Part 12

279 38 1
                                    

Saara's POV (Point of View)

Pattie's House

"Um ... orang tuaku sudah bercerai." Aku memainkan jariku. "Sudah semenjak aku 8 tahun. Aku tinggal bersama ayahku, sedangkan ibuku dia menikah lagi dengan pria lain dan aku sudah tidak tahu lagi bagaimana kabarnya."

Pattie mengelus pundakku lembut dan aku membalasnya dengan senyuman. "Ayahku juga sudah menikah lagi dengan seorang wanita yang tidak kusukai. 2 tahun yang lalu. Dia benar-benar mencari muka didepan ayahku. Maka dari itu aku mencoba mencari pekerjaan dan menjaga jarak dengan mereka."

"Tapi kau jangan lupa menghubungi ayahmu. Kau satu-satunya harta baginya." Pattie menggenggam tanganku erat. Seperti ini rasanya mempunyai ibu? Ya Tuhan. Rasanya nyaman sekali. Diperhatikan, disayang. Hal ini sudah tak pernah kurasakan lagi.

"Aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya diperhatikan oleh seorang ibu. Dia sudah tidak peduli lagi denganku." Aku menghapus air mataku yang menitih sedikit.

"Ayolah, kau jangan menangis Saara." Pattie memelukku. "Kau bisa menghubungiku kalau kau mau. Kau bisa datang kerumahku atau kau bisa menginap disini. Bagaimana?" Tawar Pattie. Aku menganggung dalam pelukannya.

"Satu hal yang pasti, kau jangan lupa menghubungi orang tuamu, oke?" Aku melepas pelukannya dan mengangguk.

"Saatnya mengantarkan kembali permaisuri ke rumahnya." Justin tiba-tiba muncul disebelah Pattie. Aku dan Pattie langsung berdiri. Dan aku berpamitan dengannya.

"Terima kasih untuk makan siangnya, Pattie." Aku memeluknya sebentar.

"Sure, Saara. Am i spell your name right?" Aku hanya tertawa mendengarnya.

"Bye mom." Justin mencium kening ibunya lalu kami berjalan menuju parkiran mobil.

-

"Thanks Justin." Aku masuk kedalam apartemenku lalu Justin pulang.

Aku duduk di ujung kasur lalu memandang layar handphoneku. Aku ingin sekali menelepon ayah.

Dengan sedikit keraguan, aku menelepon ayah.

"Angel my baby how are you?" Suara ayah begitu bahagia sekali. Dari sini aku tersenyum lebar mendengarnya.

"I'm fine dad. I missed you." Aku merebahkan tubuhku ke kasur.

"Bagaimana kabar pekerjaanmu? Apa kau menikmatinya?" Suara ayah terdengar bergetar.

"I really enjoyed it, dad. Are you crying? Oh c'mon dad." Aku tertawa sedikit dan ayahpun begitu.

"I'm not crying sweetheart. Kau jadi berteman ya dengan Justin Bieber? Padahal dulu kau sangat mengidolakannya."

Aku tertawa sejenak. "Iya ayah. Aku berteman dengannya. Aku tidak menyangka akan menjadi teman kerjanya." Aku kembali duduk. "Dad?"

"Yes my Angel?" Jawab ayah.

"Can i talk to Jill? I just wanna say hello." Aku berkata dengan ragu. Aku tidak tau apa aku akan marah pada Jill.

"Sure Angel wait a minute." Suara ayag menghilang sejenak. Aku menunggu dengan jantung berdebar. Semoga saja aku dan Jill bisa berbaikan. Aku ingin membangun hubunganku dengannya yang sempat terputus.

"Hello ..." suara Jill muncul ketika aku sedang melamun.

"Jill, it's me Angel."

"Oh hi my step daughter how are you?" Suaranya terdengar manis sekali. Apa dia masih bersikap baik didepan ayah?

"Aku baik. Bisakah kau menjauh dari ayah? Aku ingin berbicara serius denganmu." Jill menjawab iya dan berjalan menjauh dari ayah. Semoga saja dia tidak berbohong.

"Oke aku sudah didapur. Kau ingin berbicara apa?" Tanya Jill datar. Untung saja dia belum marah.

"Aku hanya ingin minta maaf, oke? Maaf aku sering berkata kasar padamu. Maaf aku lebih memilih pergi dari rumah dari pada tinggal bersama kalian. Maaf karena aku membencimu. Dan maaf aku sering mendoakanmu bercerai dengan ayah." Aku mencoba untuk tidak menangis namun air mataku tetap turun ke pipi.

"Maafkan aku juga Angel. Maaf aku dulu bersikap kasar padamu. Karena aku tidak ingin berpisah dengan ayahmu. Aku sudah memaafkanmu. Aku harap kita bisa memulai hubungan baru." Aku tercengang mendengar apa yang baru saja dikatakan Jill. Apa benar dia meminta maaf padaku?

"Yes Jill. Thank you so much. I wish i could hug you right now." Aku tersenyum sangat lebar.

"Okay i gotta go. Me and Ben will go to carnaval with Samantha. We'll talk soon, okay?" Aku menjawab iya dan panggilan pun terputus.

* * * * * *

End of Part 12. Wait for Part 13!

Thank you for reading. Don't forget to give me vote and comment. It means everything to me. Thank you so much.

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang