8. Pertemuan mereka

8.1K 329 4
                                    

Thania dan Dennis pergi berdua ke sebuah mall. Thania terlalu fokus dengan aksinya yang berkeliling mall melihat baju-baju dan tas.

"Seandainya aku kurus pasti aku cantik deh pake baju itu kak." Tunjuk Thania pada dress warna merah tanpa lengan.

"Kamu bisa nutupin pake cardigan kan sayang."

"Iya sih tapi kan ga cocok kakak. Aku maunya lengenku yang kecil bukan aku yang memanipulasi pakaian yang akan aku pakai."

"Kamu harus belajar bersyukur,Than. Kenapa sih sekarang kamu jadi kayak gini? Dulu itu kamu baik, polos dan apa adanya. Tapi kenapa sekarang kamu jadi overprotect gini sama penampilanmu?"

"Karena aku merasa aku sedang mengalami overweight makanya aku jadi overprotect."

"Ahh.. Kamu ini hanya belum memahami kehidupan ini lebih dalam. Kamu harus melihat orang lebih banyak agar kamu bisa melihat betapa tidak beruntungnya mereka dibandingkan kamu."

"Apakah seorang wanita yang pernikahan orang tuanya hancur hanya karena ayahnya selingkuh dengan wanita lain yang lebih langsing, cantik dan menggoda? Apakah aku seberuntung itu?"

Thania pergi melepaskan genggamannya dari lengan Dennis.

"Yah.. Kenapa jadi bahas masalah itu sih,Than?"

Dennis mengejar Thania yang sedang berjalan cepat ke arah toko sepatu di ujung sana. Thania mengambil salah satu sepatu yang ia inginkan. Dennis melihatnya seakan mengerti maksud dari adiknya itu.

"Kamu suka yang itu?"

"Iya." Sahut Thania lemas.

"Jangan lemas gitu dong. Masa ada kakak kamu tetep murung gitu apalagi gaada yang nemenin."

"Ngga kok kak. Biasanya aku sama Sandra."

"Siapa tuh Sandra? Kok kakak gatau?"

"Sahabatku kakak."

"Cantik gak?"

"Iihhh.. kakak!! Ngomong-ngomong kakak emangnya ga punya pacar?"

"Punya."

"Ihh.. udah punya pacar tapi sempet-sempetnya nanyain Sandra."

"Kan cuma nanya! Apa salahnya coba?"

"Pacar kakak juga ga marah kalo aku nanyain Sandra."

"Kok gitu? Emang siapa pacar kakak?"

"Kamu.."

DEG!

"Apa sih kak! Ada-ada aja. Ngehina aku ya? Mentang-mentang aku jomblo gaada yang mau."

"Kan ada kakak yang selalu ada buat kamu."

"Tapi nanti kakak akan menikah dan kakak harus tinggal dengan keluarga kakak. Dan mungkin suatu saat nanti jika ada laki-laki yang mau menerimaku apa adanya aku juga akan membangun keluargaku sendiri."

"Yasudah kita jangan menikah saja."

"Loh kok? Kakak ni ah! Bercandanya kelewatan."

OVERWEIGHT ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang