Part 36

249 38 4
                                    

Pertama kali yang kucari saat bangun tidur adalah handphoneku. Aku mengecek jam berapa sekarang. Oh jam 10 malam.

Aku melihat ada notifikasi iMessage. Aku membukanya dan terdapat pesan dari Justin.

I'm sorry.

Mengapa isi pesannya selalu meminta maaf? Aku jadi bosan membacanya.

Lalu aku beralih ke 34 panggilan tak terjawab dari Mike. Ada apa Mike meneleponku sampai 34 kali? Kurasa tidak ada hal yang penting yang akan disampaikan olehnya.

Aku menaruh handphoneku dikasur lalu berjalan kedapur untuk memasak sesuatu karena aku sangat lapar.

Belum sampai ke dapur, handphoneku berbunyi. Aku berlari dengan cepat untuk melihat siapa yang meneleponku. Mike.

"Hello baby bear," sapaku. Tunangannya senang sekali memanggilnya 'baby bear'. Sekarang aku jadi suka memanggilnya itu.

"Saara where are you? Are you alright? Did u do something bad?" Pertanyaannya begitu bertubi-tubi dan suaranya sangat panik.

"What the hell Mike? I'm at home, i'm fine and i didn't do something bad." Aku jadi terpancing emosi karena pertanyaannya sangat aneh.

"Oh thank god. Kau tidak menjawab teleponku. Aku sangat khawatir padamu." Dia terdengar sangat lega sekali.

"Sejak kapan kau khawatir padaku? Untuk apa kau sampai meneleponku 34 kali?" Dan aku disini masih bingung.

"I do care about you, my sister Saara Palvin."

"Ok brother. I need an explaination about you called me 34 times."

"You don't know?" Dia sangat terkejut.

"Know what?" Aku makin bingung.

"It's on tv. It's ... a headline news of the day." Dia mengatakannya dengan ragu-ragu.

"What news? I didn't know that."

"You better turn on your tv." Suaranya sangat pelan sekali.

"Alright."

Aku menyalakan tv ku dan mengganti channel. Tidak ada yang aneh dari semua berita yang mucul di tv. Sampai pada saat aku mengganti ke channel E!, wajah Justin muncul dan dia sedang diwawancarai. Dia sepertinya sedang mengadakan konferensi pers. Disebelahnya ada Selena.

"Yeah. We're back together and i'm happy with her. She's my everything. I can't go a day without thinking about her. She's my other half. I was regretting everything when we broke up. Until we met like one week ago, we talked alot about everything that we missed when we were separate. We meant to be together. Love you baby."

Mataku melotot melihat apa yang barusan saja kudengar dan kulihat dengan mata kepalaku sendiri. Justin mencium bibir Selena didepan media.

"Uh about Saara, she was just my friend and a partner. Nothing more. We're a good friend. I can't fall in love with her. I only love my Selena."

Aku mencabut kabel tv dari stop kontak. Jantungku berdetak sangat kencang, badanku gemetaran dan mataku sudah pedas karena air mataku sudah keluar dengan sendirinya.

Handphoneku kulempar ke dinding. Terdengar sedikit suara Mike yang memanggil-manggil namaku. Aku tidak peduli.

"ARGH JUSTIN FUCKING ASSHOLE WHAT DID YOU JUST SAID." Aku berteriak sambil menangis. Apa maksud Justin tadi? Apa maksudnya?

Aku berjalan kesana kemari sambil mengatur nafasku dan berharap air mataku akan segera berhenti namun tidak bisa. Aku menangis tersedu karena hatiku sakit. Sakit mendengar pernyataannya tadi. Aku hanya temannya? Dia tidak bisa mencintaiku? Dia hanya mencintai Selena nya?

Jadi, yang kita lakukan selama ini apa? Kau sering datang ke apartemenku, kita sering berbicara via telepon, berchat ria, kita berbagi kasur bersama, kau sering menjemputku di studio, kau mengenalkanku pada ibumu, kau berjanji akan membuka hatimu untukku. Kau berbohong Justin. Kau berbohong padaku.

Aku bersender di dinding sambil menghapus air mataku. Nafasku berhembus tidak karuan lagi. Badanku terasa sangat lemas sekali. Aku terduduk dilantai karena kakiku tidak kuat lagi menopang tubuhku.

"Dad, why he did this to me? Why dad?" Aku menghadap keatas dan berbicara pada ayahku. "Seharusnya aku tidak pergi ke tempat ini untuk bekerja. Seharusnya aku ada dirumah bersamamu sehingga hal ini tidak terjadi. I should've listen to you. I'm sorry dad."

Aku menampar pipiku sendiri karena aku tidak mendengarkan ayahku dulu.

Aku mencoba untuk berdiri dan berjalan ke dapur. Aku mengambil pisau yang terdapat dilaci lalu berjalan kembali ke ruang tamu.

Aku memandang pisau yang sudah berada ditanganku. Aku bisa melihat mataku yang sembab dan wajahku yang tidak karuan dari sisi pisau tersebut.

"Shoud i? Should i end my life dad? Supaya aku bisa bertemu denganmu?" Tanyaku pada ayah. Namun tidak ada jawaban darinya.

"Aku rasa hidupku selesai sampai disini. Selamat tinggal Justin."

Aku memegang pisau dengan kedua tanganku lalu dengan cepat menancapkannya ke perut kananku.

"AAAAAAAHHHH ......"

Aku berteriak sekencang mungkin karena perutku dirobek oleh pisau yang sangat tajam. Darah segar mengalir dari lukaku menuju ke lantai. Aku mencabut pisau tersebut dan aku tidak bisa berhenti berteriak karena rasanya sakit sekali. Lebih sakit dari hatiku yang hancur karena Justin.

Tubuhku tergeletak ke lantai. Tanganku menyentuh luka diperutku. Ini sakit sekali.

Selamat tinggal Justin. Jangan bersedih kalau aku tidak ada lagi.

* * * * * *

End of Part 36.

Tenang masih ada part selanjutnya.

Kira2 Saara mati ga?

#teamsaara
#teamjustin
#prayforsaara
#friendzone

You're A Song To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang