4

10.4K 717 7
                                    

Kenapa wangi sekali, ini seperti wangi aroma mint. Mataku masih terpejam tapi indera penciumanku sudah bisa mencium wangi mint. Dan rasanya nyaman sekali. Aku membuka mataku perlahan, kepalaku masih sedikit pusing. Ketika membuka mata aku langsung terkejut, kenapa aku berada di sebuah kamar dan tertidur di kasur berukuran king. Kamar yang di dominasi warna coklat ini memang terkesan mewah dan seperti kamar seorang pria. Kenapa aku bisa disini dan tertidur ? Jam berapa ini ? Rasanya aku sudah tertidur lama ? Aku pun segera melihat jam yang berada di nakas. Ya ampun sudah jam 5 sore ? Aku segera beranjak dari tempat tidur. Tapi tiba- tiba seseorang masuk dengan membawa sebuah mangkuk dan segelas air di tangannya.

"Kamu sudah bangun ? Tadi nya aku mau bangunin kamu " Ternyata itu Adit, dan dia menuju ke arahku. Dia menggunakan kaos dan celana pendek dan itu cukup membuatku lagi lagi memujinya. Tubuhnya yang athletis lebih terlihat.

"Raina ? Kamu dengar aku bicara ?" Adit membuatku tersadar.

"Kenapa aku ada disini ?" Tanyaku

"Kamu ga inget ?" Adit malah nanya balik. Dan aku cuman menggeleng

"Kamu tadi pingsan, dan aku kebetulan disana. Aku mau balikin dompet kamu. Tadinya aku mau bawa kamu ke tempat tinggalmu, tapi aku ga tau alamatnya tadi aku lupa tanya ke temanmu" Adit menjelaskan sambil mengambil dompetku di laci nakasnya. Aku mulai inget, tadi nya kan aku mau ke toilet tapi tiba-tiba semuanya gelap. Ya ampun, Aku pingsan di depan Adit ? Kenapa denganku ? Memalukan sekali. Padahal seumur hidupku aku belum pernah pingsan. Tapi kenapa aku mengalaminya sekarang ? Dan di depan Adit. Aku malu hingga ga sadar menarik lagi selimut hingga menutupi mukaku.

"Darah kamu rendah banget. Kamu anemia dan mungkin kecapean. Sebaiknya kamu makan dulu" Adit menyodorkan mangkuk yang tadi dia bawa.

"Aku ga lapar, kayaknya aku mau pulang aja"

"Kamu dari tadi belum makan, dan temanmu juga bilang kamu jarang makan. Apa kamu mau pingsan lagi ?" Adit mengancamku.

"Oke, aku makan. Tapi setelah itu aku mau pulang" Aku pun segera memakan sup daging yang Adit berikan.

"Ini sup daging, kamu butuh nutrisi biar cepat sehat" Adit berbicara di sela sela makanku.Dan dia pun keluar.

Aku menghabiskan makananku. Lalu merapikan dandananku. Blouse dan rok ku kusut. Mukaku juga pucat tanpa make up. Arggghh benar benar parah, gumanku dalam hati.

Aku keluar kamar, dan baru menyadari ternyata ini sebuah apartement. Tapi apartement ini begitu mewah berbeda jauh dengan apartement milikku. Tiba tiba Adit berdiri di depanku.

"Kamu mau kemana ?" Tanya Adit sambil tangannya membawa stetoskop dan alat tensi. Kenapa dia membawa barang barang itu. Apa dia seorang dokter ?

"Pulang" Ucapku datar.

"Aku periksa kamu dulu, baru kamu boleh pulang" Adit berjalan menuju ruang tv. Aku pun mengikutinya

"Kenapa harus di periksa ? Aku nanti bisa ke dokter sekalian pulang" Tapi tenaga Adit cukup kuat memegang tanganku dan mendudukanku di sofa. Tangannya mulai mengatur alat tensi yang sudah di pasang di tanganku. Dan aku melihatnya kagum, sepertinya Adit sudah sering melakukannya.

"Tekanan darah kamu 85/55 mmHg. Banyakin makan sayuran pasti kamu jarang makan sayuran "

"Iya, aku jarang makan sayuran lebih milih makan junk food. Tapi kenapa kamu kayak yang udah biasa gitu tensi orang. Belajar dimana ? jangan jangan kamu dokter"

"Kamu juga bisa, kalo kamu mau belajar"  Adit malah ga jawab pertanyaanku. Dan mataku langung tertuju ke sebuah foto di dinding. Bukannya itu Adit, itu sebuah foto wisuda. Dan di bawah foto itu ada keterangan School of Clinical Medicine University of California, Berkeley. Jadi Adit seorang dokter.

"Jadi kamu beneran dokter ?" Aku akhirnya bertanya lagi karena penasaran.

"Sok Tau" Ucapnya

"Itu foto siapa dong ?" Aku menunjuk kearah foto. Dan dia ga bisa berkilah.

"Iya, aku emang dokter. Terus kenapa ?"

"Aku kan cuman nanya aja"

"Apa udah selesai ?" Sahutku

"Belum " Dan kali ini Adit menempelkan stetoskop di telinganya dan mendekatiku. Dia terlihat seksi. Dan kenapa lagi lagi jantungku berbuat seenaknya. Jantungku berdetak lebih cepat. Jarakku dan Adit kini semakin dekat dan dia mulai menempelkan stetoskop di dadaku. Gawat ????? Kenapa aku baru sadar, Adit pasti tau suara jantungku yang ga wajar.

"Kamu ga punya penyakit jantung kan ?" Pertanyaan Adit membuatku malu dan wajahku memerah, pasti dia mendengarnya.

"Enggg.....Enggak ? Kenapa kamu bilang gitu ?" Dalam situasi yang terjepit aku tetap berusaha tenang dan ga  gugup. Tapi lagi lagi aku mengigit bibir bawahku. Kebiasaan.

"Aku cuma tanya aja. Aku mau buatin resep obat buat kamu, kalo kamu punya penyakit lain aku akan sesuaikan resepnya"

Aku menghela napas lega.


"Aku ga mungkin membiarkan seorang wanita pulang sendirian malam malam, apalagi setelah pingsan" Ucap Adhit dengan datar. Dia bersikeras ingin mengantar Raina pulang. Meskipun Raina menolaknya. Dan dia juga mengantar Raina sampai depan pintu apartementnya.

"Iya aku mengerti, terima kasih. Aku anggap ini sebagai hutang dan akan kubayar" Raina menunjukan satu plastik obat dan vitamin yang Adit berikan kepadanya.

"Lupakanlah, aku hanya menolong. Dan itu sudah kewajibanku"

"Tapi aku akan tetap membayarnya, buatku itu hutang dan harus dibayar"

Tiba tiba Adhit menatapnya dan tatapan itu membuat Raina salah tingkah. Dia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Raina.

"Jadi kamu benar-benar ingin membayarnya ?" Adhit masih tetap menatap Raina seakan ingin memakannya.

"Iya, katakan berapa yang harus aku bayar ?" cetus Raina

"Aku tidak butuh uang, kamu cukup datang minggu depan ke Hotel Ascade jam 7 malam. Aku tunggu kamu disana ?"

"Apa ? Hotel ?" Raina kaget dan setengah berteriak lalu mendorong Adhit karena menyebut nama salah satu hotel berbintang 5 itu. Adhit mengangguk. Kenapa dia malah menyuruhnya ke hotel ? Apa dia laki laki brengsek dan Raina harus membayar dengan apa ? Pikiran aneh muncul di pikirannya. Kenapa dia malah menyuruhnya ke hotel ? Raina harus membayarnya dengan apa ?

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang