30

5.7K 357 1
                                    

Hari yang melelahkan bagi Adit, karena dia harus bolak balik Jakarta – Bali. Selama pembangunan Rumah Sakit di Bali setidaknya Adit harus mengontrol sesekali. Untungnya Alisya tidak ikut kali ini, kalau tidak mungkin rasa lelah Adit bisa bertambah.

Adit dan Pak Wira menyusuri bandara, setelah pulang dari Bali banyak pekerjaan yang harus Adit selesaikan di Rumah Sakit. Pandangan mata Adit langsung tertuju ke sebuah kedai kopi Starbucks rasanya dia ingin meminum kopi sebentar.

"Pak Wira, aku ingin minum kopi sebentar. Apa kamu mau ikut ?" Ajak Adit.

"Tidak Tuan, saya tunggu di mobil saja" Jawab Pak Wira.

"Oke" Adit pun langsung menuju Starbucks Coffe.

Adit langsung meminum caffe americano yang baru dia pesan. Adit tidak sadar kalau sejak tadi ada seseorang yang duduk di seberang mejanya memperhatikan dirinya.

"Hai" Orang yang ada di depan meja Adit sekarang ada di dekatnya dan tanpa menunggu persetujuan Adit, dia duduk di hadapannya lalu melepas kacamata hitamnya.

Adit langsung mengenalinya setelah dia melepas kacamatanya.

____________________________

6 Bulan yang lalu...........

"Kamu yakin, mau terima tawaran itu ?" Dilla berusaha membujuk Raina agar tidak menerima tawaran kerja pindah ke Bandung. Dilla tidak mau jauh dari Raina.

"I'm sure, bukannya itu bagus. Aku jadi dekat dengan ibuku dan aku akan naik jabatan kalau terima tawaran itu" Ucap Raina yakin.

Sebenarnya, Raina juga merasa berat kalau harus pindah dari Jakarta meskipun sering terjebak macet. Setidaknya disinilah tempat Raina pertama kali mendapat pekerjaan dan sudah banyak kenangan yang dia lewati disini. Tidak mudah untuk Raina melupakannya.

Tetapi, Raina memang harus menerima tawaran tersebut. Mungkin ini bagus untuknya yang sedang berusaha melupakan Adit. Raina butuh suasana baru.

"Kamu jahat Na, memang itu bagus untuk kamu tapi bagaimana dengan aku ? aku pasti kangen sama kamu" Dilla memasang tampang cemberut.

"Kamu bisa main ke Bandung sama Daffa" Sahut Raina, sebenarnya Raina juga merasa sedih karena harus jauh dari Dilla. Sahabat yang sudah seperti saudara sendiri.

"Nanti ga ada teman makan siang bareng lagi di kantor" Dilla tetap terlihat sedih, Raina melihat wajah Dilla sambil tersenyum.

"Udah ga perlu sedih gitu, seenggaknya aku bakal hadir di acara tunangan kamu sebelum pindah ke Bandung" Ucap Raina.

Dilla malah mencubit pipi Raina dengan kesal.

"Awwwwww......................." Teriak Raina kesakitan.

"Rasain, siapa suruh kamu tetap pindah" Dilla pun langsung berlari menghindari Raina yang mau membalasnya.

____________________________

Adit langsung meminum caffe americano yang baru dia pesan. Adit tidak sadar kalau sejak tadi ada seseorang yang duduk di seberang mejanya memperhatikan dirinya.

"Hai" Orang yang ada di depan meja Adit sekarang ada di dekatnya dan tanpa menunggu persetujuan Adit, dia duduk di hadapannya lalu melepas kacamata hitamnya.

Adit langsung mengenalinya setelah dia melepas kacamatanya.

"Hai, apa kabar ?" Ucap Yoga sambil tersenyum.

Adit terkejut melihat Yoga ada di hadapannya tapi dia sebisa mungkin tidak memperlihatkan keterkejutannya.

"Baik" Ucap Adit datar sambil meminum kembali kopinya.

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang