Saara's POV (Point of View)
Cafe
Hari ini Mike mengajakku bertemu di kafe. Padahal biasanya kami bertemu di studio. Entah ada apa dengannya. Mungkin dia mau berbicara personal denganku. Ah aku lupa memberi kabar Justin. Aku langsung membuka aplikasi iMessage dan melihat pesan yang dikirimkan Justin.
'You'll see tonight.' balasnya. Suatu kebetulan Justin mau memberiku kejutan dan dia bilang dulu padaku. Malam ini lagi.
'Aku sedang di kafe menunggu Mike. Can't wait to get the surprise.' Aku membalas pesannya. Baterai handphone ku ternyata tinggal 3% lagi. "Bodoh." Aku menepuk dahiku karena ternyata semalam aku tidak men-charge handphoneku. Bagaimana nanti Mike akan menghubungiku? Atau Justin? Mana Power Bank ku tidak kubawa. Sial sekali.
Aku tidak menghiraukan lagi balasan pesan Justin. Aku menaruh handphoneku kedalam tas. Aku menyeruput minumanki dari sedotan.
"Kau tidak bersama lelakimu?" Suara itu tepat berada di samping kananku, lalu dia duduk dihadapanku. Calum.
"I'm waiting for Mike," jawabku ramah. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. "What about you?"
"Um ... i'm waiting for ... Luke," balasnya gugup. Aku mengerutkan sedikit dahiku. Mungkin dia gugup bertemu denganku. Berpikir positif saja.
Aku memandang wajah Cal. Wajah yang selalu kupandang setahun lalu. Wajah yang selalu kulihat saat berada distudio.
"Bagaimana kabarmu, Saar?" Mata kami saling beradu.
"Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat." Aku tersenyum padanya. "It's really good to see you, Cal."
Cal hanya tersenyum dan menunduk. Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku sekarang. Semua campur aduk. Sedih, senang, takut, semua bercampur.
"Bagaimana kabar bandmu?" Aku mencoba untuk banyak bertanya padanya. Agak tidak ada keheningan diantara kami.
"Kami baik-baik saja. We really missed you on the studio." Cal menaikkan kedua alisnya. "And i missed you so much."
Aku tidak mau memberi harapan lagi padanya. Aku hanya melemparkan senyum padanya.
"I really missed that studio. Ngomong-ngomong, apakah kau masih ingat bagaimana kita pertama kali bertemu? You were absolutely such a douche." Aku tertawa sedikit.
"No i wasn't. Kau yang bertingkah sangat menyebalkan. Kau selalu mematahkan omonganku saat aku sedang berbicara dengan mereka (Michael, Ashton, Luke). Kau juga selalu mencari perhatianku, bukan?" Calum mengedipkan mata kanannya. Dan aku hanya memutar bola mataku.
Saat aku pertama kali bertemu dengannya dan band nya, aku langsung tertarik pada Calum. Tidak pada Michael, Ashton atau pun Luke. Ya, aku memang mencari perhatiannya dengan mengajaknya kenalan, mengajaknya berbicara. Namun sikapnya seperti pria jual mahal dan itu membuatku kesal sehingga aku selalu mematahkan pembicaraannya dengan siapa pun yang berbicara dengannya.
"Oh ya, setelah beberapa hari kemudian kau langsung mengajakku berbicara dan meminta maaf padaku bukan?" Balasku tak mau kalah. "Kau malah menawarkanku untuk pulang bersama." Aku menjulurkan lidahku.
"Dan kau juga senang sekali diantar olehku. Tidak usah berbohong. Aku tahu itu." Sekarang gantian Cal yang tertawa. Aku pun jadi ikut tertawa mendengarnya. Itu memang benar.
Aku melirik keluar jendela dan ternyata sudah gelap. "Sekarang jam berapa ini?" Tanyaku pada Cal. Dia langsung mengeluarkan handphonenya.
"Jam 7 malam." Jantungku langsung berdegup kencang. Ini sudah jam 7 malam? Aku sampai lupa kalau tadi siang aku punya janji untuk bertemh Mike. Namun dimana dia? Mungkin dia menghubungiku tapi handphoneku mati? Bagaimana jika Justin mencariku? Aku bisa mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're A Song To Me
Fiksi PenggemarI'll wait for you, Justin. Love triangle between Justin Bieber, Saara Palvin and Calum Hood.