36

6.8K 408 0
                                    

Raina menatap bingung Pria berusia sekitar 45 tahun yang kini ada di hadapannya.

"Pak Wira ? Ada perlu apa ?" Raina bertanya dengan ragu-ragu, Pak Wira bukankah itu assisten Pribadi Adit ? Ada apa dia kesini ? Raina penuh dengan rasa penasaran.

"Rupanya Nona Raina masih mengingat saya" Ucap Pak Wira sambil tersenyum ramah.

Raina pun membalas tersenyum.

"Maaf, saya mengganggu. Kedatangan saya disini untuk menjemput nona untuk menemui Tuan Adit"

Apa Raina tidak salah dengar ? kenapa Adit ingin bertemu dengannya ? dan kenapa mesti Pak Wira yang menjemput ? seharusnya dia datang sendiri kesini kalau ingin bertemu dengannya.

"Kenapa tidak dia sendiri yang datang langsung menemui saya ?" Tanya Raina.

Raut wajah Pak Wira seketika berubah, terlihat sebuah kesedihan.

"Tuan Adit sudah satu bulan belum sadarkan diri, dia koma setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, dan saya harap nona Raina mau menemuinya"

Belum sadarkan diri ? koma ? Adit mengalami kecelakaan ? Semua ucapan Pak Wira terus berputar-putar di kepala Raina. Dadanya terasa sesak, sehingga sulit untuk bernapas dan kakinya terasa lemas. Raina tidak percaya, bukankah sebulan yang lalu mereka baru saja bertemu ?

_______________________________________________

Raina menggigit bibir bawahnya dengan senewen, dia benar-benar panik, gelisah dan sedih. Perjalanan menggunakan helikopter terasa lama baginya, padahal dia baru saja naik 15 menit yang lalu. Pak Wira sengaja menggunakan alat transportasi helikopter pribadi milik keluarga Bestandi agar menghindari macet dan agar bisa langsung mendarat di helipad rumah sakit Bestandi. Tempat dimana Adit di rawat.

Setelah sampai, Raina langsung menuju pintu lift dan menekan nomor lantai tempat Adit di rawat. Untungnya tadi Pak Wira memberitahukan kamar Adit dirawat ketika di dalam helikopter kalau tidak mungkin Raina kebingungan karena di saat seperti ini Raina tidak bisa berpikir jernih.

Di lantai 5 Adit di rawat, hanya ada 5 ruangan VVIP disini dengan langkah cepat Raina melihat nomor yang tertera di setiap pintu. Raina merasa lega karena sudah menemukan ruangan Adit. Raina memegang pegangan pintu kamar Adit sejenak. Tidak bergerak. Lalu dengan perlahan dia membukanya dan masuk.

Raina masuk kamar Adit, hatinya serasa remuk ketika melihat Pria yang paling dia cintai terbaring dengan mata terpejam. Kepalanya di perban dan banyak alat bantu yang terpasang di tubuh dan wajahnya.

Raina menarik kursi dan duduk di sisi tempat tidur. Dia tersenyum lemah.

"Adit, ini aku......" Bisik Raina pelan.

Adit tetap diam tidak bergerak. Tanpa terasa Raina meneteskan air mata yang sejak tadi dia tahan. Perlahan Raina menyentuh tangan Adit.

"Aku begitu merindukanmu, padahal baru sebulan yang lalu aku melihatmu. Tetapi kenapa setelah itu aku selalu memikirkanmu ?"

Raina mendesah " Padahal aku selalu berusaha melupakanmu, tapi seberapa besar usahaku untuk melupakanmu tetap tidak bisa"

_______________________________________________

Darrel berjalan menyusuri lantai rawat VVIP. Selama sebulan ini, Darrel hampir setiap hari menyempatkan untuk menjenguk kakak sepupunya itu. Darrel begitu menyanyangi Adit, meskipun kadang mereka sering bertengkar dan berbeda pendapat tapi tidak bisa di pungkiri baginya Adit begitu penting. Sejak kecil mereka selalu bersama, bayangan dan kenangan tentang Adit membuat mata Darrel berkaca-kaca, sejak kapan dia menjadi secengeng ini ?

Sudah sebulan, Adit belum sadarkan diri. Itulah yang membuat Darrel merasa sedih. Tidak pernah terbayangkan Adit mengalami kejadian seperti ini.

Darrel menyipitkan mata birunya, ketika melihat pintu kamar Adit yang sedikit terbuka dan tidak menemukan seseorang yang biasa berjaga di depan pintu kamar Adit. Dengan perlahan Darrel membuka pintu.

Raina Alunna, Darrel melihatnya berada di sisi tempat tidur. Sepertinya Raina tidak menyadari kehadiran Darrel dari balik pintu.

Darrel tertegun melihat cara Raina menatap Adit. Terlihat begitu tulus, Darrel belum pernah menemui wanita seperti itu di kehidupannya. Samar-samar Darrel bisa mendengar perkataan Raina kepada Adit yang mengatakan kalau dia mencintai Adit.

Begitu tulus dan dalam semua ucapan Raina kepada Adit, membuat napas Darrel tercekat. Karena Raina mengucapkannya dengan segenap hati dan perasaan yang dia miliki seakan-akan hanya kata itu yang mengambarkan kehadiran Adit di hidupnya.

"Aku mencintaimu" Ucap Raina pelan sambil mencium punggung tangan Adit.

_______________________________________________

Suara ketukan pintu membuat Raina menoleh ke arah pintu yang sudah setengah terbuka. Raina dengan segera menyeka air mata yang membasahi pipinya. Sebenarnya Raina sedikit takut bertemu dengan tunangan Adit disini, tapi kenyataannya sampai detik ini Raina belum melihatnya bahkan suasana ruangan begitu sepi.

Darrel tersenyum ke arah Raina, melihat bahwa orang yang berkunjung adalah Darrel membuat Raina sedikit lega setidaknya bukan Alisya yang datang. Raina beranjak dari kursi tempat dia duduk ketika Darrel mulai menghampirinya.

"Apa kabar Raina ?" Darrel mengulurkan tangannya.

Raina membalas uluran tangan Darrel.

"Baik, seperti yang kamu lihat" Jawab Raina sambil menyungingkan sedikit senyum.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi dengan keadaan seperti ini" Ucap Darrel tatapannya lurus ke arah Adit yang terbaring. Raina bisa melihat tatapan kesedihan dari Darrel.

Raina hanya terdiam.

"Lebih baik aku pamit untuk pulang karena sekarang sudah ada kamu yang menjaganya" Ucap Raina. Mungkin memang Raina lebih baik pulang karena sudah ada Darrel yang bisa menjaga Adit. Sekarang keadaan sudah berbeda, meskipun dalam hati Raina ingin sekali berada disamping Adit menemani dan menjaganya sampai dia bisa sadarkan diri lagi tetapi itu tidak mungkin karena sekarang Raina bukan siapa-siapanya. Adit sudah bertunangan. Berkali-kali Raina meyakinkan itu dalam hati.

Tangan Darrel memegang bahu Raina, mencegah Raina untuk pergi.

"Aku hanya berkunjung sebentar, Adit butuh kamu untuk menjaganya" Raina mendongak menatap Darrel yang ternyata tingginya tidak jauh berbeda dengan Adit.

"Mungkin keluarga dan tunangannya yang lebih berhak untuk menjaganya" Ucap Raina dengan susah payah lalu berlalu pergi.

"Adit tidak mempunyai tunangan......" Suara Darrel terdengar jelas di ruangan yang sepi membuat Raina menghentikan langkah kakinya dan berbalik kearah Darrel.

Apa maksud perkataannya ? Raina sungguh tidak mengerti maksud dari ucapan Darrel.

"Kalau kamu takut Alisya kesini, kamu tidak perlu khawatir. Pertunangan Adit dan Alisya sudah berakhir" Jelas Darrel dengan entengnya.

"Adit sangat mengharapkanmu. Berharap kamu yang menemaninya"

Raina masih tertegun mendengar ucapan Darrel. Kenapa pertunangan Adit berakhir ? sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Raina ajukan kepada Darrel tetapi Pria malah bergegas pergi.

"Aku tidak bisa lama disini karena masih ada pekerjaan yang harus aku urus. Jagalah Adit, aku ingin dia cepat bangun" Ucap Darrel sambil tersenyum penuh harap.

Raina pun berharap sama seperti Darrel, dia ingin melihat Adit membuka matanya. Raina sangat merindukan Aditya Mahendra di hidupnya.

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang