Selalu ada satu moment yang membuat pandanganmu berbuah terhadap segala hal. Malam ini adalah momentku.
Zayn berdiri di depanku, dengan jaket kulit hitamnya yang mempersona. Tapi, aku tidak merasakan apa-apa lagi. Malam ini aku sadar. Akan banyak hal.
Zayn dan aku sudah berteman begitu lama. Dan setiap hari, aku memandangnya sebagai seorang lelaki, karena kupikir aku jatuh cinta padanya.
Tapi setelah semuanya, setelah malam ini, aku sadar. Aku hanya jatuh cinta pada sahabatku. Aku jatuh cinta, karena dia sahabatku. Karena dia sahabat yang keren, dan selamanya begitu.
Apa yang kami miliki hanya masa lalu. Aku mencintainya, karena betapa indah masa lalu yang kami miliki. Ketika aku melihatnya, aku merindukan setiap waktu yang pernah kami lalui.
Tapi, bukankah kita harus melanjutkan hidup dan memandang masa depan? But the thing is, aku tidak menemukan Zayn di masa depanku.
"Zayn.." Pria itu tersenyum di hadapanku. Aku tidak tau tindakanku benar atau salah. Apa ini waktu yang tepat atau bukan. Tapi, aku ingin melakukannya sekarang. Ketika aku sudah yakin, "Ada yang ingin kukatakan."
"Ini sudah larut, lebih baik kau masuk. Katakan besok, ketika kita bertemu di kampus, oke?"
Aku menggeleng. Bersikeras ingin mengatakannya, "Sebentar saja."
"Masuklah, B. Disini dingin." Tapi Zayn berusaha lebih gigih.
Perasaan itu jadi mengganjal di hatiku. Mau tidak mau, aku mengangguk meny'iya'kan. Besok. Mungkin besok waktu yang tepat.
"Baiklah. Aku masuk. Kau hati-hati di jalan, okay?"
Zayn mengangguk lalu mengecup pipiku kilat. Dengan dibantu kruk, aku melangkah masuk menuju rumahku. Ketika aku hendak membuka kenop pintu, suara Zayn dibelakangku memanggil.
"B..."
Aku menoleh padanya yang jauh di belakangku, "Kenapa?"
"I love you."
Aku melihatnya. Melihat mata Zayn yang mengkilap ketika mengatakan itu. Aku melihatnya. Senyum Zayn yang mengembang ketika mengucapkan itu.
Tubuhku membeku, dan retak. Jantungku berdebar sakit. Aku tidak percaya dia mengatakannya. Kata-kata yang susah payah kuhindari.
"I love you, Bianca Smith!"
Kali ini, teriakannya berhasil menusuk jantungku. Aku tersenyum getir.
"Aku tahu, sayang."
•••
Pikiranku kacau. Zayn mengutarakan perasaannya padaku, tapi kenapa menjadi beban terberatku saat ini. Ditambah, aku menjadi tidak yakin, akan sanggup mengatakan perasaanku yang sebenarnya pada Zayn.
Pintu apartemen terbuka otomatis tepat setelah aku mengetikan sandi. Hari ini hari yang amat melelahkan. Aku memikirkan akan langsung tidur setelah ini.
Saat akan melepaskan sendal yang kupakai, aku melihat sesuatu yang janggal. Ada sebuah heels hitam. Itu sepatu wanita, tapi itu bukan milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED TO A JERK [Harry Style]
FanfictionMenikah di usia muda sama sekali buka prioritas utama Bianca Smith, apalagi jika calon tunangannya adalah cowok paling mesum sekaligus paling tampan di kampus?! Sialnya, Harry Edward Styles bukan hanya mata keranjang tapi juga sahabat baik crush mas...