PART 7

8.3K 443 3
                                    

Kayaknya Ferdy dan Aku bakal pisah bangku selamanya, tapi aku harap ngga. Soalnya sampai jam pulang sekolah tadi Dia ngga mau bicara dengan aku. Dan sebalnya lagi Ferdy pulang bareng Dita, Oh God, mereka lewat sampai di teriakin pasangan serasi, hancur hati ini. Untungnya ada Dika yang bisa menghibur aku.

Mungkin para pembaca penasaran gimana Ferdy dan Dita kenalan. Semua itu berawal dari Dika, kalau semua boleh tahu Dita itu saudara jauhnya Dika. Awalnya mereka kenalan saat masuk tim basket sekolah. Saat itu Dika membawa Dita buat menemanin dia main basket. Yah, sengaja atau ngga Dika ngenalin saudaranya Dita, yang ternyata anak kelas X-5. Dita anaknya lumayan manis, siapa sih yang ngga mau jadi pacarnya, secara rupanya cantik, kulitnya putih mulus dan bersih. Tutur katanya baik meskipun kadang sama aku agak sedikit judes. Pernah waktu itu aku lagi beli minum di toko depan sekolahku, kebetulan waktu itu hari minggu dan aku ikut lihat Ferdy main basket. Di situ aku berpapasan dengan Dita yang ternyata beli minum buat Ferdy. Aku ingat percakapan waktu itu.

"Kamu temannya Ferdy kan? Yang sebangku terus?", tanya Dita.

"Ya, aku temannya sejak masuk sekolah ini", jawabku.

"Ferdy anaknya lumayan cakep, aku juga suka sifatnya, cowok banget", puji Dita.

"Ya emang gitu Ferdy, anaknya agak liar", tambahku. Aslinya agak kaget Dita bilang suka sama Ferdy.

"Dan lebih liar lagi kalau ngga dekat sama kamu", kata Dita tersenyum licik ke aku. Dia langsung meninggalkan toko itu. Langsung saja penilaianku tentang Dita anak cewek yang paling baik satu sekolah hancur. Ternyata dia punya sifat yang ngga baik. Dan kayaknya ngga suka sama aku.

Semenjak itulah Dita selalu dan selalu mendatangi Ferdy di kelas, kantin dan di mana saja. Kadang dia mengeluh pengen berdua dengan Ferdy ngga suka diganggu sama aku. Dasar Ferdy, dia langsung nurut-nurut saja, katanya buat kebaikan aku dan Dita. Aku sih terima aja perlakuan Ferdy ke aku. Tapi seengganyakan aku masih bisa bersama dengan dia saat jam pelajaran. Ferdy pernah ngomong ke aku, katanya dia pengen main-main saja dengan Dita, mumpung dapat cewek paling cantik seangkatan.

Sepertinya Ferdy sadar dengan kegalauanku saat itu, dia pun masih sering ngajak aku pulang bareng walaupun si Dita bersikeras minta pulang bareng juga. Namun Ferdy menolak. Senang Ferdy masih menganggap aku masih ada, dan sepertinya harapanku pupus. Ferdy bukan cowok yang suka sama cowok tapi dia cowok normal.

Selama masa renggang-renggangnya aku denagn Ferdy, Dika lebih banyak mendekatiku. Katanya mau menghibur aku yang sedih. Yap, selama seminggu lebih aku kadang ngobrol dengan Dika. Dan selama itu juga Ferdy sibuk dengan Dita. Namun yang anehnya, saat Ferdy lhat aku berdua dengan Dika, dia selalu marah dan menghampiriku. Bahkan aku sempat ribut dengan dia.

"Kenapa sih kamu? Aku kan boleh berteman dengan sapa aja?", jawabku dengan nada kesal saat lagi duduk berdua dengan Ferdy di kelas.

"Aku ngga ngelarang kamu berteman dengan sapa aja tapi jangan sama Dika", balasnya.

"Ya biarin, daripada aku dicuekin terus".

"Yang cuekin kamu sapa? Aku? Aneh kamu kan kita teman biasa", kata Ferdy.

"Teman?", jawabku sedih. Ngga sadar hampir saja aku menangis saat itu, untungnya aku masih bisa menahannya.

"Ya, dan jangan berharap yang aneh-aneh, aku kan normal". Kata-kata dia rasanya seperti disambar petir, normal? Jadi kamu anggap aku ini gay? Kamu anggap aku ini abnormal? Kenapa kamu bisa berkata seperti itu, yang aku inginkan hanya bisa bersamamu, tertawa bersamamu seperti dulu.

"Maaf ya aku juga normal! Minggir aku mau ke toilet", aku langsung beranjak pergi dari hadapan dia. Ferdy hanya bisa menghela nafas, dan diam. Di toilet aku menangis, sedih kenapa dia bisa berkata seperti itu.

Sampai besoknya Dika mengajak aku ke kantin. Dan membuat Ferdy marah, aku dan dia berpisah bangku. Dia marah, kesal sama aku. Aku bingung, alasan dia marah apa? Sedangkan aku aja selalu dicuekin sama dia, mau Ferdy itu apa?

Jam pulang sekolah berbunyi. Ferdy langsung cepat meninggalkan kelas. Biasanya selalu bareng pulang dan aku di antar dia pulang ke rumah. Rasanya hari itu percuma bawa helmku. Dan parahnya lag aku lihat Ferdy dan Dita berboncengan. Sakit hati ini rasanya, kenapa kamu berbeda hari ini Fer?

Dengan langkah gontai aku berjalan ke gerbang depan sekolah. Lagi mau naek angkot. Saat lagi nunggu di halte melintaslah sesosok cowok tampan.

"Adit, tumben ngga bareng sama Ferdy?", tanya Dika.

"Ya dia pulang sama Dita, jadinya aku naek angkot".

"Oh gitu, yawda bareng aku aja pulangnya sekalian biar tahu alamatmu jadi gampang jemput ntar malam".

"Ngga apa-apa kok, aku naek angkot", sebenarnya aku lagi bad mood malas bicara dengan siapa saja termasuk Dika apalagi sampai pulang bareng Dika.

"Udah, aku maksa neh". Akhirnya aku ngalah dan ikut ajakan Dika. Selama perjalanan pulang Dika mencoba menghiburku. Sedikit berhasil, dan akupun bisa menutupi rasa bad mood. Dika anaknya baik ya? Tapi kenapa Ferdy melarang aku berteman dengan Dika.

Sampai juga aku di depan rumahku. Segera aku turun dari motor Dika. "Ngga masuk dulu buat istirahat?", ajakku.

"Ngga usah, aku langsung pulang aja, ntar jam 6 aku kesini lagi", jawab Dika.

"Yawda kalo gitu, makasi ya sudah mau nganter aku, jadi ngga enak".

"Nyante aja kali", kata Dika sambil mengelus kepalaku. Jadi malu rasanya.

"Aku pulang dulu ya", Dika pergi dengan senyum manisnya itu. Hatiku lama-lama bisa luluh kalau dia senyum terus. Tapi kok rasanya jadi aneh ya? Bingung kenapa ada perasaan ke Dika, mana perasaanku ke Ferdy? Kalau ingat Ferdy rasanya sakit sekali. Ingin rasanya aku gigit si Ferdy sampai luka-luka, he.

Jam 6 sore, lewat sedikit sih, yang ditunggu-tunggu nongol juga. Suara motornya khas sekali. Dentuman superbass, nyaring tapi bersih suaranya. Jadi cepat mengenal suara motor Dika.

"Mah, aku mau pergi sama teman dulu ke pameran", ucapku minta izin ke mama.

"Ia, ati-ati ya tapi napa ga bareng sama Ferdy?", tanya Ibuku.

"Paling sama teman lainnya", jawabku."Yawda ya mah, aku pergi dulu".

Segera aku berlari menuju depan rumah. Dika sudah menunggu. Dia sedang berdiri di depan pagar menunggu aku keluar.

"Maaf ya nunggu", kataku.

"He he he", senyum Dika, uhh dia senyum lagi, jadinya meleleh.

"Rapi banget", puji aku ke Dika. Pakaiannya lumayan rapi, kemeja tren warna biru dengan celana jeans pensil warna hitam, benar-benar rapi.

"Kan mau ketemu orang paling manis", jawab dia.

"Hah kamu ini aneh, mangnya ngga apa-apa jalan berdua sama aku, apalagi aku cowok", tanyaku pelan-pelan. Maklum baru kali ini aku jalan sama cowok selain sama Ferdy. Kalau sama Ferdy sih orang-orang sudah biasa, tapi akan menjadi bukan bintang biasa kalau jalan sama Dika.

"Nyante aja kali, yuk cepat ke buru rame ntar di sana". Aku dan Dika langsung tancap gas menuju pameran itu. Sesampainya di sana orang-orang sudah pada ngantri tiket masuk. Ramai sekali, sepertinya pamerannya bakal untung besar. Aku dan Dika berdesak-desak masuk ke dalam pameran dan wahhh pamerannya keren sekali. Banyak lukisan menarik, patung, alat-alat, busana baju. Aku jadi pengen beli semuanya. Soalnya bagus sih.

Lokasi pamerannya sangat besar. Di isi kurang lebih 65 stan pameran. Di tengah-tengah ada panggung musik dan pembawa acaranya ada di atas. Pembawa acaranya ngomong katanya hari ini bakal ada seornag cewek yang bakal menyatakan cintanya ke seorang cowok. Kerenkan, kayak di tv-tv itu, jadi pengen tahu rasanya menonton live secara langsung.

Segera aku dan Dika mengambil posisi yang pas buat menonton acara nyatakan cinta itu. Seorang cewek sedang naik ke atas panggung. Samar-samar sepertinya aku kenal cewek itu. Dan betapa terkejutnya aku cewek itu Dita, mau nyatakan cinta ke siapa dia? Ferdy? Ah aku ngga percaya?

"Silahkan nyatakan cintanya", kata pembawa acara itu ke Dita yang sudah naik ke panggung.

"Makasi", balas Dita. "Sebenarnya aku cukup lama kenal cowok ini, anaknya baik sekali sama aku, makanya aku beranikan diri ingin menyatakan isi hatiku ke cowok itu". Riuh-riuh suara penonton membuat bising di sekitarku. Mengganggu keseriusanku menonton ini acara. Aku khawatir, kalau-kalau cowok itu Ferdy.

"Sekarang aku mau panggil cowok itu, silahkan naik Ferdy sayang". APA! Ferdy ternyata benar Ferdy, hatiku hancur tahu orang itu Ferdy, ingin rasanya aku naik ke panggung dan melabrak itu cewek, aku aku aku sedih.....

"Mau ngga jadi pacar aku?",tanya Dita ke Ferdy. Dita tersenyum-senyum manis begitu juga dengan Ferdy. Dia senang sekali jadi tontonan semua orang. "Aku nyatakan cinta di depan biar semua orang tahu, kalau aku itu sayang sama kamu". Riuh-riuh suara penonton semakin nyaring.

"Ya aku mau", jawab Ferdy. Langsung saja Dita memeluk dan semua penonton yang hadir bersorak sorai. Hanya aku yang sedih, rasanya air mata ini sudah mau menetes. Entah Tuhan mau merencanakan apa, sesaat Ferdy melihat semua penonton dia melihat aku juga. Dia melihat betapa syoknya aku. Aku langsung saja berlari meninggalkan acara itu. Ferdy yang lihat aku berlari segera melepas pelukannya dari Dita.

Aku berlari kencang, sangat kencang. Aku ingin keluar dari pameran itu. Ternyata di belakangku ada Dika yang mengejar aku. Kupeluk Dika, aku menangis di dadanya. Aku sudah ngga mau menyembunyikan jati diriku. Aku sudah ngga malu lagi. Aku cuek saat meluk Dika, aku tahu ini hal aneh, mana ada cowok menangis di pelukan seorang cowok. Namun, Dika orangnya pengertian, dia membelai rambutku, mengajak aku segera pulang ke rumah dia.

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang