15

6.5K 476 5
                                    

Raina melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin cepat sampai di Bandung. Setelah pamit pulang lebih dulu kepada Dilla dan Daffa, dia memilih berlibur di Bandung. Dia ingin menenangkan diri dari kejadian yang menimpanya barusan. Terlebih dia ingin bertemu ibunya dan sekalian meminta izin karena bulan depan harus pergi ke London.

"Raina ? Kenapa kamu pulang semalam ini" Wajah Ibunya kaget melihat Raina ada di depannya, Raina tersenyum paksa sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Biasanya kamu kabarin ibu dulu kalau mau pulang. Kok ngedadak gitu, ibu belum sempat masak sama ganti sprei kasur kamu" Ibu Raina memang cerewet, kalau sudah ngomong susah di remnya, berbeda dengan Raina. Wajah Raina memang lebih mirip ibunya tapi sifat lebih mirip ayahnya yang tenang dan agak tertutup.

"Raina tadinya ga akan pulang, tapi hari senin tanggal merah. Rasanya sayang kalau ga kesini, Raina kangen ibu" Raina memeluk ibunya, dia sangat menyanyanginya. Mata Raina terasa mengeluarkan air mata tapi dia cepat menghapusnya. Tidak ingin ibunya tau dengan masalah yang menimpanya.

"Ibu udah tidur ya ?" Tanya Raina, dia tau persis ini sudah jam 12 malam dan Ibunya pasti sudah tidur terlelap, dia menganggu tidur Ibunya.

"Iya, kamu sih ga kasih tau Ibu kalau mau pulang"

"Ya udah, Ibu lanjutin tidurnya aja. Raina mau mandi dulu" Tapi ibunya enggan tidur malah memperhatikan penampilan anaknya yang memakai sebuah gaun tidak seperti biasanya.

"Kenapa kamu berpakaian seperti itu ?" Selidik ibunya.

"Em.....Aku baru pulang dari undangan temen Bu langsung pergi kesini" Raina terpaksa berbohong, dia tidak mau ibunya bertanya lebih lanjut.

"Kamu mandi dulu, ibu sudah siapkan air hangatnya di kamar mandi" Raina mengangguk dan segera pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai berpakaian, Raina menyusul ibunya yang sudah berada di meja makan. Ibunya membuatkan mie rebus.

"Ibu tau, kamu pasti lapar" Ucap ibu Raina sambil melihat anaknya memakan mie.

"Iya, Raina lapar banget Bu"

"Oh iya, kata Dilla kamu lagi deket sama seseorang ya ?" Ibunya memang to the point dan blakblakan. Raina bingung harus jawab apa, dulu Dilla hanya berbohong agar ibu Raina tidak khawatir lagi karena Raina tidak pernah punya hubungan khusus dengan pria manapun. Tapi sekarang ? dia sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Adit. Pria itu sama saja, apa karena dia kaya bisa seenaknya ?

"Syukurlah, kalo kamu sudah menemukan pria yang cocok" Belum sempat Raina bilang yang sebenarnya, ibunya malah berbicara seperti itu. Raina tambah bingung, melihat wajah ibunya yang bahagia karena Raina memiliki pacar membuat dia tak tega mengungkapkan hal yang sebenarnya.

"Ibu mau bicara sesuatu, tapi ibu menunggu sampai kamu punya pacar" sekarang Raina tambah aneh, memangnya apa yang mau ibunya katakan sampai harus menunggu Raina memiliki pacar.

"Ibu mau bicara apa ?" Tanya Raina.

"Sebenarnya ini sudah lama, sekitar 10 tahun yang lalu ketika kita pindah kesini. Tetangga kita yang dulu, Ibu Ros bilang kalo ada yang mencari kamu. Dia datang terus menerus ke rumah kita yang dulu, padahal Ibu Ros sudah memberitahu kalau kita sudah pindah. Yoga mencari kamu Na, ibu mau bilang ke kamu dari dulu tapi kamu selalu menghindar kalau membahas Yoga. Ibu tau, Yoga cinta pertama kamu sekaligus lelaki yang membuat kamu merasakan patah hati pertama kali jadi ibu tidak menceritakannya kepadamu lagi. Ibu takut kalau kamu makin tersakiti oleh Yoga, apalagi setelah ibu tau bagaimana sifat Yoga yang playboy" Ucapan ibunya membuat Raina kembali mengingat Yoga.

Keluarga Raina memang pindah setelah lulus SMA, dulu mereka tinggal di kota dan sekarang memilih tinggal di desa tempat kelahiran almarhum ayahnya. Raina lebih menyukai tinggal disini, kerena udaranya masih sejuk di tambah suasana kebun teh yang membuatnya semakin betah.

"Yoga sudah nikah kok Bu" Raina hanya mampu berkata itu. Ibunya kaget mendengarnya apalagi Raina sangat santai mengatakan hal itu. Membuat ibunya menarik kesimpulan kalau Raina sudah tidak ada perasaan lebih lagi kepada Yoga.

"Kapan ? Kamu di undang ?" Tanya ibunya

"2 tahun yang lalu, mana mungkin aku di undang bu. Dia menikah di hotel berbintang lima, aku kan cuma orang biasa ga pantes datang kesana" Nada bicara Raina terkesan sinis.

"Oh......." Ucap ibunya sambil membawa mangkuk bekas makan anaknya ke tempat cuci piring.

"Sudah malam bu, kita tidur yu"Ajak Raina

"Spreinya sudah ibu ganti barusan, kamu mau tidur sendiri ? atau sama ibu ?"

"Aku tidur sendiri dulu deh, udah kangen banget sama kasur kesayangan. Besok aku tidur sama ibu" Raina menuju kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar ibunya.

____________________________________

Adit membuka jas dan melonggarkan dasi miliknya, akhirnya acaranya sudah selesai. Acara yang membuatnya bosan terlebih lagi kakeknya terus mendekatkan dia dengan Alisya. Adit tidak bisa tinggal diam, dia harus berbicara kepada kakeknya kalau dia sudah mempunyai pacar. Pacar ? Adit mengingat Raina, iya dia sama sekali belum menghubungi Raina. Apa dia keterlaluan ? Sudah hampir 3 hari tidak menghubungi Raina ? ia pun mengambil handphone dari saku celananya setelah menyalakannya karena ia sengaja menonaktifkan handphone lalu ia menekan nomor Raina.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan tinggalkan pesan. Adit menekuk bibirnya, kenapa nomor telepon Raina tidak aktif ? Adit terus mencobanya beberapa kali tapi hasilnya tetap sama. Membuatnya semakin frustrasi, tidak ada cara lain besok ia harus ke apartemen Raina.

Tak lama kemudian ada banyak pesan singkat masuk ke handphonenya, dia mengabaikan pesan orang lain dan mencari pesan dari Raina. Akhirnya dia menemukannya, ada satu pesan dari Raina sehari yang lalu.

My Rain : Kenapa nomor kamu ga aktif ?

Dia memang keterlaluan, Raina pasti marah karena dia menonaktifkan handphonenya. Adit segera membalas pesan dari Raina.

____________________________________

Aditya Mahendraku : Maaf, aku sibuk 2 hari ini. Bisa kita ketemu, ada yang ingin aku bicarakan ?

Setelah selesai mengecas handphone yang kehabisan batre, Raina mendapatkan pesan dari Adit. Mau ketemu ? Ada yang ingin dibicarakan ? Raina sudah tau pasti apa yang mau Adit bicarakan, bukannya sudah jelas tad ia lihat dengan mata sendiri Adit bersama calon tunangannya dan apa yang Adit mau bicarakan pasti tentang pertunangannya itu. Raina merasa ada sesuatu yang menghantam jantungnya, dia serasa ingin menangis tapi tidak bisa.

Dia jatuh kelubang yang sama, seperti 10 tahun yang lalu. Raina sudah percayakan hatinya kepada Adit, tapi apa yang dia dapatkan ? Dia menatap langit-langit kamarnya mancoba untuk memejamkan mata dan tertidur tapi tidak bisa. Bayangan Adit dan Yoga muncul bergantian. Kalau saja ibunya tidak membahas Yoga tadi, ia tidak akan mengingatnya seperti sekarang.

rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang