Part 17

314 37 0
                                    

Saara's POV (Point of View)

On the road

"JUSTIN JUSTIN PLEASE I LOVE YOU."

"JUSTIN YOUR ALBUM IS PERFECT."

"JUSTIN I'VE BEEN A BELIEBER SINCE 2009."

"JUSTIN."

"JUSTIN PURPOSE IS AMAZING I JUST DOWNLOADED IT."

"JUSTIN I LOVE YOU SO MUCH."

"ARE YOU GUYS DATING?"

"HI SAARA PLEASE LOOK AT ME."

"SAARA STAY AWAY FROM OUR BABY."

"HE'S OUR BOYFRIEND NOT YOURS."

Dan teriakan-teriakan lain yang tidak terdengar lagi karena aku dan Justin sudah masuk ke dalam restoran. Aku hanya bisa menghela nafas. Aku dan Justin duduk di satu-satunya meja yang kosong karena restoran ini sudah penuh.

Pelayan datang dan membawa daftar menu. Lalu kami memesan makanan.

"I shoulda stay away from you. According to your beliebers." Aku memainkan jari tanganku. "Well technically i'm one of your beliebers ... so you're my boyfriend too ... haha." Aku tertawa garing. Bicara apa aku barusan? Aku tidak mau membuat Justin jadi 'ilfeel' padaku. Saara kau memang bodoh!

Justin terlihat jadi salah tingkah dan ... hahaha. Ini jadi hal yang sangat canggung.

Untunglah pelayan datang membawa pesanan minuman kami. Setidaknya kecanggungan sedikit mencair. Aku meminum minumanku. Jus melon yang terasa seperti surga.

"Um ... by the way thanks for the gift. I really love your new album. It's amazingg" Aku membuka percakapan baru.

"Sure honey anything for you." Justin mengedipkan mata kirinya. Dan itu membuatku jadi tersipu malu.

"Oh ya, besok malam aku akan memasak makan malam. Mungkin kau bisa datang?" Tanyaku dengan gugup. Semoga saja dia bisa.

"I'm so sorry, Saar. Aku ada acara besok. Mungkin lain kali?" Oh ternyata dia tidak bisa ...

"Oh sure ... maybe next time?" Aku hanya bisa tersenyum kaku.

*

House

Sudah jam 6 sore. Aku berjalan dengan malas kedapur untuk memasak makan malam. Walaupun Justin tidak datang, namun aku tetap akan memasak untuk dua orang. Entah mungkin aku yang akan memakannya. Sebenarnya aku kurang mahir dalam memasak, jadi yang akan aku masak hari ini hanya ayam panggang, kentang tumbuk dan buncis panggang. Ini yang ayahku dulu ajarkan.

Aku mulai membumbui ayam dengan garam dan merica lalu menaruhnya di atas panggangan bersamaan dengan buncis.

Tok ... tok ...

Aku membuka pintu dengan malas. Pasti ini Abraham, tetangga sebelah yang ingin meminjam pisau. Sudah beberapa hari ini dia mengetuk pintu apartemenku hanya untuk meminjam pisau.

Aku membuka pintu dan memasang wajah kesal. Mataku terbelalak melihat siapa yang datang. Justin.

"Can i come in?" Tanya Justin. Aku langsung mempersilahkannya masuk. Ah ternyata dia datang. Kupu-kupu di perutku sedang menari kegirangan. Aku jadi senyum-senyum sendiri. Ternyata tidak sia-sia aku memasak untuk dua orang.

Justin melepas jaket yang dia pakai lalu mengantungkannya di tempat gantungan. Dia berjalan kearah meja makan dan duduk dikursi. "I can't wait for the dinner."

Justin tersenyum dan itu membuatku makin bersemangat untuk menyiapkan makan malam.

Aku membalikkan ayam yang ternyata hampit mutung karena aku meninggalkannya agak lama. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya masakanku telah matang. Lalu aku menghidangkannya ke piring kami masing-masing.

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang