6. Kenangan buruk

10.3K 390 6
                                    

Setelah seminggu Thania tinggal di rumah Kelvin, Thania memutuskan untuk kembali ke rumahnya apapun yang terjadi. Ia tidak ingin berlama-lama tinggal bersama Kelvin. Apa kata orang nanti jika aku tinggal bersama laki-laki yang tidak memiliki hubungan apapun denganku. Jadi hari ini Thania memutuskan untuk mengatakannya kepada Kelvin.

Thania sedang menyiapkan makanan dan Kelvin membaca korannya di pagi hari.

"Kelvin?"

"Yah?"

"Aku ingin bicara."

"Bicara saja."

"Aku ingin pulang, sebaiknya aku menyelesaikan tugasku di rumah. Dan aku bisa mengirimi email bukan? Tinggal serumah tidak akan meningkatkan kinerja kita jika salah satu sudah merasa tidak nyaman."

"Kau merasa tidak nyaman?"

"Emm..." Thania menggigit ujung bibirnya sambil memikirkan apakah ia harus menyampaikan alasannya sefrontal ini?

"Baiklah aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu. Aku senang jika kau mau terbuka mengenai alasanmu padaku. Dengan ini aku bisa percaya bahwa kau adalah pegawaiku yang sangat jujur dan mementingkan pekerjaan secara profesional dibandingkan hal pribadi. Aku menyukaimu."

"Hah?"

"Maksudku aku menyukai sikapmu karena kau profesional. Maafkan aku yang sudah membuatmu salah sangka."

"Ah.. tidak. Justru aku yang harus minta maaf karena aku sudah salah mengartikan perkataanmu."

"Aku mengerti jika kau sangat sensitif akan perkataanku. Tapi aku ingin kau tetap memikirkan pekerjaan diatas segalanya. Aku akan siap meminta maaf padamu jika aku melakukan kesalahan. Bahkan setiap hari jika itu diperlukan agar kau merasa nyaman bekerja sama denganku."

"Jangan khawatir Kelvin aku akan tetap mementingkan pekerjaan diatas segalanya. Aku ingin menjadi wanita yang bisa berdiri sendiri. Sejak remaja aku sudah ditinggal oleh orang tuaku jadi aku sudah terbiasa hidup sendiri."

"Memangnya kemana orang tuamu?"

"Mereka bercerai dan memaksaku untuk memilih diantara mereka berdua. Namun aku tidak ingin memilih salah satu dari mereka. Karena aku hanya ingin mereka kembali bersama walaupun itu sulit. Tapi aku sudah mencoba namun aku malah memilih jalan yang berbahaya untuk membuat mereka mengerti akan keinginanku."

"Berbahaya? Apa memangnya yang kau lakukan?"

FLASHBACK ON

Seorang gadis berumur 15 tahun menata kosong ke arah tembok berwarna merah muda itu. Memikirkan hal-hal yang sudah ia lalui selama ini. Mengenai kondisinya yang sangat buruk tanpa seorang pun yang bisa mengerti dirinya.

Hari itu terasa panas sehingga gadis itu berjalan lemas seperti mayat hidup berjalan karena tidak pernah makan selama beberapa hari. Diputarnya kran di kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya yang pucat pasih.

Terdengar suara-suara pertengkaran yang sangat memuakkan untuk ia dengar. Barang-barang yang dahulu seperti saksi bisu keharmonisan keluarga namun sekarang dihancurkan begitu saja tanpa memikirkan hati yang patah karena menyaksikan secara langsung proses kehancuran ini terjadi.

Ingin rasanya gadis itu menghilang dari dunia ini, mungkin itu akan membuat hidupnya lebih baik. Selama hidupnya ia belum pernah dan tak pernah sedikitpun terfikir bahwa hal ini akan terjadi di sepanjang perjalanan hidupnya.

Mulai terfikir bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk membuat orang tuanya memgerti dan kembali hidup bersama. Ia belum mengerti jika terjadi perbedaan pendapat antara pasangan sangat sulit untuk disatukan kembali. Itu mengenai pemikiran yang sudah tak sejalan apabila dipaksakan akan terjadi hal yang lebih buruk dari itu.

Namun ia tak perduli sama sekali, ia hanya perduli jika keinginannya untuk keluarga yang kembali utuh seperti semula harus dipenuhi.

Ia memutuskan untuk melempar lampu tidurnya ke luar jendela. Membuat jendela kamarnya yang besar pecah berkeping-keping dengan suara yang luar biasa hebat.

Gadis berumur 15 tahun itu sangat murka, ia lalu kembali ke kamar mandi dan merendam dirinya. Pintunya sudah terkunci dan dilihatnya sabun cair yang biasa ia gunakan
Untuk mandi sekarang ia meneguk sabun cair. Ia menangis seharian dan mengunci kamar mandinya dari dalam.

Orang tuanya yang tadinya sedang bertengkar hebat kini menjadi hening dan kebingungan.

"Suara apa itu?" Mr.Emerald yang tadinya sangat emosi kini perhatiannya teralihkan pada suara itu.

"Thania..." Ms. Emerald megatakan nama anaknya dengan suara lirih."

Mr. Emerald berlari menuju kamar putrinya itu diikuti oleh Ms. Emerald. Pintu kamarnya tidak dikunci namun sudah terlihat bahwa jendelanya rusak dan mereka mendekati jendela itu dan melihat ke bawah. Sebuah lampu tidur pecah berserakan di bawah.

Suara air dari kamar mandi terdengar, Mr. Emerald mencoba untuk membuka namun di kunci dari dalam. Ia mendobraknya dan mendapati keadaan putrinya yang tak sadarkan diri. Lalu gadis itu dibawa ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit...

"Bagaimana keadaan putri saya dok?"

"Putri bapak sangat kritis dan saya harap ia bisa segera sadar. Jika tidak mungkin akan sulit untuk bertahan hidup lebih lama."

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan putri saya dok."

"Akan saya usahakan, namun sebagai dokter saya harus memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada keluarga pasien. Karena memberikan harapan palsu juga bukanlah hak kami. Saya permisi dulu."

"Ini semua karnamu!! Seharusnya kau tidak egois dan pergi dengan wanita lain!"

"Diam!!! Ini salahmu!! Jika saja kau bisa menurunkan berat badanmu lagi seperti dulu mungkin aku tidak akan beraling dengan wanita lain!"

"Aku seorang ibu bukanlah wanita lajang seperti dulu yang hanya mementingkan penampilan di depan kekasihnya. Tapi aku hanya mengurus rumah tangga dan anak kita. Sedangkan kau? Bersenang-senang dengan wanita jalang di luar sana!"

Plak!!

"Jangan memulai lagi! Pokoknya kita bercerai dan hak asuh kita lihat saja di pengadilan!!"

FLASHBACK OFF

"Maafkan aku Thania aku tidak bermaksud.."

"Tak apa-apa aku mengerti. Maaf aku jadi curhat mengenai masalah pribadiku padamu."

"Tak apa. Aku bisa menjadi teman baikmu, jadi santai saja."

"Hm.. baiklah."

-iapd-
Kamis, 04 Agustus 2016

OVERWEIGHT ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang