Part 39

291 31 1
                                    

E V E R Y B O D Y's P O V
- - - - - -
It will be long long long.


Justin's POV

"Alright if you said so ..."

Saara tiba-tiba mencabut jarum infus ditangan kirinya lalu menyayat nyayat kedua urat nadinya. Dan darah mengalir sangat banyak.

"SAARA NO." Aku spontan berteriak dan merebut jarum tersebut dan menekan tombol panggil agar suster cepat datang. "I never thought that. I swear. GUYS HELP ME."

Aku memanggil semua yang ada diluar agar mereka cepat masuk dan membantuku karena wajah Saara berubah menjadi pucat.

"Well, i'll be dead soon Justin. You will be happy with Selena without thinking of me. I love you Justin. You're like a song me. Forever always in head." Saara memegang tangan kananku. Wajahnya sangat pucat dan sepertinya pandangannya mulai kabur karena matanya yang sedikit mulai menutup. Aku menyentuh wajahnya yang dingin.

Semua orang berteriak histeris karena keadaan Saara. Calum mendorongku lalu mendekat ke Saara. Aku hanya bisa diam karena ini semua salahku. Seharusnya aku jujur padanya.

- - - - -

Calum's POV

"GUYS HELP ME." Teriakan Justin yang panik membuat semua yang ada diluar masuk kedalam. Kulihat kedua pergelangan tangan Saara berdarah dan menetes kelantai.

"... I love you Justin. You're like a song me. Forever always in head." Saara memegang tangan Justin. Dan itu membuatku sangat kesal. Aku mendorong Justin agar dia menjauh dari Saara.

Aku meneriaki namanya namun tidak ada jawaban darinya. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dan aku bisa melihat jelas wajahnya yang sangat pucat dan matanya yang mulai menutup.

"SAARA! SAARA PLEASE!" Aku mengguncang badan Saara yang sudah tidak sadarkan diri. Suster lalu datang dan membawa Saara keruang ICU. (pokoknya penanganan lebih jauh gt karena Saara kritis)

- - - - -

Mike's POV

Kulihat Saara dibawa keluar dari kamar untuk ditangani lebih lanjut. Ya Tuhan, semoga saja Saara akan baik-baik saja.

"What did you do to her? Sampai dia menyayat tangannya seperti itu?" Calum menarik kerah baju Justin. Justin tidak melawannya. Dia hanya tertunduk lemas.

Dengan segera aku memisahkan mereka. Dan aku membawa Justin keluar menuju taman.

"Fuck you, Justin. I'll blame you if something's happen to Saara," teriak Calum saat kami keluar dari pintu rumah sakit.

Sesampainya di taman, aku dan Justin duduk.

"Tell me what happened there." Aku membuka percakapan.

"Uh, Saara menangis karena interview kemarin. Dan dia marah padaku dan bertanya mengapa aku melakukan semua ini?"

"And what you said?"

"I told her i love Selena." Aku tercengang dengan apa yang barusan dia katakan.

"What? You don't even love her. You just love Saara. I know that." Aku menepuk pundaknya pelan.

"Yeah. Aku harus berbohong padanya."

"What the hell? What do you mean?"

"Please don't tell anyone. Ibuku memintaku untuk kembali dengan Selena. Kalau tidak, dia akan menyuruh orang untuk menculik dan menyiksa Saara." Justin terdiam.

- - - - -

Justin's POV

"... Ibuku memintaku untuk kembali dengan Selena. Kalau tidak, dia akan menyuruh orang untuk menculik dan menyiksa Saara." Aku terdiam sejenak.

"Apa kau tahu bagaimana rasanya berada diposisiku? Aku tidak ingin melukai perasaannya. Namun aku lebih tidak ingin Saara diperlakukan seperti itu. Jadi aku memilih untuk kembali bersama Selena. I don't know if she stabbed her stomatch last night and she went crazy like that. It was hurt to see her." Air mataku menetes seketika. Kulihat Mike sangat terkejut dengan pernyataanku.

"Oh god. I'm so sorry. I won't tell anyone about this.

"I would rather being hated by her than seeing her get hurt by anyone. She could blame me for everything. Everyone could do that for me. As long as she's happy, i'll happy. Aku sudah sering menyakitinya. Padahal waktu itu aku akan mengajaknya makan malam dan ... kau tahu ... aku akan melamarnya. Bahkan aku sudah memesan sebuah restoran mahal. Namun ibuku mengetahuinya dan dia menggila."

"She'll be fine, i promise. Aku akan menjaganya untukmu." Aku langsung memeluk Mike dan aku menangis.

- - - - -

Calum's POV

"Fuck you, Justin. I'll blame you if something's happen to Saara," teriakku saat mereka keluar dari pintu rumah sakit.

Aku tidak mengerti dengan pikiran Justin. Bisa-bisanya dia menyia-nyiakan wanita yang paling kusayangi. Kalau saja Saara tidak meninggalkanku demi Justin, aku sudah pasti berpacaran dengannya.

"Hey, you need to calm down, ok? She'll be fine." Nia menenangkanku dan aku duduk bersamanya di kursi didekat ruangan intensif. Julia, James dan beberapa teman Saara berpamitan untuk pulang.

"I know you love her so much."

"Yes. But you're my girlfriend now, okay? You don't need to worry about that. I love you and i always wanna be with you." Aku mencium kening Nia dan dia menyandarkan kepalanya ke pundakku.

- - - - -

Nurse and Doctor's POV

"Bawa dia ke ruang intensif (wkwk gatau ini ada apa ga)." Kami membawa pasien bernama Saara ke ruang intensif karena keadaanya sangat kritis. Darah yang mengalir dari pergelangan tangannya tidak berhenti dan dia bisa kehilangan banyak darah.

Sesampainya diruangan, Nona Saara kami beri selang oksigen agar dia bisa menghirup udara. Lalu kami membersihkan luka pergelangan tangannya dan memasang alat untuk pendeteksi urat nadi, darah dan detak jantung.

Setelah dipasang dan dicek, detak jantungnya sangat lemah dan dia kekurangan banyak darah. Jantungnya sudah sekali berhenti dan sudah dipancing dengan alat agar detak jantungnya muncul kembali.

Aku keluar ruangan intensif. "Is anyone here Ms. Saara's friend?"

Lalu dua orang datang menghampiriku.

"I'm her friend. What happen to her?" Dia sangat panik. Begitu juga aku.

"Nona Saara sangat kritis dan dia butuh donor darah. Apakah kau bergolongan darah AB? Stok darah kami habis."

"Aku bukan AB. Nia, kau golongan darah AB bukan?"

"No, i'm B."

"Oh shit. Where's Justin and Mike? Ah i'll find them for you. Wait us here please."

Pria dan wanita tersebut lalu berlari keluar rumah sakit. Dan aku disini menunggu kabarnya.

* * * * * * * * * *

End of part 39. Sorry ya atas kegajeannya.

Duh dan plis kasih saran dong gimana lanjutan ceritanya thanks

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang