26. Ingin sendiri saja

3.1K 158 0
                                    

Thania POV

Hatiku sangat gelisah dan sama sekali tidak bisa tidur, sangat sulit untukku memejamkan mata. Aku masih memikirkan kenyataan yang baru saja kuketahui. Banyak hal yang terjadi padaku, tapi kenapa Kak Dennis harus menyembunyikannya dariku? Bagaimana mungkin ia bisa jatuh hati padaku? Aku masih tak habis pikir dengan semua ini.

Semalaman aku tidak tidur dan terus saja menatap langit-langit kamar dengan mengenang memori kenangan di masa lalu ketika aku bersamanya. Aku dan Dennis sudah seperti saudara yang tak pernah terpisahkan. Aku selalu ingin bersamanya dan dia selalu ada untukku..

Tok tok tok..

"Thania..."

Reva mengetuk pintu kamarku, aku terkejut dan dengan gesit aku menarik selimutku dan memejamkan mata agar aku terlihat sedang tidur. Ia melangkah mendekat dan duduk di samping ranjangku.

"Thania bangun.. Sudah pagi, aku sudah membuat nasi goreng untuk sarapan."

Apa? Sudah pagi? Dan ahhh, nasi goreng? Ya tuhan aku ingin sekali memakannya, apalagi setelah lama Reva mengurung diri di kamarnya akhirnya dia keluar dan mulai memasak di dapur. Tapi aku sama sekali tidak ingin makan, lagipula Dennis pasti akan duduk di meja makan bersamanya seperti biasa. Hal itu akan terasa tidak nyaman untukku.

"Eegghh... Aku sedang tidak nafsu makan,Rev."

"Yahh, padahal aku sudah memasaknya spesial untukmu. Jangan bilang kau sedang diet yaa.."

"Tidak,Rev. Aku hanya tidak ingin."

"Apa kau sedang sakit?"

"Mungkin, aku hanya ingin sendirian."

"Baiklah kalau begitu, nanti kalau ingin memakan sesuatu panggil aku ya."

"Iyaa.. Makasii,Rev."

Akhirnya Reva keluar kamar juga, setelah dia pergi dari kamarku rasa kantuk itu mulai terasa. Tanpa sadar aku tertidur dengan sendirinya.

*******

"Dimana Thania?"

"Thaa..Thania masih tidur di kamarnya."

"Apa? Masih tidur? Tumben udah jam segini masih tidur."

"Mungkin dia sedang tidak enak badan."

"Benarkah?"

"Iyaa.." Reva tersenyum pada Dennis, sebenarnya dia sangat canggung dan malu jika harus berhadapan dengan Dennis. Walaupun dia sudah pernah menikah namun rasa canggung dan malu di hadapan seorang pria itu masih ada.

Reva memakan nasi gorengnya dengan pelan-pelan, sesekali ia melirik kearah Dennis. Dennis yang fokus pada makanannya tentu tidak merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan.

"Habis.. Nasi gorengmu enak juga."

"Ah.. Sungguh? Aku senang jika kau menyukainya, setidaknya aku bisa melakukan sesuatu di sini."

"Awalnya aku merasa risih dengan Thania yang seenaknya membawa teman untuk tinggal di sini. Namun karena aku tau jika dia tidak akan gegabah dalam hal memilih teman. Aku yakin bahwa Thania benar-benar perduli padamu dan sudah nyaman berteman denganmu."

"Yahh dia sangat baik padaku, entah bagaimana caraku untuk membalas semua yang telah ia lakukan untukku. Namun satu hal yang pasti, siapapun yang ada di dekatnya ataupun pendampingnya di masa depan bukankah mereka sangat beruntung?"

Hukk..uhukkk..hukk...

Dennis tersedak mendengar kata-kata Reva yang mengatakan bahwa siapapun yang ada di dekatnya ataupun pendampingnya di masa depan akan sangat beruntung. Yaa itu memang benar, Dennis adalah orang yang paling dekat dengannya dan bagaimana dengan seorang pendamping? Jika saja Dennis bisa berada pada posisi seorang pendamping di kehidupan Thania itu tentu akan terasa sangat lengkap.

"Kee..kenapa? Diminum dulu kak airnya."

"Tidak apa-apa, hanya saja aku merasa minyaknya terlalu banyak jadi membuatku tersedak."

"Benarkah? Aku merasa menyesal akan hal itu."

"Eh.. Maksudku tadi aku cepat-cepat makannya karna ini sangat enak dan aku ingin tambah lagi. Tapi karena ini sudah siang dan aku ada pasien yang sangat banyak hari ini jadi aku pergi dulu."

"Baiklah, lain kali minyaknya akan aku kurangi."

"Jangan khawatir, itu bukan masalah besar."

Dennis dan Reva saling memberikan senyum, entah mengapa Reva merasa sangat senang dengan cara Dennis yang tidak ingin ia merasa sedih dan memberikan lagi rasa percaya dirinya. Tapi ada sesuatu yang terasa ganjal dengan ekspresinya tadi.

"Kenapa ekspresinya berubah ketika aku mengatakan seorang pendamping untuk Thania di masa depan? Dann ngomong-ngomong apakah dia belum memiliki teman kencan? Ya tuhan, pria seperti itu belum juga ada yang punya maka hal itu sangat disayangkan. Seandainya aku belum menikah dan bisa memiliki anak maka aku akan berani berharap untuk dekat dengannya. Namun semua yang telah terjadi sama sekali tak harus kusesali bukan?"

-iapd-
Rabu, 14 September 2016

^ Slow Update ^
Atau mungkin akan update jika readers menginginkannya dengan cara comment :' :)

OVERWEIGHT ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang