PART 16

6.2K 301 2
                                    

When You're Gone.

Kelasku masih ramai seperti biasanya. Kali ini aku sudah punya teman yang cukup dekat di kelas. Ada Desy tentunya, Kiki dan Lola terus ada Anggi. Aku di kelas selalu ngobrol dengan mereka, kadang Anggi duduk bersama denganku. Hanya saja hatiku masih terasa sepi. Sudah hampir satu minggu lebih Ferdy ngga ke sekolah. Dia pergi ngga ada kabarnya, aku mengira dia sudah pindah sekolah. Sempat sih aku sms tapi ngga pernah dia balas. Kalau nelpon aku masih belum berani aku malu dengar suaranya lagian ntar dia ngejek aku lagi kangen sama dia. Tapi jujur sih aku memang benar-benar kangen sama kamu.

"Woii woiii", kata Desy membuyarkan lamunanku. "Jangan melamun ntar kesurupan".

"e..he", jawabku kaget. Tiba-tiba Desy duduk di sampingku. Ya dari tadi aku hanya duduk dan duduk kalau istirahat juga duduk. Sampai teman-teman heran sama aku. Sikapku ada yang berubah semenjak aku sendirian duduknya. Makanya Desy dan teman-temanku yang lain berusaha menghibur. Mereka sempat nanya kenapa keadaan aku lebih murung ya aku jawab sih lagi pengen sendiri aja. Aku ngga bisa jujur kalau aku lagi sedih karena ditinggal sama Ferdy. Apa coba kata dunia kalau ngomong jujur, bisa-bisa heboh sekolah.

"Jangan cemberut gitu dong", kali ini Anggi menghampiri aku. Dia duduk di bangu depan mejaku.

"Eh tahu ngga ada boyband baru yang muncul", ata Lola yang datang berikutnya. Teman aku yang satu ini suka sekali dengan penyanyi-penyanyi ganteng, yahh penggemarnya para penyanyi pria kayak Afgan, Vidi dan SM*SH tentunya.

"BoyBand apa?", tanya Desy.

"Paling-paling SM*SH", jawabku dengan muka mengejek.

"Ihh kok gitu Dit, bukanlah", balas Lola. "Itu boyband HITZ, ihh ganteng-ganteng banget".

"Boyband lagi", protes Anggi.

"Hemm kamu irinya? Mereka kan ganteng kalo kamu jelek", ejek Lola. Dia masih berdiri dan masih terkagum-kagum dengan boyband-boyband ganteng itu.

"Sapa juga yang iri", balas Anggi.

"Udah kalian pacaran sana ngga usah kelahi", kata Desy asal nyeplos aja.

"Ia tuh, kayaknya cocok", timpalku.

"Uhh kalian ini", kesal Lola. Dia pergi meninggalkan kami. Mungkin saja dia malu karena dikata-katain lagi dekat sama Anggi. Padahal gosipnya memang benar kalau Lola lagi didekatin sama Anggi.

"Udah ya, aku mau pergi juga", kata Anggi segera meninggalkan kami.

"Cieeee yang mau dekat-dekat", ejek Desy lagi. Aku hanya bisa tersenyum dan mencoba mengalihkan pandanganku ke lapangan basket. Lapangan basket yang biasanya ada Dika bermain namun kali ini lagi sepi. Sesepi hatiku.

"Eh, dit, kamu tahu kabar gosip ga?", tanya Desy ke aku.

"Kabar apa?.

"Itu katanya si Dika mau ngadain pesta besar", kilah Desy sampai terkagum-kagum. "Pesta Malam Sabtu gitu".

"Aku malah ngga tahu kabarnya", jawabku seadanya.

"Yee kamu ini".

Dika mau ngadain pesta? Memangnya ada acara apa ya? Tapi ngg aheran juga sih Dika ngadain pesta besar gitu. Kan dia anak orang kaya, jadi hobinya pasti bikin acara meriah dan super mewah.

Teng tong teng tong teng tong.........

Ngga terasa waktu cepat berlalu. Saatnya buat para murid untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Ya sudah hampir satu minggu aku pulang naek angkot. Sebenarnya sih Dika mau nganter jemput hanya saja aku malas apa lagi ada Tristan. Orangnya risih sekali kalau ada aku. Makanya aku jadi males dekat-dekat sama Dika walaupun sebenarnya berharap sekali bisa pulang bareng Dika biar hemat uang angkot.

Aku segera beranjak dari bangkuku untuk pulang. Langkah kakiku terasa berat saat melihat bangku Ferdy yang kosong. Aku hanya bisa menghela nafas sesekali. Perih hati ini kalau tahu ditinggal dia. Aku cepat-cepat pergi dari tempat itu dan segera keluar dari pintu ruang kelasku.

"Dit", tiba-tiba Dika ada di depanku.

"Owh, Dika?", jawabku.

"Aku mau ngajak kamu pulang bareng".

"Tumben? Ngga sama Tristan?", tanyaku heran sambil mengernyitkan alis mataku.

"Ngga", jawab Dika. "Dia selalu pulang diantar sopirnya".

"Aku kira sama kamu".

"Ngga kok", jawab Dika lagi. "Yuk pulang".

"Ok kalo begitu", kataku sedikit senang. Yah minimal kali ini Dika sudah mau perhatian lagi sama aku. Bosan juga kalau aku harus berharap dengan............. Fer..dy. Aku cepatkan langkahku untuk mengejar Dika dan kami hari ini pulang bareng.
Lagi-lagi aku pasti harus dibonceng dan selalu aku yang pakai helmnya. Padahal cuacanya panas kalau di siang hari. Tapi Dika malah ngasi helmnya ke aku. Katanya takut mukaku gosong kalau sudah gosong kelihatan kayak tempe gosong gitu. Aneh?

Dan seperti biasanya tiap aku diantar jemput sama Dika pasti selalu lewat jalan tikus alias gang kecil. Buat menghindar dari polisi. Kadang saat dibonceng aku melihat punggung Dika dan berpikir seandainya Dika bisa seperti Ferdy mungkin aku akan sayang sama dia. Aku akui Dika orangnya gentleman mau mengakui kesalahannya yang dulu cuma tetap saja bagiku itu seperti hal biasa. Dika bagiku ngga lebih dari sekedar teman meskipun dia kadang perhatian dengan aku. Tapi itu aku anggap perhatiannya ngga lebih sebagai perhatian seorang teman.

Akhirnya tiba juga di komplek perumahanku. Hanya melewati beberapa blok yang berbelok-belok sampailah di rumahku. Cuaca siang ini lumayan panas, untungnya aku pakai helm Dika jadi terhindar dari sengatan matahari tentunya aku tidak lupa bawa jaket juga buat lindungin tangan.

Aku segera turun dari motor Dika. Aku sempat oleng sedikit, jadinya hampir terpeleset. Untung tangan Dika menahan badanku jadi masih bisa imbangkan badan.

"Ati-ati kalo turun, ngga usah keburu", tegur Dika.

Aku hanya bisa tersenyum sambil memposisikan badanku berdiri dengan benar. "Makasi ya sudah mau nganterin, jadi ga enak".

"Ngga apa-apa kok", jawab Dika. "Oya malam sabtu ada acara ngga?".

"Ngga ada", jawabku seadanya. Sepintas aku jadi ingat kejadian satu minggu yang lalu. Ya tepatnya malam sabtu saat aku dilecehkan oleh..........Dika.

"Maaf bukan maksudku mengingat yang kemaren", kata Dika menyentuh tangan kananku. Aku hanya bisa berdiri termenung sesekali menatap wajah Dika. Ya aku sedang berusaha melupakan kejadian yang dulu.

"Ia", jawabku lagi. "Mangnya ada acara apa?".

"Aku ulang tahun", kata Dika tersenyum.

"Kamu ultah!!", aku kaget dengarnya. Astaga aku yang dekat sama Dika saja sampai ngga tahu kapan ulang tahun dia.

"Ia, mau kan kamu datang, undangan spesial lo".

"Mau sih cuma....".

"Ajak lah teman-temanmu yang di kelas itu", pinta Dika. "Jadi ngga sendirian".

"Bener? Yawda kalo gitu ntar aku datang kok", jawabku senang. "Mangnya mau kado apa?".

"Hehehehe, ngga usah bawa yang gituan, kan sudah gede", jawab Dika sambil tertawa duduk dimotornya.

"Bener neh? Ntar aku jadi ngga enak......", bibir meregut agak kecewa

"Bagiku kamu sudah jadi kado yang spesial ultahku", kata Dika sambil tersenyum.

Ahh, aku jadi malu. Kenapa mukaku memerah mendengar perkataan Dika seperti itu. Uh, perasaan yang berharap jadi mau kembali berlabuh dihatiku. Jangan sampai.

"Yawda, aku pulang dulu ya".

"Ati-ati dijalan ya", jawabku. Dika pergi meninggalkan rumahku. Entah kenapa hari ini mood aku bisa kembali normal. Mungkin aku ngga boleh terlalu sedih memikirkan Ferdy yang hilang entah kemana. Sudah saatnya aku bisa jalan dengan sahabat baruku di kelas ngga harus selalu memikirkan Ferdy mulu.

Aku berjalan menuju rumahku dengan perasaan yang bisa dibilang cukup senang. Aku buka pintu rumahku. Aku lihat keadaan rumahku masih seperti tadi pagi. Ada ibuku yang sedang membaca majalahnya. Ada Shinta yang asyik menonton bersama bapakku. Aku hanya bisa tersenyum ke mereka. Yah hitung-hitung biar mereka tahu anaknya lagi senang hari ini.

"Tumben hari ini bisa senyum?", goda Ibuku.

"Biasa lagi masa pacar-pacaran", timpal Bapakku sambil nyengir.

"Kan yang penting senyum", jawabku dibarengi dengan tawa Shinta. Aku segera masuk ke kamarku. Aku letakkan tasku di atas meja dan berbaring dikasurku yang empuk. Aku pandangi langit-langit rumah. Jadi ingat waktu pertama kali Ferdy menginap di rumahku. Dia mengintip aku lagi ganti baju. Waktu itu juga pertama kalinya Ferdy menanyakan apakah aku suka sama cowok. Lucu juga kalau dikenang, tapi ingat kejadian itu membuat hatiku sedih. Kalau kalian mau tahu rasanya rindu tak berujung aku hanya bisa ngasi gambarannya. Rasanya itu kayak ada sesuatu yang tercabut dari dada ini, entah itu bagian dari apa, tapi rasanya perih dan sakit sekali. Ingin sekali bagian yang hilang itu bisa kembali.

Tiba-tiba hp-ku berbunyi. Aku beranjak bangun dari tempat tidurku. Aku ambil hp-ku yang aku masukkan dikantong tasku. Ternyata ada sms, aku baca dan sms itu ternyata dari.........Ferdy?

***

I'll Be Your Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang