Justin's POV (Point of View)
"Hey hey Saara listen to me. I love you okay? You ain't gotta be my lover, for you to call me baby. So you can call me babe anytime you want, Saara. Please i don't want us to be separate. I love you." Aku mengelus pipi lembutnya. Aku tidak kuat melihat orang yang kusayang menangis.
Dengan ragu aku mulai mendekatkan wajahnya ke wajahnya. Benar saja, dia menjauh dan menghapus air mata yang tersisa dipipinya.
"Well i guess i have to go home. I got flu." Saara mulai berdiri dan berjalan menjauh.
"Saara, i'm so sorry." Aku sedikit berteriak agar dia mendegarku.
"No, it's cool Justin. I know how you feeling about that. And i'll never remember this conversation." Saara mendekat lagi. "I'll wait for you, Justim. I'll wait for you until you're ready." Saara mengecup keningku lembut lalu pulang.
"Saara i'll drive you," teriakku lagi.
"No. I call Uber. See ya," balasnya. Saara pun berlalu dan aku berdiri lalu berjalan menuju kamarku.
Aku membanting apapun yang ada didalam kamar ini. Bodoh sekali aku tidak menerima cintanya. Namun aku masih belum siap untuk menjalin hubungan baru. Aku belum siap untuk terikat hubungan lagi. Aku dulu gagal dalam percintaanku dan sekarang aku tak mau gagal lagi. Argh! Bodoh sekali.
Tok tok ...
"Come in." Kulihat pinti dibuka dan Mike masuk. Syukurlah bukan orang lain yang datang.
"She told you about her feeling, huh?" Aku langsung memandang Mike penuh tanya. Darimana dia tahu? Pasti Saara bercerita padanya.
"Yes ... but i'm not ready yet, Mike. I'm afraid that i'll be fail this time. I don't wanna hurt her. I don't wanna everything i have with her is damage." Aku menghapus air mataku yang menetes.
"You have to learn this time. She really loves you and so were you. You have to open your heart. She's your spirit. I can see from the first time you met her. Your face is super bright like sparkly and i feel love between you and Saara. Go get her. I beg you don't ever lose her. I don't wanna her to get involved with another man. Okay? You need to be his only one man." Mike menepuk pundakku.
Aku tersadar akan suatu hal. Saara benar-benar menaruh hati padaku. Dia yang selalu ada disampingku. Dia yang menemaniku kemana aku pergi. Dia yang membantuku saat aku sedang ada masalah. Dia yang benar-benar ada disampingku. Benar apa kata Mike. Aku harus membuka hatiku untuknya. Aku memang mencintainya dan aku akan mencoba untuk membuka hatiku untuk menjalin hubungan dengannya. Walaupun perlahan, aku tak akan pernah melepaskannya. Dia akan menjadi milikku.
"Thanks M-" aku melihat disekelilingku tidak ada Mike. Dia pasti sudah pergi saat aku melamun tadi.
Aku merogoh kantong celanaku dan mengambil handphone ku untuk menelepon Saara.
"Ya Justin?" Suara Saara muncul dari seberang sana. Aku pikir dia tidak akan mengangkat teleponku.
"Are you at home already?" Tanyaku tergesa-gesa.
"Relax Bieber. I'm home." Suara Saara terdengar sangat kaku.
"Oh it's great." Aku pun ikut menjadi kaku.
"Can i go there?" Tanyaku hati-hati.
"Sorry i want to be alone," balasnya lemas.
"It's okay, it's fine Saara. I'll try Saara. I'll try to make us work. Bye." Aku mematikan panggilan.
* * * * * *
End of Part 9. Wait for Part 10!
Just pretend Mike Posner is Saara and Justin's bestfriend.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're A Song To Me
FanfictionI'll wait for you, Justin. Love triangle between Justin Bieber, Saara Palvin and Calum Hood.