Part 10

307 39 1
                                    

Saara's POV (Point of View)

Apartment

Aku terbangun dengan badan yang lemas, kepala pusing dan meriang. Pandanganku menjadi kurang jelas. Aku menyentuh keningku dan ternyata panas sekali. Aku berjalan pelan ke wastafel untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah itu aku menuju kulkas untuk mengambil minum.

Aku berjalan lagi ke kasur untuk tidur. Badanku sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Ah aku lupa untuk minum obat. Dengan terpaksa aku beranjak dari kasur untuk kewastafel mengambil obat demam.

Namun sebelum sampai ke wastafel, badanku terhempas ke lantai. Dan pandanganku menjadi kabur.

-

Aku membuka mataku perlahan. Aku memandang semua yang ada disekitarku. Aku dikasur dan ... aku dikasur! Kenapa aku bisa berada dikasur? Apa mungkin aku terbangun sejenak lalu pindah ke kasur?

Aku menjadi bingung dan ternyata keningku ditutupi oleh sapu tangan dingin. Apakah aku sekuat itu melakukan ini sendiri?

Aku mencoba untuk bangun walau kepalaku sangat pusing. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada orang yang masuk dan membantu ku.

"Hey hey kau jangan bangun dulu." Cal tiba-tiba masuk ke kamarku dengan membawa nampan berisi mangkuk dan gelas. Lalu dia menaruh di meja dan menghampiriku yang sudah duduk di pinggir kasur. Bagaimana dia bisa masuk kesini?

"What are you doing here?" Tanyaku ketus walau lemas. Dia hanya tersenyum tipis lalu membawakan nampan tadi yang dia taruh di meja.

"Aku membuatkanmu sup dan susu hangat. Kau sebaiknya tiduran saja. Biarkan aku menyuapimu." Ya Tuhan, rindu sekali aku padanya.

"Bagaimana kau bisa masuk kesini? Apa yang kau inginkan dariku?" Mataku berpaling menghadap jendela dengan pemandangan gedung seberang.

"Maafkan aku. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Kau tidak menjawab panggilanku tadi. Jadi aku membuka saja pintu mu dengan kunci cadangan yang kau beri dulu. Lalu aku melihatmu sudah tergeletak pingsan. Jadi ... begitulah." Cal menyodorkanku kunci cadanganku yang dia simpan. Aku mengambilnya kasar dan menyimpannya dibawah bantal.

Aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi. Tidak walaupun hanya sebatas teman. Aku harus benar-benar menjauh darinya.

"Yes i forgive you. Sekarang kau pulang saja. Aku bisa makan sendiri." Aku mengambil nampan yang dia pegang lalu mencicip sup yang dia buat. Ternyata enak. Enak sekali. Cal menatapku yang sedang mencicipi makanan buatannya. "Please stop staring at me. Just go."

"Please Saar, give me another chance. I promise i'll fix everything." Cal menyentuh tangan kiriku aku menepisnya pelan.

Dan tebak apa? Tuhan hari ini memang berpihak padaku. Justin tiba-tiba muncul didepan pintu kamarku dengan membawa kantung kertas yang dipengangnya ditangan kiri. Rasanya aku ingin loncat dan langsung memeluknya.

"Justin!" Kataku sedikit kegirangan. Justin tersenyum lebar disana.

"Okay i'll go. I'm sorry for disrupt your life. I promise i'll never see you again." Cal keluar kamar dengan cepat tanpa menoleh lagi. Aku menghela nafas panjang. Aku harus melupakannya.

"Ehm." Suara Justin menyadarkanku dari lamunan. Aku menaruh nampan di meja sebelah kasurku lalu aku beranjak dari kasur dan memeluk Justin. Terima kasih kau menyelamatkanku hari ini, pangeran.

"Badanmu panas sekali!" Teriak Justin. "Kau pasti demam. Kau harus istirahat sekarang. Dan kau harus makan." Justin memelukku dari samping sambil berjalan menuju kasurku.

Setelah aku bersandar di kasur, Justin keluar dari kamarku dengan membawa nampan tadi.

"Apa yang kau lakukan? Itu makananku." Seketika Justin menolehku.

"Aku akan buatkan kau makanan baru." Justin pun berlalu dari hadapanku. Lalu aku membuka kantung yang Justin bawa tadi. Ternyata itu untukku. Hari ini rasanya bahagia sekali walau badanku lemas.

Aku terkejut melihat isi hadiah yang Justin belikan. Sebuah kalung dengan mainan inisial 'JS'. Sedetik kemudian, Justin masuk dengan membawa nampan berisi makanan baru untukku.

"Ternyata kau sudah membuka hadiahnya." Justin menaruh nampan itu di meja samping kasurku. Lalu dia memakaikan kalung itu ke leherku.

"This is for a proof that i love you so much." Justin lalu mengecup keningku yang panas ini. Setelah itu dia bereaksi sangat lucu.

* * * * * *

End of Part 10. Wait for Part 11!

Thanks for reading this story. I hope you will give me a feedback (comment and vote).

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang