22

5.8K 363 0
                                    


"Jadi kamu mau pergi ke London ?" Sepasang mata cokelat milik Adit membulat.

Raina mengangguk sambil kembali menyeruput orange juice miliknya.

"Kenapa ? apa kamu tidak setuju ?" Raina tidak menyangka respon Adit yang terlihat tidak senang mendengar kabar keberangkatannya ke London.

"Iya, aku tidak setuju. Bagaimana kalau orang lain saja yang pergi kesana. Staff kantor yang lain saja" Nada suara Adit sedikit meninggi.

"Tapi itu sudah keputusan atasanku" Suara Raina kini sedikit bergetar, dia tidak pernah melihat Adit seperti ini.

"Kita bisa pergi kesana bersama, jika kamu memang ingin ke London" Sahut Adit. Raina sama sekali tidak bereaksi, ia masih terdiam.

Wajah Adit terlihat kecewa, dia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya lalu dia kembali menatap Raina.

"Apa kamu akan tetap pergi kesana, meskipun aku tidak setuju ?" Tanya Adit frustasi.

Raina tidak bisa menjawab, dia benar-benar bingung.

"Baiklah, kalau kamu memang ingin pergi kesana" Adit meninggalkan Raina yang kebingungan dengan sikap Adit yang aneh.

Raina berdiri dan keluar dari restoran lalu mengejar Adit yang sudah ada di parkiran.

"Kenapa kamu tidak setuju aku pergi ke London ?" Tanya Raina sambil memegang lengan Adit.

Adit menatap Raina sekilas lalu masuk kedalam mobil, Raina tidak berhenti dia langsung masuk ke dalam mobil. Kini mereka berdua ada di dalam mobil.

"Maaf" Kata-kata itu meluncur dari mulut Aditya.

Raina menoleh dan terfokus kepada Adit untuk meminta penjelasan.

"Aku baru melihatmu seperti ini, dan itu hanya karena aku akan pergi ke London. Lagipula ini urusan pekerjaan. Kenapa kamu bersikap seperti ini ?" Raina menekuk bibirnya kecewa.

Adit merasa bersalah, harusnya dia tidak bersikap seperti itu di depan Raina. Bagaimanapun juga Raina tidak tahu apa-apa dan sekarang Adit bingung sendiri menjawab pertanyaan Raina. Dia tidak mungkin bicara yang sejujurnya kepada Raina.

Adit menghela napas.

"Maaf, aku hanya takut terjadi sesuatu yang buruk. Kamu tahu akhir-akhir ini cuaca buruk dan banyak kecelakaan pesawat" Hanya alasan itu yang tepat menurut Adit untuk saat ini.

"Kamu ga usah khawatir, aku pasti baik-baik saja kok" Ucap Raina.

"Apa ini pertama kali kamu ke London ?"

"Iya, dan ini pertama kalinya juga aku ke luar negeri" Jawab Raina

Adit terlihat panik dan mengerutkan keningnya.

"Pertama kali ?" Tanya Adit solah tidak percaya.

"Iya pertama kali, memangnya kenapa ?"

"Aku akan suruh tour guide untuk dampingi kamu disana" Adit meraih handphone miliknya untuk menelepon Pak Wira agar mencarikan tour guide untuk Raina. Tapi tangan Raina buru-buru meraih handphone Adit.

"Kamu mau menelepon siapa ?" Tanya Raina.

"Pak Wira assisten pribadiku, aku akan menyuruhnya mencari tour guide untuk kamu"

Raina terkejut mendengarnya, Adit begitu berlebihan sampai-sampai menyuruh tour guide, Raina tidak bisa membayangkan reaksi teman-temannya melihatnya bersama tour guide.

"Aku tidak perlu tour guide, lagipula aku disana urusan pekerjaan bukan untuk berlibur. Disana juga ada beberapa staf kantor jadi kalau aku ada perlu aku bisa meminta tolong dan bertanya kepada mereka" Raina mencoba menenangkan Adit, tapi wajah Adit malah tetap terlihat khawatir. Raina tidak mengerti kenapa Adit bersikap seperti itu. Sungguh aneh, Pikir Raina.

__________________________________

Sepasang mata hitam Raina tidak berhenti melihat ke sekeliling Bandara mencari sosok Aditya Mahendra. Tapi sejak tadi Raina tidak menemukannya. Apa Adit masih marah ? Raina terus bertanya-tanya dalam hati. Dia sungguh tidak bisa berkonsentrasi, tidak seperti staf yang lain asyik mengobrol. Raina hanya tersenyum menanggapinya tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Raina sempat menolak untuk pergi tapi usahanya sia-sia, Pak Bayu malah mengancamnya akan memindahkan Raina ke kantor di luar kota dan itu membuat Raina tidak bisa menolak lagi.

Raina melihat handphonenya sesekali memastikan apakah ada telepon atau pesan dari Adit. Tapi sayangnya tidak ada. Dan akhirnya Raina memutuskan untuk menelepon Adit karena sebentar lagi dia akan berangkat.

Suara notifikasi pesan muncul, membuat Raina membatalkan panggilannya.

Melihat nama kontak yang mengirim pesan adalah Adit membuat Raina senang.

Aditya Mahendraku : Maaf, aku ga bisa mengantar kamu ke bandara ada urusan pekerjaan di Bali hari ini. Take care Raina Alunna :)

Raina lega karena awalnya menyangka Adit masih marah tapi ternyata Adit ada pekerjaan di Bali. Dia pun segera membalas pesan dari Adit.

Ga apa-apa, lagian sebentar lagi aku mau berangkat. Kamu juga disana take care ya :)

__________________________________

Adit merebahkan tubuhnya di kasur king size milik hotel yang masih milik keluarganya di Bali. Sebenarnya dia ingin mengantar Raina ke Bandara, tapi sayang tidak bisa karena ada pekerjaan di Bali yang mengharuskan keberadaan Adit. Rumah Sakit Bestandi akan membuka cabang di Bali.

Tiba-tiba ada bunyi notifikasi pesan di handphone Adit, membuatnya mencari handphonenya.

My Rain : Ga apa-apa, lagian sebentar lagi aku mau berangkat. Kamu juga disana take care ya :)

Adit segera menelepon Raina, tapi sayang nomornya sudah tidak aktif. Mungkin Raina sudah di dalam pesawat, pikir Adit.

Seseorang mengetuk pintu kamar, Adit sudah tahu itu pasti Pak Wira. Adit beranjak dari kasurnya dengan langkah malas dan membuka pintu.

"Duduklah" Ucap Adit,Pak Wira langsung duduk sambil membuka ipad nya yang berisi agenda pekerjaaan untuk Adit.

"Saya akan membacakan apa saja jadwal Tuan hari ini"

"Apa saja ?" Tanya Adit sambil memakan sandwich isi yang sudah ada di meja.

"Untuk jam 1 siang, ada rapat dengan Ibu Alisya selaku pimpinan Rumah Sakit Asih dan pejabat daerah setempat, setelah itu jam 3 sore acara peresmian pembangunan rumah sakit ke lokasi, lalu jam 7 malam ada acara di ballroom hotel " Setelah Pak Wira selesai berbicara, Adit mulai menanyakan hal yang sangat menganggunya.

"Apa kita harus bekerja sama dengan Rumah Sakit Asih ?" Tanya Adit, sebenarnya dia malas bertemu Alisya.

"Iya Tuan, itu sudah kesepakatan satu tahun yang lalu. Bukannya saya sudah memberitahukannya ? " Ucap Pak Wira, Adit tidak bisa berbuat apa-apa dan harus bersikap professional.

"Iya, saya hanya bertanya saja" Jawab Adit.

Sebenarnya Adit sudah bersikap professional meskipun mengetahui akan bekerja sama dengan Alisya. Tapi Alisya selalu menempel kepadanya, karena alasan ketinggalan pesawat Alisya ikut dengan pesawat jet pribadi Adit setelah itu Alisya sengaja memilih suit room hotel bersebelahan dengan suit room milik Adit. Semua itu membuat Adit tidak nyaman.

__________________________________

Rapat selesai tepat jam 2 sore, itu berarti Adit masih punya waktu untuk berkeliling kota Bali. Dia ingin mencari beberapa oleh-oleh untuk Raina.

Alisya sempat mengikutinya, tapi untunglah ada beberapa staf yang bertanya tentang pekerjaan sehingga menghalangi usaha Alisya.

"Apa tuan mau saya temani ?" Tanya Pak Wira.

"Tidak usah" Jawab Adit sambil keluar dari mobil.

Adit berjalan menyusuri Pasar Ubud Bali, tiba-tiba pandangannya terhenti ke sebuah toko. Dia ingin membeli itu untuk Raina.

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang