Part 31

266 34 1
                                    

"Can i come to your place?"

"Oh sure. Aku baru saja pulang."

"Baiklah sampai bertemu nanti."

Aku menyandarkan tubuhku di sofa. Tubuhku lelah karena seharian bekerja. Sebetulnya aku ingin langsung tidur, namun Justin akan datang kesini. Jadi, aku harus menahan kantukku.

Aku menyalakan televisi dan menonton siaran yang ... entah aku tidak tahu. Aku hanya membiarkannya menyala agar tidak sepi.

Pikiranku tertuju pada sebuah barang pemberian Calum yang dibungkus rapi tadi siang. Aku meraih tas ku dan mengambil hadiah tersebut. Aku membukanya dengan perlahan dan ... sebuah buku masak langka yang aku ingin-inginkan berada didepanku.

Aku tertawa sendiri mengingat dulu aku merengek kepada Calum untuk mencarikanku buku ini. Ternyata dia menepati janjinya. Padahal dulu dia enggan sekali membelikanku buku ini karena mahal dan tidak bagus.

Sebenarnya aku sedikit curiga. Mengapa dia memberikanku hadiah? Apakah ada sesuatu?

Tok tok tok ...

Pikiranku menjadi buyar saat pintu apartemenku diketuk. Itu pasti Justin.
Aku beranjak dari sofa dan langsung membuka pintu.

"Hi." Aku mempersilahkan Justin masuk.

"No, aku tidak akan lama." Justin memilih untuk berdiri di depan pintu. Aku tidak bisa memaksanya dan ikut berdiri bersamanya.

"So?" Aku bertanya padanya.

"Uh, i just want to tell you ... i'm sorry." Wajahnya menghadap lantai. Aku menjadi bingung.

"Sorry for what? You've done nothing wrong." Aku sedikit tertawa karena suasana ini menjadi sangat tegang.

"Yeah i know. But, i just wanna say sorry." Wajahnya sekarang menghadapku. "Sorry for something that i will do. I don't know yet but, sorry."

"Huh? What will you do?" Aku berpikir sejenak. "You'll out from singing?"

"I don't know ..."

"Oh god. No matter what will you do in the future, i'll forgive you." Aku memeluknya.

"Seriously?"

"Yeah."

"Even it the worst?" Wajahnya begitu sedih.

"Yes, Justin."

"Thank you, sweetheart." Justin mengecup keningku lembut.

"I gotta go. See you in another chance." Justin berpamitan lalu berlalu dari hadapanku. Perasaanku menjadi tidak enak.

"This is the last time i let you in my door," kataku pada Justin. Namun dia sudah memasuki lift dan sudah pasti dia tidak mendengar ucapanku.

Aku menutup pintu dan duduk. Aku berpikir keras apa maksud dari Justin. Dia mau apa memangnya? Dia mau menjauhiku? Atau dia tidak ingin melihat wajahku lagi? Bisa jadi.

Segala kemungkinan sudah kusimpan erat didalam memori otakku. See you in another chance. Another chance. Kesempatan lain. Memang benar, Justin akan pergi dari dunia musik dan meninggalkan semuanya termasuk aku. Dia pasti akan pergi jauh entah kemana tanpa memberi tahuku. Lalu mungkin bertahun-tahun kemudian Justin akan kembali ke dunia musik dan mungkin akan bertemu denganku.

Sebenarnya ada apa dengan hari ini? Ada apa dengan Calum dan Justin? Apakah ada keterkaitan antara mereka?

Argh. Aku pusing memikirkannya. Aku menaruh buku dari Calum di meja ruang tamu lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang kotor.

Setelah selesai, aku merebahkan tubuhku kekasur, lalu mengambil handphoneku.

Tidak ada notifikasi pesan dari Justin ataupun Calum. Mungkin mereka sedang sibuk urusan masing-masing.

Aku menaruh kembali handphoneku dimeja, lalu aku mencoba untuk tidur.

-

"What? Who's there?"

Aku terpaksa membuka mataku dan berjalan kedepan pintu. Karena sedari tadi pintu apartemenku diketuk berpuluh-puluh kali dengan sangat kencang.

Namun, saat aku memanggil orang itu, tidak ada sahutan. Aku tetap memanggil siapa disana tanpa membuka pintu. Karena ini sudah jam 2 malam dan aku sangat takut untuk membukanya.

Aku mengambil handphoneku dan coba menelepon Justin. Mungkin dia yang ada diluar.

Saat aku meneleponnya, tidak ada suara handphone yang berbunyi dari luar dan Justin tidak mengangkatnya. Berarti bukan dia? Lalu siapa?

* * * * * *

End of Part 31.

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang