"Saara!"
"Saara open the door please!"
Apa aku sudah disurga? Apa ayah yang memanggilku tadi?
Aku membuka mataku perlahan. Aku masih merasakan sakit yang hebat dari perutku. Aku berada dilantai dan aku melihat kursi dan darah merah yang mulai mengering di lantai. Aku berada di mana? Ini apartemenku? Berarti aku masih hidup? Dan aku belum mati?
Ya Tuhan, mengapa kau tak membawaku bertemu dengan ayah? Aku mengutuk diriku sendiri karena tidak menusuk perutku lebih dalam lagi sehingga nyawaku tak terselamatkan. (lah...)
"Saaraaaaaaaa ..."
Aku mencoba untuk bangun dengan perlahan. Badanku lemas dan perutku sakit sekali.
Aku sudah berdiri dan berjalan sempoyongan menuju pintu. Siapa yang datang ini? Apa mungkin kurir pengirim barang? Atau Abraham tetangga sebelahku?
Aku membuka pintu dan memegang perut kananku yang masih keluar darah.
"Saa-" Wajah Calum yang semangat seketika langsung mendadak pucat saat melihatku.
Kepalaku sangat pusing dan aku merasakan badanku ditangkap oleh seseorang. Aku menoleh dan melihat Calum. Ternyata aku berada dipelukannya.
"We have to go to hospital right now." Calum menggendongku (seperti orang pingsan) dan aku memegang perut kananku.
"Babe take my phone and call Justin." Aku melihat kearah belakang dan ada Nia disitu. Dia mengambil handphone dari saku jaket Calum.
"Don't." Aku memegang tangan Nia yang menggenggam erat handphone Calum. Wajahnya terlihat sangat panik. "Don't ... don't call him."
- - -
Aku menghirup udara yang masuk kedalam hidungku. Namun terdapat sesuatu yang mengganjal dihidungku. Aku merabanya dan ini seperti selang.
Pandanganku masih kabur sehingga aku masih belum bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi dan aku dimana.
"Saara you're wake up."
Aku menoleh ke asal suara yang berada disebelah kanan. Aku melihat dengan samar sesosok pria karena dari suaranya yang berat berdiri dan dia berada persis didepanku. Sepertinya aku mengenal suara itu.
"Hey Saar." Suara wanita yang tidak asing menyapaku.
Pandanganku sudah mulai jelas dan aku bisa melihat siapa yang ada didepanku. Calum dan Nia.
Aku masih merasakan sakit dari perut kananku. Namun aku tahan dan tidak kutunjukkan didepan mereka.
"You'll be fine Saar. I promise." Calum tersenyum dan mengelus rambutku lembut. Aku hanya diam.
Pintu kamar dibuka dan Mike masuk bersama Julia dan beberapa temanku yang lain. Mereka membawa bunga dan menaruhnya di meja.
"Hey sister." Mike menghampiriku lalu mencium keningku. Aku tersenyum tipis. Semua orang diruangan ini menjadi diam dan menatapku. Sepertinya mereka akan menanyakan hal itu.
"So what happened to you, Saar? I heard from Calum your stomach stabbed?" Julia yang mewakili mereka semua untuk menanyaiku.
"I ... i ..." Aku bingung harus berkata apa. Apa aku harus memberitahu mereka yang sebenarnya? "Uh ... i stabbed myself last night."
Semua wajah langsung terkejut mendengar pengakuanku.
"What the actually fuck? Are you lose your mind?" Mike langsung marah padaku.
Aku langsung menangis saat Mike membentakku. "Kau tidak mengerti perasaanku kemarin. Kau yang memberitahuku berita itu. Aku sakit mendengarnya, Mike. Kau sangat tahu tentang kami. You know what we been through. Lalu tiba-tiba dia mengumumkan kalau dia berpacaran dengan wanita jalang tersebut, apa kau tahu perasaanku, Mike? Kau tahu dia berjanji untuk membuka hatinya untukku. Tapi apa yang kudapat sekarang? Penghianatan. Dia menghianatiku. HE FUCKING BETRAYED ME."
Aku menangis tersedu dan semua orang, termasuk Mike, hanya diam dan menatapku iba.
"Tidak ada lagi alasanku untuk hidup. He left me. Dia meninggalkanku, Mike. Dia meninggalkanku. Temanmu yang bajingan itu meninggalkanku. Dia menanggapku hanya teman, Mike. Everything we did is a wasted. Percuma saja selama ini aku berhubungan dengannya, berbicara dengannya, berbagi kasur dengannya, chat dengannya, meluangkan waktu untuknya. Semua sia-sia saja."
Aku mencabut jarum infus dari tangan kiriku lalu mengalirlah darah.
"Saara what are you doing?" Calum meraih tangan kananku yang akan menyayat urat nadiku. "Stop it Saara!"
Darah tersebut berterbangan bebas kemana-mana. Dan badanku seketika lemas.
Selang infusan yang ditarik oleh Calum aku tarik kembali sehingga kami saling menarik selang tersebut.
"I want to die!" Aku berteriak. "Just let me die."
Calum akhirnya menarik selang paksa sehingga selang yang kupegang terlepas. "Please let me go. Just let me meet my dad. I wanna be with him."aku menangis tersedu-sedu. Darah yang keluar dari tangan kiriku sudah dibersihkan dan dipasang lagu jarum infus oleh seorang suster. Dan aku membiarkannya.
* * * * * * * * * *
End of Part 37.
Ternyata Saara gajadi mati wkwk padahal dia pengen bgt. #prayforsaara #dontletherdown
Btw COLD WATER IS OUT!!!!!
Mari beli lagunya di iTunes, atau streaming melalui Spotify. Kalo yang belum dengar bisa ke youtube karena disitu ada lyric videonya. Mari dukung idolamu dengan cara mengapresiai hasil karyanya yaitu membeli album dan lagu-lagunya secara legal. Serta tonton musik videonya agar bisa jadi most viewers on YouTube.
Btw lagunya asik banget dan seksi abis. (Wkwk gataudah drmn seksinya tp seksi bgt)
My fav lines:
And altough time may take us into different places, i will still be patient with you. And i hope you know, i won't let go. - Cold Water
KAMU SEDANG MEMBACA
You're A Song To Me
FanfictionI'll wait for you, Justin. Love triangle between Justin Bieber, Saara Palvin and Calum Hood.