Aku dan Harry turun dari mobil dalam diam. Jemariku dan jemarinya saling bertautan, tidak seperti biasanya. Harry selalu tau cara menggetarkan hatiku. Ketika tiba di depan pintu apartemen, Harry melepaskan genggamannya.
"Masuklah." Katanya sambil tersenyum.
"Kau tidak ikut denganku ke dalam?"
Harry menggosok tekuknya, "Tidak. Ada yang harus kuselesaikan."
Mungkinkah...
Gadis itu?
Ya, tuhan.
"Baiklah."
"Kumohon, jangan menungguku. Mungkin aku akan pulang pagi-pagi sekali."
Harry di depan mataku, tapi kenapa rasanya dia sangat jauh denganku saat ini. Aku tersenyum kecut, "Bukankah kau harus kuliah, Harry?"
Ia maju selangkah ke arahku. Menangkup pipiku sebelah tangan, lalu mengecup keningku. Aku memejamkan mataku erat-erat. Kenapa rasanya kecupan ini terasa seperti perpisahan.
"Good night."
Ya, dia benar-benar pergi. Dengan gadis yang ia cium malam ini. Meninggalkanku.
•••
Hari sudah beranjak siang. Zayn dan aku sedang duduk di kafetaria kampus. Dari tadi dia terus mengomeliku tentang, mengapa aku pulang tanpa mengabarinya dan dia menghawatirkanku. Dan banyak lagi.
Tapi dari tadi, perhatianku tertuju ke satu arah. Harry dan Grace. Mereka duduk di sudut kafetaria ini.
Apa gadis yang semalam ia cium itu Grace? Apa dia alasan tadi pagi Harry hanya meninggalkan pesan untukku dan tidak pulang? Apa Harry menginap di rumah Grace?
Apa mereka bercinta?
"Sayang."
Aku terhentak dari lamunanku. Menoleh pada Zayn, ia memberiku senyum kecut. "Kau tidak mendengarkan."
Pria ini. Dia menatapku dengan penuh kasih sayang. Membuat ulu hatiku sakit. "Maafkan aku, Zayn."
"Kau tidak apa-apa, B?"
Aku memberinya senyum, "Tidak. Aku baik-baik saja." Kutangkup pipinya yang berbulu. Kudaratkan ciuman di sudut bibirnya.
Ia tersenyum. "Kemarilah." Ujarnya sambil menepuk-nepuk pahanya.
Mataku terbelalak. Aku tau maksud Zayn. "Tidak, Zayn. Disini banyak orang!"
"Ayolah, sayang. Siapa yang peduli? Aku hanya ingin mencium pacarku."
Aku melirik meja Harry dan Grace sesaat. Kulihat cowok itu sedang menyeka sudut bibir Grace dengan mesra, dan itu cukup untuk membuatku sakit.
Saat menoleh kembali pada Zayn, ia masih menantiku. Akupun berpindah posisi, mengangkang di pangkuannya. Kukalungakan tanganku pada lehernya. Zayn tersenyum, lalu mulai menciumku. Ciumannya sangat lembut dan berhati-hati. Tidak cukup membuatku melupakan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED TO A JERK [Harry Style]
FanfictionMenikah di usia muda sama sekali buka prioritas utama Bianca Smith, apalagi jika calon tunangannya adalah cowok paling mesum sekaligus paling tampan di kampus?! Sialnya, Harry Edward Styles bukan hanya mata keranjang tapi juga sahabat baik crush mas...