aku memandang sekitarku. Aku berada di kasur dan disamping kiriku sudah ada Mike dan disamping kananku ada Justin. Mereka langsung menatapku ketika aku membuka mata. Aku mencoba untuk duduk lalu dibantu dengan cepat oleh Justin. Aku masuk rumah sakit lagi?
"What time is it?" Tanyaku pada mereka. Dengan sigap mereka langsung melihat jam yang berada dipergelangan tangan mereka masing-masing.
"9 p.m.," jawab mereka serentak. Aku tersenyum tipis lalu terdiam. Apa yang aku lewatkan? Aku merasa aku melewatkan sesuatu. Ah aku ingat!
"Mike, can you call my dad for me?" Seketika raut wajah Mike berubah 180 derajat dari bahagia menjadi sedih. Aku melirik ke arah Justin. Raut wajahnya juga begitu.
Mike langsung memelukku dan menangis. Aku membalas pelukannya namun aku masih bingung. Aku menatap Justin dan bertanya 'Why?' tanpa suara. Namun Justin tidak menjawabku.
"What happen, Mike? Please don't cry over me. I'll be fine soon." Mike melepas pelukanku lalu menatapku lekat. Air matanya masih membasahi pipinya. Ternyata dia sebegitu perhatiannya padaku.
"Your dad was dead in car accident. So were Jill and Sam." Tangis Mike semakin menjadi-jadi. Aku langsung terdiam mendengarnya. Ayah, Jill dan Sam tewas? Kecelakaan? Tewas? Tewas? Aku rasa tadi siang kami baru berbicara?
"It can't be true ... you lie Mike. They will be here tommorow. Stop telling me your fucking joke. It's not funny." Aku memukul tangan kanan Mike dengan kencang. Namun tidam ada reaksi apapun.
"It's true, Saar." Justin akhirnya bersuara. Aku menatap Justin. Jantungku bedegup sangat kencang, dan nafasku naik turun dengan cepat. Ini tidak mungkin terjadi.
Air mataku yang sempat tertahan akhirnya tumpah. "NO! THEY'RE NOT DIE YET. MY DAD IS ON THE WAY WITH JILL AND SAM. THEY WILL COME HERE TO SEE ME. THEY'RE STILL ALIVE. STOP LYING YOU FUCKING ASSHOLE!" Aku memaki Mike dan Justin. Terutama Mike karena dia yang memberi tahu berita bohong itu. Aku berteriak histeris bak orang gila. Tangan kiri dan kananku dipegang erat oleh Mike dan Justin. Aku melepas paksa tangan kiri ku dan mencabut jarum infus yang sudah tertusuk di punggung tangan kananku. Darah mengalir deras. Aku tetap menangis.
"GET OUT!" Aku berteriak sambil menunjuk suster yang masuk ke ruangan ini. Namun suster bodoh itu tetap masuk dan mendekatiku. Tangan kiriku kuhempaskan tepat di pipi suster itu. Dia terlihat kesakitan dan memegang pipinya.
Namun suster itu kembali mendekatiku dan menyuntikkan sesuatu ke lengan kiriku. Sakit. Lalu reaksiku menjadi lambat. Badanku menjadi lemas seketika. Pandanganku menjadi kabur. Tanganku sudah tidak dipegang lagi.
"I just wanna see my dad...," kataku pelan pada Justin.
*
Aku membuka mataku dengan cepat. Kulihat ada Pattie duduk disamping kanan.
"Pattie?" Aku keheranan melihat dia disini. Dia menungguku? Untuk apa?
"Ah Saara kau sudah bangun." Pattie langsung berdiri dan memelukku. "Aku turut berduka cita, Saar."
Aku menghela nafas. Ternyata benar. Mereka sudah pergi.
"Where's Justin? Mike? Anyone?" Pattie melepas pelukan lalu duduk kembali.
"Mereka sedang dalam perjalanan menuju kesini." Pattie sibuk dengan handphonenya. Aku kembali merebahkan tubuhku dan memilih untuk diam.
Pintu kamarku dibuka. Aku melihat teman-temanku datang dan memakai pakaian hitam.
"I'm so sorry, Saar," kata Julia. Lalu dia memelukku erat. Aku membalas pelukannya dan menangis. Setelah itu bergantian dengan Rodney, James, Boyd dan beberapa temanku yang lain.
Lalu mereka pulang. Dan tinggal lah aku dan Justin.
"Come here please." Aku merentangkan tanganku agar Justin memelukku. Dia berjalan dari sofa sudut menuju kasurku. Lalu dia memelukku lembut. Aku menangis dipelukkannya. "I didn't come to their funeral." Aku berbicara terbata-bata.
"Kalau kau sudah boleh pulang, kita akan datang ke pemakaman ayahmu, ibumu dan adikmu, okay?" Justi mengelus rambutku. Aku mengangguk lemas.
* * * * * *
End of Part 14. Wait for Part 15!
Thanks for reading my story. Don't forget to give vote and comment! Don't missed this story by followed my account and add this story to your reading list :) byeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
You're A Song To Me
FanfictionI'll wait for you, Justin. Love triangle between Justin Bieber, Saara Palvin and Calum Hood.