Aku mempercepat langkahku ketika bel di pintu masuk kembali berdering beberapa kali. Zayn, kah?Saat kubuka pintu, aku melihat seorang lelaki tampan yang dibaluti jaket denim tersenyum manis padaku. Tebakanku tidak meleset sedikitpun.
"Hi!"
Aku terlalu terkejut, "ZAYN!"
Tidak ada babibu, tubuhku reflek melompat kepelukannya. Kutenggelamkan wajahku di lehernya sambil kakiku melingkar di perutnya. Kupeluk ia seerat mungkin, melampiaskan rasa rindu yang kupendam selama dua minggu ini.
"Kau kembali."
"Ka-kau men-cekikku..."
Sontak aku terlompat dan melepaskan pelukanku. "Ups."
Zayn terbatuk sambil tertawa. Mukanya memerah, "Sepertinya kau tidak main-main dengan kata-katamu, Bianca."
"Maaf." Ucapku tertawa garing. Kulirik jam tanganku sekilas, "Kau datang lebih cepat, Zayn."
"Tidak sabar bertemu denganmu, cantik."
Aku tertawa pelan. Kujalarkan jari telunjukku menelurusi rangannya yang mulai berbulu, "Oh, benarkah? Karena aku juga tidak sabar ingin bertemu denganmu."
Tangan Zayn tau-tau menyelip masuk melewati pinggangku, berhenti di punggungku dan menariknya hingga tubuh kami saling bertubrukan.
"Whoo."
Aku sedikit terkejut melihat wajah Zayn yang nyaris menempel dengan wajahku. Ia menatapku lamat-lamat, sambil tersenyum. Cukup untuk menghetarkan hatiku.
"Miss you so badly, Bianca Smith." Suara Zayn serak saat mengatakannya. Sangat seksi.
Aku memberanikan diri melingkarkan tanganku di lehernya, "Miss you too, Zayn Malik."
Wajah Zayn perlahan mendekat. Matanya sesekali melirik bibirku, membuat jantungku berdebar panik. Aku memejamkan mataku, ketika napasnya menerpa wajahku hangat.
"Ayo." Bisiknya tepat di depan bibirku, "Aku akan menculikmu seharian."
•••
Zayn Malik. Aku tidak tau harus mengapakan lelaki satu itu. Dua jam perjalanan melewati ribuan mil jarak, Zayn membawaku kembali ke kota asal dimana kami dulu tinggal.
Aku benar-benar tidak tau harus berkata apa. Rasanya seperti ribuan tahun tidak melihat kota ini. Aku sangat sangat merindukannya. Sebagian besar kenangan indah yang sampai sekarang masih kuingat, tercipta dari sini.
Dan terlebih, aku tidak dapat menahan senyum menyadari kemana Zayn membawaku. Sebuah restoran gaya lama di pojok jalan dekat sekolah. Tempat yang sering kali menjadi rumah kedua kami setelah pulang dari sekolah.
"Hi, Bibi Jane."
Aku masih terkagum-kagum dengan semua ini saat Zayn menyapa wanita lanjut usia yang berada di meja kasir. Aku menoleh, dan senyumku merekah.
"Bibi Jane!"
Wanita itu sama terkejutnya sepertiku. Matanya membulat melihat kedatanganku dan Zayn. Beliau keluar dari meja kebesarannya. "Astaga. Lihat, siapa yang kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED TO A JERK [Harry Style]
FanfictionMenikah di usia muda sama sekali buka prioritas utama Bianca Smith, apalagi jika calon tunangannya adalah cowok paling mesum sekaligus paling tampan di kampus?! Sialnya, Harry Edward Styles bukan hanya mata keranjang tapi juga sahabat baik crush mas...