29 - Every pain will heal

8.5K 499 128
                                    

Aku tidak tau apapun. Kenapa ia pergi. Berapa lama ia pergi? Kapan ia kembali? Sedang apa ia sekarang? Aku tidak tau. Yang aku tau hanyalah, aku mencintainya. Dan dia pergi, meninggalkanku.

Apa aku mencarinya? Tentu saja. Aku mencarinya seperti orang gila. Tapi dia bahkan menolak untuk bertemu denganku. Aku menghubunginya beribu kali. Aku mengirimnya seton pesan sampai rasanya jariku sakit karena mengetik untuknya. Tapi dia, tetap tidak pernah muncul.

Bagaimana keadaanku? Aku kacau. Hatiku sakit, setiap pagi terbangun, sosok itu sudah hilang dari sisiku. Aku. Sakit.

Aku bangkit, setengah tertidur. Kuraih batalan yang biasa digunakan Harry untuk tidur, lalu kucampakkan ke sembarang tempat dengan emosi.

"Brengsek!" Aku terisak. Kupandangi bantal yang tergeletak di lantai, menganggapnya seolah-olah dia Harry yang sesungguhnya.

"Kau bilang padaku untuk tidak pergi," Air mataku meleleh. Ada rasa sesak di dadaku setiap menarik napas. "Tapi kau melakukannya padaku, asshole!"

"Bahkan aku telah mengatakan, aku mencintamu. Tapi kau tetap pergi!"

"Kau lelaki sombong, harusnya tidak pernah masuk ke hidupku!"

"Kau harusnya tidak memaksaku untuk menikah denganmu!"

"Dan aku harusnya.... tidak mencintamu sedalam ini...."

Tapi bantal itu tidak pernah menjadi dirinya. Aku menyengir, dengan wajah basah oleh air mata. "Kau lihat, Harry? Aku gila karenamu!"

Kepalaku terasa sakit. Kurebahkan kembali tubuhku pada kasur. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Aku merindukanmu." Kuelus tempat tidur disebelahku. "Aku bersumpah."

•••

Hari ini adalah kontrol terakhirku dengan dokter. Setelah melepaskan gips, dokter bilang aku dapat berjalan dengan normal.

"Kau senang?" Zayn merangkul leherku saat kami berjalan di koridor rumah sakit. Aku memberinya senyum, mengangguk singkat.

"Tidak ingin lompat-lompat dan berlarian seperti yang biasa Bianca Smith lakukan?"

Aku menghela napas panjang. Bangun tidur saja terasa berat. Tubuhku terlalu mati rasa untuk melakukan itu. Aku menggeleng lemah.

Zayn menatapku sangat lama, dan aku membiarkannya seperti itu. "Apa sesakit itu?"

Aku menoleh, "Apa?"

Zayn berhenti, menghadapku. Aku melakukan hal yang sama. Satu tangannya, menangkup pipiku. Rasanya dingin, "Kau... demam, B. Kenapa kau menyiksa dirimu, hu?"

Aku tersenyum kecut, "Hanya demam biasa. Aku baik-baik saja."

Zayn menggeleng, "Jangan membuatnya terlalu jelas, B. Aku tidak suka melihatmu sedih seperti ini. Berhenti menangis. Atau setidaknya, menangislah padaku. Aku disini untukmu, B. Kau tau itu. Aku tidak akan pergi meninggalkanmu."

Aku menunduk. Terus menunduk. Hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Karena, jika satu kata saja kuucapkan sekarang, maka aku akan menangis. Lagi, dan lagi. Di tengah koridor rumah sakit. Disaksikan oleh sejumlah pasien lain. Dan, aku tidak mau itu terjadi.

MARRIED TO A JERK [Harry Style]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang