37

10.5K 354 4
                                    


Sudah lima hari Raina berada di rumah sakit. Masih sama, tidak ada perubahan sama sekali dengan Adit. Adit masih berbaring dan belum membuka matanya.

"Selamat Pagi nona Raina" Pak Wira menyapa Raina yang masih duduk di dekat tempat tidur Adit.

"Pagi Pak Wira" Jawab Raina.

"Ini sarapannya, saya sudah siapkan" Pak Wira membawa sebuah nampan yang berisi beraneka macam makanan.

Sebenarnya Raina merasa tidak enak, Pak Wira selalu mengurus keperluannya sedetail mungkin. Sampai urusan untuk cuti pekerjaan, Pak Wira juga yang mengurusnya entah apa yang Pak Wira katakan kepada atasan Raina, yang jelas atasannya tidak marah sama sekali dan mengizinkan Raina mengambil cuti.

"Terima kasih Pak" Ucap Raina sambil mengambil nampan dan membawanya menuju sofa yang letaknya tidak jauh dari tempat tidur.

Raina mencoba memakannya meskipun hanya sedikit, setidaknya dia menghargai usaha Pak Wira. Selama beberapa hari ini Raina sama sekali tidak nafsu makan, tidurnya pun tidak nyenyak. Raina lelah, tapi tidak bisa terlelap. Pikirannya masih terfokus pada Adit, betapa Raina ingin melihat Adit membuka matanya dan terbangun.

"Saya pamit dulu, kalau perlu sesuatu jangan sungkan untuk hubungi saya" Setelah melihat Adit sebentar Pak Wira langsung kembali pergi.

Sama seperti Raina, Pak Wira juga terlihat sedih melihat Adit masih dalam keadaan sama tanpa perubahan. Dokter terbaik pun sudah menangani Adit. Meskipun kondisinya akan baik-baik saja setelah Adit sadar tetapi dokter tidak bisa menjamin kapan Adit akan sadar.

________________________________

"Iya, kek. Masih tetap sama" Ucap Raina kepada kakek Bestandi.

Raina menghela napasnya, mencoba untuk melepaskan semua beban yang masih terasa.

"Apa kamu tidak apa-apa terus menerus menemani Adit ?" Tanya kakek Bestandi.

"Kakek tidak usah khawatir, jangan terlalu memikirkan aku. Aku akan menemani Adit sampai dia bisa kembali membuka matanya dan sadar"

"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan, kakek sudah membujukmu berkali-kali. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan, ada Pak Wira juga bisa kamu andalkan"

"Iya, kek. Terima kasih" Raina pun menutup teleponnya.

Dengan langkah lemah, Raina berjalan menuju tempat tidur Adit dan kembali duduk. Raina memejamkan matanya, pikirannya masih tertuju pada Adit. Kilasan-kilasan saat bersama Adit saling bergantian memenuhi pikiran Raina. Betapa dirinya merindukan semua itu.

Raina lalu mencoba meraih tangan Adit yang kini terasa lebih kurus.

"Aku mencintaimu Adit, aku ingin kamu menemani hidupku" Bisik Raina.

Tanpa terasa Raina meneteskan air mata dan terjatuh membasahi tangan Adit yang masih Raina genggam. Tiba-tiba Raina berhenti menangis ketika merasakan tangan Adit yang dia genggam bergerak lalu dia melihat wajah Adit, Pria itu menggerakan kelopak matanya dan perlahan membuka mata. Apa dia tidak salah lihat ? Raina takut ini hanya mimpi.

Raina dengan perlahan menyetuh pipi Adit, ternyata ini bukan mimpi. Adit sudah sadar ! Betapa bahagianya Raina melihat Adit kini membuka matanya. Lututnya langsung lemas karena tidak bisa menahan rasa bahagia.

Melihat Adit yang terlihat berusaha susah payah untuk berbicara. Raina cepat mendekatinya.

"Aku...........merindukanmu" Bisik Adit.

Raina tersenyum mendengar kata-kata yang susah payah diucapkan Adit. Meskipun masih terdengar seperti bisikan tetapi mampu membuat Raina bahagia.

"Aku juga sangat merindukanmu" Jawab Raina.

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang