"What's your name child?"
Tuan besar Gabriel Pereira bertanya pertanyaan paling sederhana. Dan mendadak aku lupa apa jawabannya.
Bukan karena pria itu memiliki paras yang menyeramkan. Tuan besar Gabriel Pereira justru dianugerahi genetik yang sangat sempurna hingga dirinya terlihat menawan untuk pria di usianya.
Tapi ada sesuatu padanya yang membuat jantungku berdebar dengan tidak nyaman. Sesuatu yang menakutkan.
"Namaku Kiera, Mr. Pereira." Pada akhirnya, aku berhasil menjawab tanpa gemetar, "Kiera Grace Harlow."
"Kau boleh memanggilku Gabriel saja, nak." Sahutnya, dari kepala meja. "Bagaimana pun, kau akan menjadi bagian dari keluarga ini."
Pereira's Mansion punya ruang makan yang begitu luas, hampir dua kali lebih luas dari Azrael's Mansion—yang artinya dua kali lebih mengintimidasi. Interior gaya Rustic membuat ruangan ini terasa hangat, tapi dalam waktu bersamaan terasa dingin mencekam dikarenakan banyaknya dinding kayu yang dipoles dengan warna coklat tua.
Terlebih meja makan ini—kenapa ukurannya begitu lebar hingga bisa menampung setidaknya dua puluh orang?
Orang kaya raya memang sangat tidak masuk akal.
"Apa tidak sebaiknya kita menunggu ibu?" Celetuk Tuan muda, Michael Demian Pereira dari kursi seberangku. Putra kedua Pereira itu duduk di sebelah kiri sang ayah, sedangkan Azrael Leviathan Pereira duduk di sebelah kanannya—di sebelahku.
"Ibumu terlalu sibuk dengan suami barunya yang menyedihkan itu." Gabriel tidak terdengar senang, "Kau tahu betapa aku sangat tidak suka orang yang terlambat, Michael. Jadi, tidak—kita tidak akan menunggu ibumu."
Micheal mengangguk masam. Azrael di sebelahku tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, selain kebencian yang mendarah daging di mata hitamnya sejak sang ayah tiba.
Sesuatu yang bau tercium dari keluarga ini. Aku perlu menggali—mungkin berguna sebagai senjata melawan kampanye Azrael nanti.
Beberapa pelayan—lebih dari delapan orang—masuk dari empat pintu di masing-masing ruangan, membawa hidangan yang asapnya masih mengepul. Mereka semua terlihat seperti robot—pakaian pelayan hitam-putih seragam, gestur tubuh yang kompak, dan senyum sumringah yang lebih terlihat menyeramkan daripada ramah.
"Oh, Miss Kiera," Suara berat Gabriel hampir membuat jantungku melompat, "Aku baru ingat, aku tidak tahu bagaimana cerita kau bertemu dengan putra sulungku. Apa kau keberatan untuk menceritakannya padaku, nak?"
Sial.
Ya, aku keberatan.
Azrael dan Michael tidak mempersiapkan aku dengan cerita bohong ini. Apa yang harus kukatakan?!
Azrael berdehem dari sebelahku, "Kami bertemu di—"
"Selalu menjawab saat tidak ada yang bertanya padamu." Gabriel memotong, senyum keji di bibirnya, "Apa kau akan sangat ingin menjadi pahlawan, son?"
Dari bawah meja, aku bisa melihat jelas betapa kuat Azrael mengepal tinju. Wajahnya keras, tatapannya membunuh.
Entah keberanian dari mana, aku meletakkan jemariku pada tinjunya. Ia terlonjak dalam genggamanku. Mata hitamnya menoleh penuh kebingungan.
Aku tersenyum lembut padanya, "Tapi putramu memang pahlawan, Gabriel—well, setidaknya Azrael adalah pahlawanku."
Aku menoleh pada Gabriel—yang sama sekali tidak terlihat puas, "Ayah dan ibuku meninggal saat aku masih kecil. Beliau memang meninggalkan warisan yang cukup untuk membiayai kehidupanku dan adikku seumur hidup. Tapi uang adalah bisnis yang menjebak. Jika hanya didiamkan, mereka akan habis sendiri dimakan inflasi."
![](https://img.wattpad.com/cover/74322853-288-k399578.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED TO A JERK [Harry Style]
Fiksi PenggemarMenikah di usia muda sama sekali buka prioritas utama Bianca Smith, apalagi jika calon tunangannya adalah cowok paling mesum sekaligus paling tampan di kampus?! Sialnya, Harry Edward Styles bukan hanya mata keranjang tapi juga sahabat baik crush mas...