Aku tidak bisa menghentikan senyumku. Harry dan aku sudah lama tiba di apartemen, tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang kencan yang ia bicarakan di rumahku itu.
"Kenapa senyum-senyum?
Aku menoleh saat mendengar suara berat dari sebelahku. Harry sudah menanggalkan kaus dan jeansnya, hanya tersisa boxer. Ia naik ke kasur dan berbaring tepat di sebelahku.
Aku menarik satu tangan Harry dan menjadikan bantalanku. Kupeluk badannya yang telanjang dan membenamkan wajahku di lekukan lehernya. Kuhirup dalam-dalam wangi tubuh Harry yang memabukkan.
Ia terkekeh. "Ada apa, B?"
Aku mundur untuk mendongak padanya. "Ayo, berkencan. Aku sudah tidak sabar."
Harry terkekeh lagi. "Tidak sekarang juga, idiot. Aku tidak mau membawa gadis dengan tongkat di tangannya. Orang-orang akan berpikir aku berkencan dengan nenek-nenek."
"NENEK-NENEK?!" Pekikku marah.
Harry terkekeh lagi, dan lagi. Ia mencium gemas hidungku. "Hanya bercanda, sayang. Hanya bercanda. Kita tunggu sampai kau benar-benar pulih, oke?"
Aku mengangguk antusias. Kupeluk lagi tubuhnya erat. Dapat kurasakan Harry mengelus rambutku, sayang. Sesekali menciumnya.
Aku jadi teringat percakapanku dengan ibuku melalui telepon tadi. Tentang perceraian yang ia bicarakan.
"Harry."
"Hm."
"Apa kau masih suka minum-minum dan melalukan hubungan badan?"
Harry menoleh, "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Tidak." Kataku, "Hanya ingin tau."
Harry terlihat berpikir, "Aku sudah berhenti, aku bersumpah. Terakhir kali aku minum adalah saat kau menginap bersama Zayn dan aku memohon kau pulang." Katanya.
Aku tersenyum, "Untuk catatan, aku tidak melarangmu mabuk. Aku memintamu untuk menguranginya, karena aku tidak ingin kau menjadi pecandu alkohol." Harry memandangiku, lalu menganguk paham.
"Tidak akan, selama kau terus bersamaku." katanya lalu menciun pucuk kepalaku, "Dan terakhir kali aku meniduri seorang gadis, adalah saat kita bertengkar dulu. Kau ingat?"
Aku ingat. Jelas. Saat itu tubuh Harry penuh dengan bercak kemerahan yang menjijikkan.
"Bagaimana aku bisa lupa?" Kataku. Aku mundur untuk melihat leher Harry. Aku menghembus napas lega. "Syukurlah benda itu sudah hilang sekarang."
Harry tersenyum miring, "Kau tidak mau membuatnya di leherku?"
Mataku melebar, "Kau gila?" Harry menggeleng dan dari tatapannya dia serius. "No, Harry. Aku tidak tau cara."
Tau-tau Harry membalik posisi. Kini tubuhnya tepat di atasku. Menindih dengan posesif. Wajahnya mendekat, "Lihat dan pelajari ini."
Harry menarik lepas kaos yang aku gunakan. Menyisakan bikini kuning berenda milik ibuku yang diam-diam kucuri. Damn! Kenapa aku memakai ini sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED TO A JERK [Harry Style]
FanfictionMenikah di usia muda sama sekali buka prioritas utama Bianca Smith, apalagi jika calon tunangannya adalah cowok paling mesum sekaligus paling tampan di kampus?! Sialnya, Harry Edward Styles bukan hanya mata keranjang tapi juga sahabat baik crush mas...